Selasa, 29 November 2011

Mempertanyakan Eksistensi Listrik

By : Kareen el-Qalamy

Kemajuan teknologi dan informasi di era modern ini menyebabkan barang-barang elektronik banyak bermunculan. Semua itu diciptakan bertujuan untuk meringankan dan membantu pekerjaan manusia. Semua pekerjaan manusia yang dulunya sangat berat dilakukan, sekarang menjadi sangatlah mudah. Itu berkat bantuan dari munculnya berbagai alat elektronik.
Sebagai contoh sebelum adanya mesin cuci, sekarang tinggal menekan tombol saja sambil duduk manis pakaian kotor seketika itu juga langsung bersih. Bahkan langsung kering tinggal dijemur. Dan masih banyak aktivitas manusia yang terbantukan karena adanya alat elektronik.
Di satu sisi memang alat elektronik tersebut mendatangkan banyak manfaat keuntungan bagi manusia. Selain meringankan dan membantu pekerjaan manusia, munculnya alat elektronik tersebut tidak sedikit yang bisa menyelesaikan pekerjaan manusia. Selain menghemat waktu sekaligus menghemat tenaga dan biaya. Manusia semakin dimanjakan dengan keberadaan alat-alat elektronik tersebut.
Tetapi di sisi lain juga tidak bisa terlepas dari efek negatif yang ditimbulkan oleh munculnya barang elektronik. Karena kalau kita amati usia manusia zaman sekarang lebih pendek dibandingkan dengan usia manusia zaman dulu. Hal tersebut salah satu faktor penyebabnya adalah adanya barang elektronik. Semakin manusia dimanjakan dengan keberadaan alat elektronik maka timbulah rasa malas sehingga menyebabkan maraknya gaya hidup serba instan. Tidak perlu bersusah payah tetapi hasil maksimal jelas-jelas bisa diraih. Hal tersebut berefek pada kesehatan tubuh dengan munculnya berbagai macam penyakit.
Efek lain yang ditimbulkan adalah alat elektronik tersebut tentu tidak bisa terlepas dari yang namanya tenaga listrik dalam pengoperasiannya. Memang ada juga alat elektronik tanpa listrik dengan menggunakan baterai sebagai sumber energi. Tetapi itu hanya alat elektronik tertentu dan baru sedikit jumlahnya.
Padahal kalau dicermati persediaan tenaga listrik di Indonesia masih sangat terbatas. Buktinya masih ada daerah-daerah yang belum bisa menikmati fasilitas listrik. Mereka mau tidak mau menggunakan lampu minyak sebagai penerangan di malam hari. Sungguh sangat ironis memang apalagi daerah yang belum terjangkau listrik tersebut merupakan daerah yang sangat berdekatan dengan sumber pembangkit listrik. Terbatasnya ketersediaan sumber daya listrik karena sebagian besar wilayah di Indonesia masih mengandalkan air sebagai tenaga pembangkit listrik.
Padahal di beberapa negara berkembang lainnya sudah menggunakan alternatif tenaga nuklir sebagai sumber pembangkit listrik. Salah satu kelemahan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) ketika musim kemarau tiba, berkurangnya volume air yang tersedia di darat. Untuk pengairan tanaman pertanian saja tidak mencukupi apalagi sebagai salah satu tenaga pembangkit listrik yang membutuhkan ketersediaan volume air yang lebih banyak.
Hal tersebut menyebabkan pasokan listrik ke beberapa daerah berkurang sehingga sering terjadi listrik padam secara tiba-tiba. Menjadi salah satu kebijakan pemerintah agar sedikitnya pasokan listrik di musim kemarau dapat dinikmati oleh semua masyarakat, tanpa ada pihak yang dirugikan yaitu dengan menetapkan kebijakan tentang pemadaman listrik secara bergilir. Kebijakan tersebut ternyata belum bisa menyelesaikan permasalahan yang ada tetapi malah menimbulkan permasalahan yang lain, salah satunya sektor usaha perekonomian yang mengandalkan listrik sebagai modal utama merasa dirugikan.
Tidak hanya para pengusaha tetapi juga masyarakat pada umumnya. Mereka rela membayar tarif dasar listrik yang sebelum-sebelumnya mengalami kenaikan tetapi pelayanan yang mereka dapatkan tidaklah sebanding. Terbukti listrik masih sering padam, padahal uang yang mereka keluarkan untuk membayar tagihan listrik tidaklah sedikit. Sehingga timbul rasa jengkel masyarakat terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak memihak terhadap rakyatnya.
Sah-sah saja jika rasa jengkel tersebut masyarakat lampiaskan dengan munculnya fenomena keterlambatan dalam hal membayar tarif listrik. Kalau masyarakat sudah malas untuk membayar listrik mau jadi apa kondisi bangsa ini nanti? Padahal listrik adalah salah satu aspek penopang pertumbuhan perekonomian di setiap negara. Perlu adanya evaluasi dari berbagai pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini. Tidak lantas mengkambinghitamkan pemerintah tetapi semuanya harus berbenah diri kira-kira uang hasil pembayaran tarif listrik itu lari kemana. Karena jelas-jelas tidak adanya perbaikan dari segi kualitas.
Masyarakat hanya menginginkan pelayanan yang sebanding dengan biaya yang telah mereka keluarkan untuk bisa menikmati fasilitas listrik yang disediakan oleh negara. Lantas dimana urgensi dari salah satu butir yang terkandung dalam Pancasila yaitu sila ke-lima yang bunyinya,”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” jika pemerataan tersebut belum bisa dirasakan sepenuhnya oleh seluruh rakyat Indonesia. Salah satu caranya dengan segera memperbaiki kualitas agar kepercayaan rakyat terhadap pemerintah tidak semakin luntur.

Senin, 14 November 2011

Menengok Turnamen Sea Games

By : Kareen el-Qalamy

Setiap orang mempunyai bakatnya masing-masing. Ada yang ahli atau bakat di bidang tertentu. Atau ada yang memiliki keahlian yang lebih dari satu bidang biasa disebut dengan multitalenta. Namun terkadang bakat yang dimiliki belum tersalurkan secara maksimal. Bahkan bakat yang ada malah dipendam begitu saja.
Banyak alasan mengapa orang berbakat di bidang tertentu terkadang tidak mau menyalurkan keahliannya itu. Mungkin karena tidak adanya kegiatan yang cocok yang sekiranya bisa memfasilitasi tersalurkannya bakat atau keahlian tertentu. Dari sekian banyak bidang keahlian pasti mempunyai peminatnya masing-masing.
Salah satunya di bidang olah raga. Bidang yang satu ini mempunyai peminat yang unik. Peminat bidang olahragaa pasti didominasi oleh kaum Adam. Entah mengapa, mungkin olahraga mempunyai daya tarik tersendiri bagi para lelaki untuk bergelut di dalamnya. Namun jangan salah, walaupun didominasi oleh laki-laki tidak menutup kemungkinan kaum Hawa juga tidak sedikit yang terjun di dalamnya. Buktinya banyak atlet olahraga berjenis kelamin perempuan.
Salah satunya Indonesia. Indonesia memiliki segudang atlet berprestasi. Banyak diantara mereka yang telah berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia internasional. Karena berhasil menjuarai berbagai macam event sekaligus membawa pulang medali baik itu emas, perak atau perunggu. Baik itu perempuan maupun laki-laki bersaing untuk membuktikan kemampuan mereka.
Perjuangan mereka patut diacungi jempol. Atas kerja keras mereka Indonesia layak bersanding atau disejajarkan dengan negara-negara yang notabene maju. Jangan sampai negara lain menganggap remeh kemampuan yang dimiliki bangsa Indonesia. Indonesia yang selama ini dikenal dengan peringkat-peringkatnya yang negatif, sudah selayaknya mulai dari sekarang menghapus image tersebut. Berusaha meyakinkan kepada masyarakat internasional bahwa Indonesia bisa meraih prestasi salah satunya melalui cabang olahraga.
Para atlet membutuhkan suatu kejuaraan atau perlombaan yang bertujuan untuk menyalurkan bakat dan minat mereka di bidang olahraga. Karena dengan adanya kejuaraan yang digelar sangat bermanfaat mengasah kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Karena bakat atau kemampuan yang dimiliki bisa diibaratkan pisau, jika tidah pernah diasah lama-lama akan tumpul juga. Oleh sebab itu banyak turnamen baik itu yang diadakan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Di dalam negeri sendiri pun banyak sekali turnamen yang diadakan. Bahkan di setiap cabang olahraga ada. Namuan selama ini yang lebih familiar di tunamen olahraga yaitu cabang bulu tangkis dan sepak bola. Memang Indonesia mentargetkan memajukan dunia sepak bola. Sepak bola Indonesia yang dari dulu dikenal belum bisa menjuarai perlombaan internasional, maka dari itu berawal dari banyaknya perlombaan yang diadakan di dalam negeri sendiri akan melatih kesiapan dari para pemain khususnya kesiapan mental.
Sekarang perhelatan akbar telah dimulai. Ajang bergengsi di bidang olahraga dan diikuti oleh perwakilan di setiap negara-negara Asia Tenggara. Sungguh momen yang sangat langka. Berbagai macam cabang olahraga ada di sana. Mulai dari cabang olahraga yang terkenal yaitu sepak bola sampai cabang atletik.
Seakan tidak mau ketinggalan dengan mengikuti ajang bergengsi tersebut. Tentu banyak sekali persiapan yang harus dilakukan. Persiapan yang paling utamaa bagi seorang atlet adalah dengan memperbanyak latihan. Bagi Indonesia sendiri seakan timbul kesan istmewa di Sea Games yang ke-26 tahun ini karena dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara event tersebut. Sebagai tuan rumah tentu banyak sekali hal-hal yang harus dipersiapkan. Diantaranya sarana dan prasarana, fasilitas yang layak tentunya bagi tamu-tamu dari luar negeri dan masih banyak lagi.
Namun dilihat dari kesiapan Indonesia untuk menyambut Sea Games perlu dimantapkan lagi. Sea Games yang dilaksanakan di Palembang, Sumatra Selatan ini harus all out dari segi persiapan mulai dari sebelum acara dimulai sampai dengan berakhirnya acara. Berhubung Indonesia sebagai tuan rumah dan kedatangan tamu-tamu istimewa mau tidak mau nama baik Indonesia dipertaruhkan. Karena moment seperti ini sekaligus untuk memperkenalkan kepada dunia Internasional sebagai ajang promosi akan keindahan alam yang dimiliki.
Tentu persiapan yang dilakukan sangat membutuhkan waktu yang lama. Karena tahu sendiri kondisi lingkungan di sebagian kota-kota besar yang ada di Indonesia. Terutama mengenai kemacetan yang terjadi di sepanjang ruas jalan raya. Ini juga mengganggu kenyamanan para tamu peserta Sea Games. Tidak hanya menjadi tuan rumah tetapi juga harus bisa merebut medali emas.
Pelayanan yang nyaman dan ramah, fasilitas yang memadai dan keamanan yang terjamin. Namun apabila tidak dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan matang bisa menjadi bumerang bagi si tuan rumah sendiri dan sekaligus menimbulkan rasa malu. Karena di situlah nama baik Indonesia dan kepercayaan dunia terhadap Indonesia dipertaruhkan. Dengan adanya Sea Games yang bertempat di Indonesia semoga menjadi pembelajaran dan pengalaman paling berharga bagi masyarakat dan pemerintah tentunya agar di tahun-tahun yang akan datang Indonesia bisa memperoleh kepercayaan kembali, bahwa Indonesia pantas sebagai tuan rumah turnamen bergengsi kelas dunia.

Rabu, 09 November 2011

Memaknai 10 November

Presented by Kareen el_Qalamy

Apabila menengok sebentar ke belakang. Ke latar belakang berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tentu banyak kejadian-kejadian penting. Kejadian-kejadian yang tidak bisa terlepas dari sejarah Indonesia. Peristiwa-peristiwa penting yang tidak bisa terlepas dari peran penting dan sumbangsih yang diberikan oleh para pahlawan negeri ini.
Para pahlawan yang rela mengorbankan segalanya, bahkan jiwa mereka pertaruhkan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Melawan kebengisan para penjajah yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat Indonesia. Mereka tega merampas hak-hak yang seharusnya didapat oleh rakyat pribumi. Tidak hanya hak untuk mencicipi manisnya kemerdekaan bahkan hak untuk hidup juga dibatasi.
Para penjajah dengan seenaknya memperlakukan rakyat pribumi tanpa adanya rasa peri kemanusiaan sedikitpun. Mereka tega pemberlakukan sistem kerja paksa yang terkenal dengan kerja rodi. Rakyat dikuras tenaganya untuk merealisasikan kepentingan penjajah. Sistem kerja rodi membangun jalan, jembatan dan semua sarana yang ada agar rencana menguasai perdagangan dan kekayaan alam Indonesia berjalan mulus. Itu dapat dikatakan berhasil karena penjajah menduduki Indonesia secara leluasa selama kurang lebih 3,5 abad yang lalu. Kurun waktu sekian bukanlah waktu yang singkat.
Untuk melepas belenggu penjajahan, segala macam bentuk perjuangan rakyat Indonesia telah diupayakan. Dari yang bersifat radikal sampai yang bersifat moderat. Dari yang bersikukuh dengan usahanya sendiri sampai yang mau diajak bekerja sama. Semuanya dilakukan dengan harapan kemerdekaan bisa terwujud.
Salah satu perjuangan dari rakyat Indonesia adalah pada tanggal 10 November ini. Bertempat di Surabaya dibangun sebuah monumen yang disebut sebagai monumen pahlawan. Monumen tersebut dibangun dengan tujuan masyarakat Indonesia tetap mengenang perjuangan pahlawan dan menjadikannya sebagai warisan budaya kepada generasi-generasi selanjutnya. Warisan tersebut nantinya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun perjuangan memperebutkan kemerdekaan sudah berakhir, namun belumlah usai sampai di sini. Perjuangan untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan masihlah terus berlanjut. Tentu dengan diiringi dengan semangat nasionalis, kecintaannya yang begitu tinggi terhadap bangsanya. Yang telah diwujudkan oleh para pahlawan terdahulu. Haruslah senantiasa menghiasi di setiap langkah ini.
Apalagi yang namanya cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Keimanan yaang terus dipupuk salah satunya dengan cinta tanah air. Tidak rela apabila tanah airnya diinjak-injak kehormatannya. Direbut dan diklaim oleh negara lain, tentu jangan sampai.
Secara tidak langsung ada sebuah tanggung jawab besar yang diemban oleh generasi saat ini yaitu berjuang untuk terus mempertahankan keutuhan negara Indonesia. Tidaklah mau jika kasus menjual pulau ke negara lain terulang kembali. Juga terus mempertahankan apa yang selama ini dimiliki. Berbagai sumber daya alam yang melimpah baik itu sumber daya alam yang ada di laut maupun di darat.
Itu semua harus diperjuangkan mati-matian. Tidak hanya mempertahankan tetapi juga harus bisa memanfaatkan sumber daya yang ada agar dapat dinikmati secara merata oleh rakyat Indonesia. Oleh sebab itu marilah sebagai generasi muda up gradelah semangat juang dan rasa cinta tanah air kalian. Refleksikan semangat patriotisme dari pahlawan yang telah gugur dan jasanya akan tetap dikenang sepanjang masa.

Di Balik Keelokan Pulau Komodo

Presented by Kareen el_Qalamy

Indonesia, penuh dengan kekayaan alam dan pesonanya yang memukau. Sampai-sampai ada yang menyebut bahwa Indonesia itu bagaikan surga di dunia. Surga dimana dapat dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Menanam kayu pun bisa tumbuh menjadi tanaman yang dapat dinikmati untuk menuhi kehidupan sehari-hari.
Luasnya hutan yang dimiliki sehingga berbagai macam flora dan fauna nyaman tinggal di sana. Kehidupan di bawah air juga tidak bisa diragukan lagi keelokannya. Keindahan terumbu karang diiringi berbagai macam jenis ikan yang tengah bermain dengan asyiknya. Menambah semarak kehidupan di laut. Keelokan yang dipersembahkan sangatlah ampuh menarik minat para wisatawan karena tidak mau ketinggalan menikmati suasana alam yang sangat mempesona.
Pendapatan atau kas negara salah satu penopangnya adalah di sektor pariwisata. Semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah wisata semakin banyak pula pemasukan yang akan didapat. Apalagi sekarang berlaku sistem otonomi daerah. Jadi setiap daerah berlomba-lomba mempromosikan objek-objek wisata yang ada.
Tidak hanya promosi saja yang gencar dilakukan tetapi juga harus dibarengi dengan perbaikan di sarana dan prasarana yang menunjang. Jangan sampai realitas yang terjadi sangatlah bertolak belakang dengan apa yang dipromosikan. Karena itu nantinya akan membuat wisatawan kecewa dan akibatnya mereka tidak mau berkunjung ke objek wisata tersebut.
Khususnya bagi wisatawan manca negara, seandainya hal iu benar-benar terjadi maka nama baik Indonesia akan dipertaruhkan di kancah internasional. Bisa-bisa karena hal sepele misalnya dengan kurang terawatnya objek wisata yang ada akan memperburuk citra Indonesia dengan negara-negara lain. Apalagi sekarang sudah memasuki era globalisasi. Wisatawan manca tidak harus langsung berkunjung ketika ingin menikmati keindahan alam Indonesia karena informasi mengenai seluk beluk suatu objek wisata tertentu bisa segera diketahui dengan mudah dan cepat
Disebabkan banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk bisa mendapatkan kepuasan tersendiri ketika ingin menghabiskan liburan. Dengan bertandang ke objek wisata tertentu misalnya. Tentu dengan menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan kekecewaan hati. Apakah sudah sesuai dengan keinginan dan kriteria tempat yang ingin dituju.
Sekarang ini marak mempromosikan tempat wisata dengan sistem voting atau dengan polling SMS. Objek wisata dengan hasil voting terbanyak akan menyandang gelar tertentu. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh suatu instansi yang mengatasnamakan dirinya ”New7Wonder”. Dimana instansi tersebut mengadakan sebuah sayembara penentuan objek wisata dari negara mana yang bisa masuk ke dalam kategori tujuh keajaiban dunia.
Tentu ini merupakan sebuah moment yang sangat menggiurkan khususnya bagi mereka-mereka yang berkecimpung di dunia pariwisata. Indonesia tidak mau ketinggalan dengan adanya event tersebut. Indikatornya adalah dengan masuknya salah satu objek wisata bergengsi di Indonesia sebagai nominasinya yaitu objek wisata Pulau Komodo.
Pulau Komodo memiliki daya tarik tersendiri untuk memikat wisatawan manca maupun domestik yang penasaran ingin menyaksikan satu-satunya fauna yang lain dari pada yang lain. Karena fauna satu ini disebut-sebut sebagai fauna yang pernah hidup di zaman purba hingga bertahan sampai saat ini. Hewan ini tidak bisa ditemui kecuali di pulau Komodo yang berada di Indonesia.
Tentu ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia karena dianugrahi keindahan alam yang sungguh sangat luar biasa. Namun permasalahan yang muncul apakah kita bisa menjaga dan merawatnya dengan baik? Itulah tantangan yang selalu dihadapi sampai kapanpun.
Dan hal yang lebih mengejutkan lagi, setelah diselidiki ternyata instansi ”New7Wonder” itu hanyalah fiktif belaka. Hal tersebut diketahui setelah mengkroscek langsung di alamat yang tertera di salah satu tempat di negara Swiss. Tempat yang dimaksud ternyata tidak ada. Padahal event tersebut tidak lantas terlepas dari yang namanya pendanaan. Negara-negara peserta diwajibkan harus membayarkan uang dengan nominal yang tidak sedikit. Lebih anehnya lagi penyelenggaraan event tersebut tidak transparan karena tidak diperbolehkan mengetahui hasil sementara dari polling SMS yang diadakan.
Sepertinya kok sia-sia sekali mengikuti event yang tidak jelas asal-muasalnya. Sebenarnya dengan tidak masuk menjadi salah satu nominasinya pun Pulau Komodo sudah diakui secara internasional sebagai salah satu cagar alam internasional dengan dua pengakuan dari UNESCO. Kalaupun misalnya benar-benar bisa masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia apakah nantinya tidak akan menggangu habitat yang ada di pulau Komodo juga mengganggu ketenangan ekosistem yang ada karena secara otomatis akan banyak orang yang berbondong-bondong berkunjung ke sana.
Alangkah lebih efektif jika dana yang tersedia tidak hanya digunakan untuk biaya promosi saja. Tetapi juga untuk melestarikan ekosistem yang ada di Pulau Komodo. Agar lebih terawat dan terjaga keasriannya. Terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh tangan-tangan jahil.

Kamis, 20 Oktober 2011

Rendahnya Kesadaran Berlalu Lintas.

By: Kareen el-Qalamy

Alat atau sarana transportasi. Siapa yang tidak membutuhkannya? Apalagi kalau kondisinya seperti sekarang ini. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah semuanya. Barang elektronik yang dulunya masih langka orang yang memilikinya, harga yang belum terjangkau, juga ketersediaan barang yang terbatas. Sehingga masyarakat tidak bisa mendapatkan itu semua dengan mudah. Bahkan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menikmatinya.
Lain halnya dengan realitas yang terjadi sekarang. Dimana alat-alat kebutuhan rumah tangga misalnya sangat mudah diperoleh. Keadaan perekonomian sepertinya sudah tidak menjadi penghambat bagi mereka untuk memiliki suatu barang tertentu. Misal sepeda motor, masyarakat hanya menyediakan beberapa lembar uang seratus ribuan saja sudah bisa membawa pulang sepeda motor yang diinginkan. Semuanya bisa didapat dengan sistem kredit. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan sudah menghipnotis gaya hidup masyarakat Indonesia. Itulah yang kemudian menjadi salah satu faktor pendukung semakin bertambahnya angka transportasi di negeri ini.
Kalau diperhatikan lebih lanjut bertambahnya kuantitas transportasi di jalan raya menyebabkan beberapa permasalahan yang sampai sekarang ini belum menemukan jalan keluar. Lihat saja di beberapa ruas jalanan ibukota atau malah hampir disetiap ruas jalan tidak pernah terlepas dari yang namanya kemacetan. Kemacetan sekarang ini memang sudah membudaya bagi kehidupan bangsa Indonesia. Segala bentuk aktivitas tidak lengkap rasanya jika tanpa diawali dan diakhiri dengan kemacetan ketika menuju ke tempat aktivitas atau ketika kembali ke rumah.
Bagaimana tidak macet lha wong jumlah jalannya tetap tidak bertambah namun angka kendaraan terus mengalami peningkatan sepanjang tahun. Hal ini juga diiringi dengan terus bertambahnya populasi penduduk di Indonesia. Memang perlu upaya keras untuk mengatasi problem seperti ini layaknya sebuah benang kusut yang sangat sulit dicari ujungnya. Semua pihak harus berpartisipasi turut andil mencari jalan keluar.
Baik itu pemerintah maupun masyarakatnya sendiri. Saling bekerjasama bagaimanapun caranya agar kemacetan yang melanda negeri ini segera teratasi minimal berkurang. Namun perlu diperhatikan juga kebijakan yang diambil jangan sampai merugikan salah satu pihak. Pemerintah selama ini telah berusaha memberlakukan berbagai macam kebijakan untuk bisa menanggulangi kemacetan. Salah satunya dengan standby di waktu-waktu dimana sering terjadi kemacetan untuk mengurai kendaraan agar kemacetan yang terjadi tidak semakin parah. Selain itu pemberlakuan sistem satu jalur, penentuan belokan untuk memutar bagi pengguna jalan agar tidak sembarangan ketika ingin memutar.
Semua itu diberlakukan untuk kebaikan semua pihak. Walaupun pengguna jalan sedikit direpotkan dengan berbagai peraturan lalu lintas. Tanpa adanya aturan yang mengatur bisa dibayangkan betapa kacaunya kondisi jalan ketika pengguna jalan seenaknya sendiri berlalu lalang, tidak hanya kemacetan yang terjadi bahkan kecelakaan pun pasti terjadi. Aturan sudah diberlakukan saja masih ada saja kecelakaan lalu lintas apalagi tidak adanya aturan yang diberlakukan. Tentu membuat kecelakaan akan semakin parah.
Inilah kehidupan,tidak bisa terlepas dari yang namanya aturan. Manusia dan peraturan yang akan selalu mengiringinya kemanapun manusia itu pergi. Karena dengann aturanlah manusia bisa menuju kepada kesejahteraan hidup. Tanpa aturan atau norma manusia akan hidup bebas layaknya kehidupan hewan yang tidak mengenal adanya aturan.
Namun permasalahannya di sini kesadaran dari masyarakat akan pentingnya menaati peraturan masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat ketika di jalan raya. Banyak sekali pelanggaran-pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh masyarakat. Mereka melanggar bukan karena ketidaktahuan akan adanya pemberlakuan aturan atau masih sangat minimnya sosialisasi aparat terkait peraturan berlalu lintas. Bukan juga karena masih terbatasnya fasilitas rambu-rambu lalu lintas yang ada. Walaupun tidak bisa dipungkiri seratus persen sebab-sebab di atas juga menjadi alasan para pengguna jalan melanggar aturan lalu lintas.
Namun yang paling penting dan paling berperan ketika suatu aturan itu berhasil membawa kemanfaatan adalah timbulnya kesadaran untuk menaati aturan berlalu lintas di setiap individu. Hal itu karena sangatlah percuma jika berbagai macam aturan diterapkan tetapi individu yang bersangkutan langsung dengan aturan tersebut tidak mau menaatinya. Di sini masyarakatlah yang memberikan porsi besar ketika suatu aturan berhasil diterapkan dan akan terlihat hasilnya.
Padahal kalau diperhatikan lebih lanjut kualitas pendidikan masyarakat mengalami peningkatan signifikan. Hampir setiap warga negara memperoleh hak untuk mengenyam pendidikan seetinggi mungkin dan itu sudah terealisasi. Seharusnya semakin tinggi jenjang pendidikan semakin bertambaah pula kesadaran akan menaati peraturan lalu lintas. Tetapi mengapa realitas yang terjadi sangatlah berbeda? Sangatlah disayangkan apabila rambu-rambu lalu lintas yang terpajang disepanjang jalan hanya sebagai hiasan semata tanpa makna tanpa adanya kesadaraan dari pengguna jalan untuk menaatinya.

Minggu, 02 Oktober 2011

Harga Sebuah Jati Diri

By: Kareen el-Qalamy

Kulihat sosok itu. Sepertinya tak asing bagiku. Di dalam bis yang penuh sesak dengan penumpang. Duduk di kursi pojok paling belakang. Kuamati lebih lanjut, dari ujung rambut sampai ujung kaki di sepanjang jalan. Mengingatkanku akan seseorang. Iya, sesosok itu. Tubuh tua renta yang telah dimakan usia. Namun tetap memegang teguh sebuah prinsip. Prinsip akan sebuah idealismenya.
“Dah siap Nak?” sapa kakek dengan suara yang terdengar semakin lirih saja. Maklum kakekku sudah berusia tujuh puluh tahun. Jadi terkadang perlu perhatian dan pengawasan khusus.
“Sudah Kek. Kakek kenapa memakai pakaian seperti itu? Apa gak ada yang lain! Ganti sajalah” nadaku terdengar tidak mengenakkan di telinga. Entah kakek sakit hati atau tidak ketika mendengarnya karena beliau hanya diam saja. “Pakaian kuno kayak gitu kok masih dipakai. Malu-maluin saja,”batinku dalam hati.
“Udah-udah, ayo berangkat. Keburu siang!” celetuk ayah. “Biarin kakek berpakaian kayak gitu. Model seperti itu memang kesukaan kakekmu dari dulu.”
Kupandangi saja sejak awal berangkat dari rumah, di dalam mobil. Batik, emang apa sih bagusnya. Model dan coraknya saja norak kayak gitu. Jadi sebel ngeliatnya. Apa lagi kakek yang pake, entah seperti apa rupanya. Memang diri ini sangat menyukai barang-barang merek luar negeri yang tidak diragukan lagi kualitasnya. Semenjak kepulanganku dari Jerman, sampai sekarang aku belum mau kalau disuruh memakai batik.
Pernah suatu hari aku diajak jalan-jalan oleh kakek keliling desa. Sungguh sangat indah pemandangan di desa. Sawah terhampar luas, udaranya pun masih terasa segar. Aku mengiyakan ajakan kakek. Pada malam hari, kubuntuti kakek dari belakang. Penasaran, emang kakek mau mengajakku kemana? Tiap kali kutanya ke beliau. Beliau tidak memberikan jawaban secara to the point seperti yang kuinginkan. Jadilah aku pergi bersama kakek dengan tampang cemberut.
Sekian lama kami berjalan kaki menyusuri jalan setapak, tibalah kami di sebuah tanah lapang yang amat luas. Pemandangan seperti ini jarang kutemui di perkotaan yang sudah penuh dengan gedung bertingkat. Di situ kudapati banyak orang berkerumun dalam keramaian suasana pedesaan yang masih asri dengan keramahtamahannya. Memang ada pertunjukkan apa sehingga orang-orang begitu antusias. Terdengar suara gamelan, musik khas Jawa diiringi dengan merdunya sinden membawakan tembang-tembang macapat.
Aku bisa mengetahuinya sedikit demi sedikit karena berkat kakek. Kakeklah yang selama ini memperkenalkanku akan kekayaan khasanah budaya bangsaku, bangsa Indonesia. Baru sebatas provinsi Jawa Tengah saja sudah memiliki budaya yang beragam. Apalagi kalau melihat budaya dari 33 provinsi yang tersebar di Indonesia.
Kekagumanku semakin membuncah ketika mengetahui batik yang selama ini sangat aku benci. sekadar melihatnya saja sudah muak dibuatnya apalagi memakainya. Ternyata dapat menembus arus pasar global. Bersaing dengan barang produk negara-negara maju lainnya. Dan yang lebih surprise lagi batik diakui sebagai salah satu budaya internasional.
“Nak, kamu harus mencintai budaya di negerimu sendiri. Kamu juga yang harus melestarikannya. Kalau bukan kamu siapa lagi. Sekarang jamannya sudah berubah Ngger. Banyak orang yang bangga ketika bisa menggunakan produk luar negeri dan minder apabila memakai produk kita sendiri. Jati diri bangsa kita salah satunya tercermin dari keanekaragaman budaya itu. Kalau budaya itu hilang tergerus oleh arus globalisasi, itu tandanya bangsa ini akan kehilangan jati dirinya. Oleh karena itu, banggalah dengan budaya dan produk sendiri. Cintai produk dan budaya bangsa kita. Jangan sampai kejadian masa lalu dimana budaya asli Indonesia diklaim milik bangsa lain terulang lagi. Kita tidak rela! Aku titipkan nasib budaya kita pada para pemuda generasi penerus sepertimu Nak,” kakek memberiku pesan yang sangat berharga. Aku hanya bisa mengangguk mendengarnya.
Aku bangga punya kakek seperti beliau. Beliau terus berusaha menjaga kelestarian budaya asli Indonesia. Salah satunya adalah dengan menjadi seorang dalang. Iya, kakekku ternyata di masa mudanya adalah seorang dalang ternama di desaku. Ketika aku masih kecil teringat diri ini sering sekali merengek-rengek untuk diceritakan sebuah dongeng pewayangan.
Namun itu semua tinggal kenangan. Kenangan yang akan terus abadi terpatri dalam angan-anganku. Sepeti sekarang yang kulihat ini sesosok seperti beliau. Tubuh tuanya memakai batik mengingatkanku pada kakek. Aku beruntung sekali mempunyai kakek seperti beliau. Kakek, aku akan berusaha mewujudkan pesan dan nasihat yang telah engkau berikan. Semoga ini menjadi salah satu jalan dengan membuka usaha butik batik di ibukota. Untuk memperkenalkan keelokan salah satu budaya yang dimiliki oleh Indonesia.

Kamis, 15 September 2011

Mengkritisi Remisi bagi Koruptor

Hari raya Idul Fitri 1432 H baru saja terlewati. Setelah menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan sudah selayaknya merayakan kemenangan bagi umat Islam. Kemenangan memperoleh derajat ketakwaan di sisi Allah. Suasana suka cita dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dari yang kecil, muda, tua semua turut serta larut dalam kegembiraan.
Salah satu momen terpenting saat datangnya hari raya Idul Fitri adalah tradisi mudik lebaran. Sepertinya tidak ingin melewatkan kesempatan spesial ini untuk berkunjung ke sanak saudara menjalin kembali tali silaturahim. Setelah sekian lama tidak bersua dikarenakan kesibukan masing-masing di tempat yang berbeda pula. Dengan adanya tradisi mudik lebaran ini semua keluarga berkumpul jadi satu di salah satu rumah saudara sambil menikmati hidangan yang tersedia. Semua jenis pekerjaan pasti memberikan bonus cuti hari raya bagi para pegawainya agar bisa merayakan bersama keluarganya masing-masing. Walaupun hanya beberapa hari dan maksimal satu minggu, namun itu sangatlah berarti bagi mereka-mereka yang jarang pulang ke kampung halaman. Paling-paling pulang mudik dilakukan hanya satu kali dalam setahun yaitu saat momen hari raya Idul Fitri saja. Bahkan ada diantara mereka yang harus menunggu beberapa tahun lagi demi bertemu dengan keluarga yang telah lama ditinggalkannya.
Di seluruh lini kehidupan tanpa terkecuali. Namun ada salah satu tempat dimana menjadi tanda tanya di setiap tahunnya. Apakah penghuni tempat tersebut juga mendapatkan perizinan untuk bisa berhari raya? Di mana lagi kalau bukan di Lembaga Pemasyarakatan (LP). Tempat yang notabene menjadi sarang dijalankannya eksekusi hukuman bagi mereka yang tersandung kasus tindak kriminalitas.
Tindak kriminalitas yang tidak pernah luput dari pengawasan publik adalah mengenai kasus korupsi. Apalagi kasus korupsi yang menjerat beberapa pejabat tinggi negara ini senantiasa menghiasi layar kaca televisi ketika adanya siaran berita. Seperti tidak ada berita yang lain saja. Berita yang disajikan pasti sudah bisa ditebak. Kasus-kasus yang membuat hati ini merasa gregetan dengan kondisi yang dialami bangsa ini terutamaa kasus yang berbau korupsi.
Tetapi memang beginilah keadaan bangsa Indonesia tercinta. Dengan berbagai permasalahan yang lama sekali mencekik seakan-akan tidak bisa dilepaskan. Apakah membudayanya korupsi di negara ini sudah sedemikian parahnya sehingga menyebabkan kondisi yang seperti ini? Tidak usah dipertanyakan lagi kareana sudah jelas. Seandainya tidak ada tindak kejahatan berupa korupsi tentu kemakmuran hidup sudah dicapai oleh seluruh masyarakat Indonesia sejak dulu.
Para koruptor berperan besar dalam kasus ini. Mereka pantas menyandang gelar penjahat kelas kakap yang harus dibumihanguskan dari muka bumi. Agar tidak merebut kemakmuran yang seharusnya dinikmati oleh mereka-mereka yang lebih berhak untuk menerimanya. Oleh sebab itu tidak ada kata kompromi untuk pemberantasan korupsi sampai ke akar-akarnya.
Biasanya di hari raya ini juga memberikan berkah bagi para narapidana yang meringkuk di LP. Karena sudah menjadi agenda tahunan pemberian remisi untuk narapidana berupa pemotongan masa tahanan yang menjadi lebih singkat dari sebelumnya. Itu tandanya kesempatan bebas yang mereka peroleh semakin cepat pula. Bahkan ada juga narapidana yang mendapat remisi berupa vonis bebas. Enak sekali ya. Lalu bagaimana dengan tersangka kasus korupsi? Apakah mereka pantas menerima remisi?
Kalau dibandingkan dengan akibat yang ditimbulkan disebabkan ulah para koruptor seharusnya mereka tidak usah dan tidak pantas menerima remisi. Pemberian remisi bagi para koruptor menimbulkan kesan bahwasannya pemerintah bertindak setengah-setengah dengan usaha pemberantasan korupsi yang menjadi PR pemerintah saat ini. Dengan pemberian remisi nampaknya malah membuat para pelaku korupsi tidak pernah merasa jera untuk melakukan perbuatan bejatnya itu. Timbul anggapan di benak koruptor bahwasannya tidak apa-apa melakukan korupsi toh nanti diberi pemotongan masa tahanan berupa remisi di hari raya. Jadi mereka tidak menjadi takut dan jera tetapi malah semakin berani dan semakin rajin melakukan korupsi.
Apalagi kalau melihat kondisi LP yang digunakan untuk menahan koruptor. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan mereka yang tersandung kasus kriminal lainnya. Fasilitas lengkap malah tersedia di sana. Kalau seperti itu namanya bukan LP atau rumah tahanan tetapi layaknya hotel hanya statusnya pindah tempat saja.
Makanya mengapa tradisi korupsi sudah mengakar kuat di negara ini? Sulit untuk dihilangkan bahkan ragu apakah bisa untuk dihilangkan atau tidak? Karena masyarakat sudah muak dengan semuanya. Muak dengan janji manis para penguasa dulu saat kampanye pencalonan. Ternyata apa kenyataannya sekarang? Bahkan ada pula penguasa yang dulunya menjanjikaan pemberantasan korupsi ternyata setelah menjabat dianya sendiri malah melakukan korupsi. Kalau seperti ini caranya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sedikit demi sedikit terkikis. Menghilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah merupakan tanda-tanda akan segera berakhirnya suatu pemerintahan tersebut. Seperti halnya pemerintahan di era Orde Lama dulu.
Oleh sebab itu himbauan bagi pemerintah yang masih mempunyai PR besar yang belum terselesaikan yaitu menumpas habis korupsi yang membelit bangsa ini. Pencabutan pemberian remisi bagi koruptor agar bisa merasakan akibat dari perbuatan mereka. Memang sudah selayaknya koruptor tidak pantas menerima remisi karena sebanding dengan kerugian yang dialami bangsa ini dan juga harus menebus kesalahan mereka karena telah tega merebut kebahagiaan dan kemakmuran yang seharusnya dinikmati masyarakat yang kurang mampu.
Tidak ada kata menyerah untuk pemberantasan korupsi dan tidak mengenal kompromi untuk mengadili para koruptor dengan sanksi yang seberat-beratnya.

Kareen el-Qalamy

Minggu, 14 Agustus 2011

Mempertanyakan Peran RSBI dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan

Hidup di zaman serba modern dan canggih ini seakan manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya kebutuhan. Tidak hanya kebutuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja, namun sudah merambah kepada kebutuhan untuk memenuhi kepuasan dan kebanggaan dalam menjalani kehidupan. Salah satu kepuasan dan kebanggaan yang biasa dan selalu diraih oleh manusia adalah kepuasan memperoleh gelar ketika menempuh studi di Perguruan Tinggi. Mulai dari S1 sampai gelar yang paling wah yaitu profesor.
Banyak hal yang dilakukan agar keinginan memiliki gelar di depan atau di belakang nama terwujud. Belajar serajin mungkin hingga tidak pernah absen untuk menduduki peringkat terbaik di kelas. Memilih tempat sekolah favorit dan berkualitas karena bisa sebagai sarana yang mengantarkan meraih cita-cita sekaligus gelar sesuai dengan profesinya. Hal semacam ini sangatlah manusiawi. Sebagai manusia memiliki naluri untuk memilih sesuatu hal yang terbaik bagi kehidupannya.
Tetapi permasalahannya apakah setiap orang bisa mewujudkan harapannya ketika dihadapkan dengan fakta atau kondisi nyata di lapangan? Memang setiap orang pasti mempunyai harapan bisa merasakan indahnya hidup dengan terpenuhinya semua kebutuhan secara berkecukupan atau malah berlebih. Namun, apakah setiap manusia diberi kekuatan, kemampuan dan potensi yang sama walaupun sama-sama memiliki hak asasi dan waktu sehari 24 jam? Tentu jawabannya tidak. Manusia memiliki kelebihan dan kekurangan satu sama lain. Dimana mereka saling melengkapi dan bersinergi secara harmoniss dalam kehidupan.
Salah satu hak asasi manusia yang berhak dimiliki oleh seluruh umat manusia adalah hak untuk memperoleh pendidikan. Entah itu bagi orang kaya atau bagi yang kurang mampu semuanya mempunyai hak yang sama untuk dapat mengeyam pendidikan. Seharusnya memang seperti itu secara teorinya. Tetapi apa yang terjadi sangatlah berbeda. Masih bisa dilihat sekarang ini banyak sekali orang tua yang tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya. Padahal berbagai macam program telah dilaksanakan oleh pemerintah untuk meringankan beban orang tua .
Program tersebut diharapkan selain membantu masyarakat juga bisa sekaligus meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Yang dulunya Malaysia sampai-sampai mendatangkan tenaga pendidik dari Indonesia karena terkenal dengan pendidikannya yang berkualitas, namun sangat berbeda dengan apa yang terjadi sekarang. Malaysia dapat tinggal landas meninggalkan Indonesia.
Merasa tidak rela melihat kenyataan yang terjadi maka pemerintah mengadakan program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Mendengar namanya saja sudah terbayang seberapa mewahnya sekolah RSBI itu. Fasilitas yang ditawarkan tentu sebanding dengan biaya pendidikannya. Apabila ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah RSBI nampaknya harus berpikir berulang kali. Hal ini sangat tidak bermasalah bagi mereka-mereka yang notabene orang-orang berkantong tebal. Lain kasusnya jika yang mempunyai keinginan tersebut adalah orang-orang yang hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja pas-pasan.
Padahal pemerintah telah mengucurkan dana tidak sedikit agar program RSBI tersebut dapat memberikan hasil sesuai dengan harapan dan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang 1945 alinea ke-empat. Namun sangatlah disayangkan jika hanya beberapa warga negara saja yang bisa menikmatinya. Sudah semestinya semua program yang dicanangkan setidaknya mengacu pada asas pemerataan dan asas keadilan.
Ketika pemerintah sedang gencar-gencarnya menggalakkan program RSBI yang telah menelan biaya tidak sedikit itu, di sisi lain ada satu hal yang nampaknya dilupakan. Entah itu benar-benar lupa atau memang sengaja dilupakan. Di beberapa daerah bisa disebut daerah pelosok atau terpencil nasib pendidikan nampaknya diabaikan. Hal ini tercermin dari gedung atau bangunan sekolah yang sudah tidak layak pakai. Dikarenakan telah rusak, roboh atau terkena bencana alam. Pihak sekolah sendiri telah berjuang untuk mengadu ke pemerintah daerah setempat agar gedung sekolah yang rusak itu segera direnovasi. Tetapi respon yang diberikan sangatlah lamban bahkan terkadang tidak menyenangkan.
Pihak pemerintah terkadang hanya memberikan janji manis tanpa diketahui sampai kapan janji manis tersebut akan terealisasi. Sungguh sangat ironis sekali. Keadaan yang sangat bertolak belakang dan tidak adil bagi masyarakat kurang mampu. Kondisi seperti ini memperlihatkan adanya diskriminasi dan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin seemakin lebar saja. Si kaya dengan leluasa menikmati segala fasilitas pendidikan mewah dan bertaraf internasional yang disediakan pemerintah melalui RSBI, sedangkan si miskin hanya bisa gigit jari melihat kondisi sarana pendidikan yang tidak memadai.
Kalau pun masyarakat yang kurang mampu ditanya tentu mereka juga menginginkan anaknya bisa mengenyam pendidikan di sekolah RSBI. Disebabkan terbentur kondisi yang tidak memungkinkan, mereka mau tidak mau harus menerima kenyataan anaknya hanya bisa bersekolah di sekolah-sekolah biasa. Tidak salah jika ada yang usil mengubah kepanjangan dari RSBI. Bukan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional tetapi malah Rintisan Sekolah Bertarif Internasional karena biaya yang dikenakan sangatlah melangit. Tidak bisa dijangkau oleh semua kalangan.
Sebenarnya program RSBI ini sangatlah bagus. Masyarakat mana yang tidak menginginkan mutu pendidikan di negaranya tidak kalah bersaing dengan negara-negara lain. Namun harus adanya porsi perhatian yang merata. Mentang-mentang fokus dan memberikan porsi berlebih pada program RSBI sehingga melupakan program peningkatan mutu pendidikan yang lain yaitu pembenahan sarana prasarana dan infrastuktur yang nampaknya sudah tidak memadai untuk digunakan. Dengan demikian diharapkan terciptanya kesejahteraan yang merata karena setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin.

Senin, 25 Juli 2011

Pesan Terakhir

Kisah ini bermula saat diriku kelas XI di salah satu SMA N di kotaku.Panggil saja aku Tasya karena sebagian besar teman-teman memanggilku demikian. Selain aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, aku juga ikut salah satu organisasi yang ada yaitu Rohis. Mengapa aku memilih rohis karena aku ingin mempelajari dan menambah pengetahuan agama di sana. Selain itu ingin menambah teman juga. Aku bergabung di rohis sejak kelas satu. Banyak sekali manfaat yang bisa kuperoleh. Terutama mengenai nikmatnya jalinan ukhuwah antar anggota di dalamnya
Ketika itu aku mendapatkan amanah untuk menjadi ketua Departemen Kemuslimahan. Dimana salah satu program kerja (proker)nya yaitu mengadakan wakaf seragam jilbab. Sasarannya ditujukan kepada siswi-siswi yang berjilbab khususnya kakak kelas XII untuk menghibahkan seragam jilbabnya. Seragam jilbab itu nanti akan diberikan kepada adik-adik kelas yang ingin berjilbab tetapi tidak ada biaya untuk membuat seragam lagi.
Proker ini alhamdulillah dapat berjalan berkat bantuan teman-teman. Dilakukan dengan cara menyebarkan dan menempelkan pamflet ke tiap-tiap kelas agar informasi yang disampaikan tersebar secara maksimal dan merata. Bagi mereka yang berminat menghibahkan seragam bisa dikumpulkan langsung ke masjid. Sedangkan bagi siswi yang ingin mengetahui info selengkapnya bisa menghubungi nomor yang tertera di pamflet. Ada dua nomor yang bisa dihubungi salah satunya adalah nomorku.
Suatu hari ada sebuah nomor yang masuk ke Hpku. Ketika kubuka isi SMSnya ternyata si pengirim meminta informasi mengenai program wakaf seragam jilbab yang kami adakan. Dengan senang hati kujawab sangat detail. Tidak lupa juga aku menanyakan identitas dari si pengirim. Dia mengaku bernama Yanti kakak kelasku, namun sayang tidak menjelaskan kelas XII apa. Langsung kusimpan nomor itu siapa tahu Mbak Yanti mau menghibahkan jilbabnya itu.
Keesokan harinya kebetulan aku bertemu dengan kakak rohis kelas XII. Teringat dengan kakak kelas yang bernama Mbak Yanti, langsung saja kumenanyakan kepada mereka siapa tahu ada yang kenal dan kalau bisa bertemu dengan orangnya.
“Mbak Heni, kenal sama Mbak Yanti gak?” tanyaku.
“Yanti, siapa Dik?” dia malah balik bertanya.
“Dia ngakunya kelas XII gitu, tapi gak jelasin kelas XII apa,” jelasku.
“Setahuku kelas XII gak ada deh yang namanya Yanti,” begitulah jawaban dari Mbak Heni, kakak kelas di rohisku.
Pertanyaan yang sama kuajukan ke kakak kelas di rohis yang lain, tetapi jawaban yang diberikan selalu sama. Aku malah jadi penasaran sendiri. Mengapa tidak, ngakunya kakak kelasku tetapi di saat kumenanyakan ke kakak kelas yang lain tidak ada yang kenal.
Anehnya lagi yang namanya Mbak Yanti ini semakin sering kirim SMS. Tiap kali kutanya dia kelas XII apa tidak mau ngaku. Isi SMSnyapun semakin aneh juga. Awal-awalnya tanya menganai proker wakaf seragam jilbab, tetapi lama-lama bertanya mengenai masalah agama. Pernah juga suatu hari dia mengirim SMS yang bertuliskan,”I LOVE YOU.” “Wah kok semakin aneh saja sih,”pikirku. Jarang sekali sesama perempuan mengirimkan SMS seperti itu. Namun aku mencoba untuk positive thinking saja. Mungkin dia ingin hubungan kita antara kakak dan adik kelas semakin akrab saja
Selang beberapa hari berkirim SMS sering kami lakukan. Entah itu hanya sekadar mengirim kata mutiara atau bertanya kabar dan sedang apa.”Sesama akhwat kan tidak apa-apa,” batinku. Malahan justru kultur seperti ini yang harus dibangun untuk menjalin dan mempererat ukhuwah antara sesama muslimah.
Suatu ketika kumencoba untuk bertanya mengenai identitasnya secara lengkap. Karena selama ini aku mengenalnya baru sebatas nama panggilan saja. Begitu kagetnya aku saat mengetahui bahwasannya yang selama ini kukenal dengan Mbak Yanti ternyata seorang laki-laki yang nama aslinya Yanto. Dia lantas meminta maaf karena selama ini telah membohongiku. Seketika itu juga aku memberikan pernyataan tanda kekecewaan kepadanya, tidak mau berterus terang sejak awal bahwa dia adalah seorang laki-laki.
Dengan berbagai macam dalih yang intinya kalau misal dia mengaku laki-laki takutnya aku tidak mau membalas SMSnya. Dia juga memohon ketika aku telah mengetahui hal yang sebenarnya aku masih mau menjalin komunikasi dengannya. Karena jujur hubungan kami sudah sedemikian dekatnya, layaknya kakak-beradik.
Itu kan dulu di saat aku belum tahu akan jati diri dia yang sebenarnya. Jadi tidak masalah ketika aku masih mengira dia adalah seorang perempuan SMS antara kami pun berisikan kata-kata yang istilahnya bisa terjalin hubungaan secara dekat. Sebagai contoh ketika dulu dia mengirimkan kata-kata mesra seperti “I LOVE YOU” maka akupun juga membalasnya dengan kata-kata serupa.
Namun setelah mengetahui pengakuan itu, rasa penyesalan langsung menyeruak memenuhi rongga hatiku. Rasanya sakit sekali. Menyesal telah mengirimkan kata-kata mesra kepada seseorang yang kukira juga perempuan tetapi ternyata laki-laki. Sejak saat sikapku terhadapnya langsung berubah 1800. Yang dulunya sangat akrab dikarenakan aku belum mengetahui yang sebenarnya, sekarang tiba-tiba aku harus membuat suatu tembok pembatas yang tebal dan sangatlah tinggi antara aku dan dia. Memang seperti itulah yang harus kulakukan.
Waktu terus berjalan pola komunikasi masih terjalin namun hanya sebatas hal-hal penting yang bisa kujawab. Satu yang masih membuatku risih ketika dia meminta izin untuk telpon dengan alasan mau bertanya sesuatu hal. Aku selalu mengiyakan setiap permintaannya itu walapun jarang sekali dia menelpon. Sayangnya ku tidak sanggup untuk menolaknya, entah mengapa aku juga tidak tahu.
“Dik, hayo siapa tadi yang menelpon?” tanya Mbak Nurul tiba-tiba. Mbak Nurul adalah temanku satu kamar di kos saat diri ini telah menginjak semester dua di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogya.
“Ini Mbak, dia kakak kelasku,” ujarku terus terang. Semenjak itu diriku menjadi lebih terbuka untuk menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan urusan pribadi khususnya mengenai hubungan lawan jenis.
Tibalah suatu hari dia SMS dengan kalimat yang sangat memancing rasa penasaraan orang. Dia SMS sepertinya mau mengabarkan bahwasannya dia sedang jatuh cinta. Aku pun berusaha untuk bertanya untuk mencari-cari tahu akhwat mana dan siapa yang sedang dia taksir. Tidak hanya itu aku juga memberikan beberapa nasihat agar dia bisa mengontrol perasaan dan rasa sukanya itu dan jangan sampai terjerumus ke perbuatan yang namanya pacaran. Memang ku menyadari bahwasannya dia masih awal di dalam mengenal tarbiyah.
Akhirnya usahaku membuahkan hasil, dia akan memberitahukan sesosok akhwat yang tengah dia taksir itu. Dia berjanji untuk memberitahukan lewat SMS. Sedangkan nama akhwat tersebut ada di tengah-tengah kalimat SMS yang dia krimkan. Setelah kubaca, kucari-cari kata apa yang sepertinya menyerupai nama seorang akhwat. Kubaca berulang kali tetapi sepertinya kok tidak ada. Aku tetap mencoba untuk menebak dengan menyodorkan satu kata yang kuambil dari kalimat SMS itu, namun ternyata salah bukan itu.
Lantas aku bertanya sebenarnya nama yang dimakssud itu yang mana. Ternyata nama yang dimaksud tidak langsung terbentuk menjadi satu kata. Tetapi haruss menyusun kata yang diambil dari satu huruf didepan tiap kalimat setelah itu dirangkai sesuai urutan kalimatnya. Betapa kagetnya diriku setelah mengetahui nama berdasarkan rangkaian huruf yang kudapat. Ternyata akhwat yang selama ini dia sukai adalah aku, Tasya. Sepertinya tidak percaya akan hal itu. Langsung saja aku minta penjelasan mengenai benar atau tidaknya pengakuan darinya. Semoga saja itu hanya lelucon yang sengaja dia lakukan. Tetapi ternyata tidak, itu benar.
Ya Allah, Engkau masih memberiku cobaan seperti ini. Respon kepada Mas Yanto, tidak berisikan pernyataan menolak atau malah menerima. Aku berusaha memberikan pemahaman kepadanya bahwasannya jodoh itu di tangan Allah. Untuk saat ini aku memang tidak mau memikirkan yang namanya cinta, nikah dsb. Disamping masih awal-awal masuk kuliah, juga oraang tua belum mengizinkaan bagiku untuk ke sana.
Setelah mengetahui ternyata seperti itu perasaan dia terhadapku aku berusaha menjauh darinya. Secara perlahan tapi pasti. Yang dulunya tiap kali dia SMS pasti kubalas, tetapi sekarang aku berusaha untuk mengontrolnya. Tidak sembarang SMS yang dia kirimkan selalu kubalas. Alhamdulillah dia paham akan prinsip yang selama ini kupegang. Dia juga sependapat denganku untuk tidak pacaran dan mengurangi frekuensi SMSnya.
Tidak terasa sekarang aku sudah menginjak semester empat. SMS darinya sudah jarang dia kirimkan. Pernah dalam beberapa bulan dia sudah tidak mengirim SMS. Kukira komunikasi antara kita sudah putus. Ternyata perkiraanku meleset, padahal nomornya sudah kuhapus. Akhirnya kusimpan lagi nomornya di dalam phonebook.
Aku bersyukur karena hari-hari yang kujalani ke depannya lebih tenang bebas dari yang namanya gangguan cinta. Maka aku berusaha untuk memfokuskan diri di kuliah dan organisasi yang aku geluti. Tibalah di suatu hari disaat aku membuka situs jejaring sosial, di salah satu dinding teman akhwatku terpampang jelas fotoku di sana. Aku mengira temanku ini yang telah menguploadnya. Tetapi ketika aku membaca statusnya ternyata bukan dia yang mengupload. Kubaca lagi dengan saksama, hatiku sungguh sangat sakit. Kuarahkan penunjuk mouse ke alamat blog yang tertera, ternyata yang punya alamat blog itu adalah Mas Yanto
Sungguh aku sangat kecewa. Kenapa dia tega melakukan hal ini terhadapku. Kukira dia adalah seorang ikhwan yang bisa menjaga kehormatan akhwat, tetapi ternyata..Aku yang selama ini berusaha untuk tidak mengupload foto pribadiku di fb, tetapi orang lain seenaknya saja. Ditambah lagi tanpa meminta izin kepadaku terlebih dahulu. Aku berusaha bersabar dan menanyakan hal ini langsung kepada yang bersangkutan. Aku merasa berdosa dan kehormatanku sebagai seorang akhwat roboh. Karena sedari dulu aku menginginkan bahwasannya yang berhak memiliki foto pribadiku hanyalah seorang ikhwan yang sudah jelas adalah suamiku. Sama halnya denganku, aku akan berusaha untuk tidak memiliki foto seorang ikhwan kecuali foto ikhwan yang jelas-jelas telah halal bagiku.
Ya Allah sungguh betapa beratnya menjaga kesucian hati itu. Apalagi yang bersangkutan dengan yang namanya hubungan lawan jenis. Dimana diri ini sedari dulu memiliki sebuah prinsip tidak akan pacaran, namun seiring berjalannya waktu godaan tersebut semakin kuat saja menerpaku. Jujur aku berusaha untuk tidak menolak bagi ikhwan siapapun untuk menyampaikan niatan sucinya itu. Asal melihat-lihat situasi dan kondisi apakah sudah adanya kesiapan antara keduanya atau belum. Tidak menolak bukan berarti menerima. Kalau kondisinya belum memungkinkan jelas aku belum bisa menerima.
Untuk Mas Yanto yang dulu pernah mengungkapkan perasaannya terhadapku. Kalaupun misalnya kelak ketika semuanya sudah siap dan perasaan itu masih ada silakan langsung menemui kedua orang tuaku. Namun kalaupun perasaan itu telah hilang, tidak mengapa Allah tengah mempersiapkan seseorang yang sekiranya aku pantas untuknya.
Sedangkan sekarang ini biarlah waktu yang akan menjawabnya. Kita menjalani rutinitas masing-masing tanpa menimbulkan gangguan satu sama lain. Agar terciptanya ketenangan hati komunikasi antara kita dihentikan dulu saja. Entah sementara waktu atau malah selamanya. Karena bagiku menghilangkan rasa kekecewaan dari hati sangatlah sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Mungkin ini salah satu cara untuk menghilangkannya. Semoga
Terakhir, menyambut bulan suci jangan sampai apa yang terjadi barusan walaupun jujur sangatlah melukai hati masing-masing tetapi mari berusaha untuk saling memaafkan satu sama lain. Maafkan Tasya ya Mas. Ku tahu Mas pasti sakit hati ketika kumeminta untuk menghentikan dulu komunikasi antara kita. Semoga ini menjadi jalan yang terbaik walaupun kenyataannya sakit. Afwan dan jazakallah.
nb: Meskipun sudah tidak ada komunikasi harapannya jalinan ukhuwah yang masih ada tetaplah terjalin

Kareen el-Qalamy

Suhu Bumi Semakin Memanas

Dapat disaksikan di belahan bumi manapun tak terkecuali di Indonesia. Fenomena-fenomena kerusakan alam terus-menerus terjadi. Eksploitasi besar-besaran akan ketersediaan sumber daya alam yang ada. Penebangan hutan, penambangan industri entah itu emas, minyak maupun batu bara. Semuanya dilakukan tanpa pandang bulu. Tidak melihat dampak yang ditimbulkan di belakang itu semua. Padahal kalau dipikir hanya ingin mendapatkan keuntungan semata sampai mengorbankan kesejahteraan hidup orang banyak.
Salah satu contoh kasus adanya kontroversi dan ketegangan antara mahasiswa dan pemerintah suatu daerah. Mahasiswa sampai mengadakan aksi demo besar-besaran untuk menuntut pemerintah setempat. Mereka bertujuan membujuk pemerintah agar menolak perjanjian dengan sejumlah perusahaan penambangan untuk membuka lahan hutan di daerah tersebut. Sudah seharusnyalah pemerintah memikirkan kelestarian lingkungan yang ada daripada hanya ingin mendapatkan keuntungan dari usaha penambangan itu.
Padahal kalau dilihat lebih jauh kesediaan hutan di Indonesia semakin menipis. Dikarenakan banyak penebangan liar yang dilakukanoleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab atau malah si pelaku mengadakan kerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Ternyata tidak sedikit pemerintah yang seharusnya berkewajiban untuk melestarikan dan mengolah sumber daya alam yang ada malah bersekongkol mengadakan kerusakan.
Tidak heran jika banyak terjadi bencana alam yang menimpa negeri ini. Lha wong sikap dan perilaku masyarakatnya saja sudah bobrok. Masyarakat sudah tidak lagi memperhatikan keberlangsungan habitat lingkungan yang ada. Apa-apa yang dilakukan oleh masyarakat konsekuensinya akan kembali ke masyarakat pula.
Hal tersebut berujung pada timbulnya pencemaran lingkungan. Pencemaran yang terjadi sudah merambah ke segala aspek, pencemaran air, pencemaran udaradan pencemaran tanah. Aspek yang tidak bisa dikesampingkan semakin meningkatnya frekuensi pencemaran udara. Inilah salah satu penyebab dimana suhu bumi semakin memanas
Memanasnya suhu bumi ini berdampak ke keberlangsungan makhluk hidup di bumi. Diantaranya beberapa jenis satwa terancam punah. Dengan meningkatnya suhu bumi mengakibatkan es di kutub utara dan kutub selatan mencair. Itu berarti volume air laut juga meningkat. Kalau volume air meningkat, beberapa pulau kecil yang menjadi habitat beberapa satwa secara otomatis akan tenggelam.
Masalah lingkungan hidup tidak bisa dianggap remeh. Selama ini pemerintah kurang memberikan perhatian maksimal terhadap kelestarian lingkungan. Mayoritas kebijakan yang dihasilkan sedikit sekali yang menyentuh ke ranah lingkungan. Kasus yang selama ini masih membuat gregetan para aktivis lingkungan hidup adalah pemberlakuan hukuman yang dinilai masih terlalu ringan bagi mereka yang melakukan kerusakan lingkungan. Jauh berbeda apabila dibandingkan dengan kasus kriminal lainnya.
Padahal dampak yang ditimbulkan adanya kerusakan lingkungan yang terus menerus nantinya juga akan dirasakan oleh masyarakatnya sendiri. Dan yang lebih parah lagi yang merasakan bukan hanya masyarakat yang tinggal di lingkungan yang bersangkutan tetapi juga bisa menalar kepada masyarakat global. Seperti terjadinya kebakaran hutan yang berlangsung di suatu daerah namun dampaknya akan dirasakan ke maysrakat global dengan memanasnya suhu bumi secara menyeluruh.
Satu hal lagi yang akhir-akhir ini hampir dilupakan adalah pencemaran udara yang keluar dari asap kendaraan. Tidak terlepas entah itu kendaraan beroda dua maupun kendaraan beroda empat. Di jalan-jalan masih banyak dijumpai kendaraan yang mengeluarkan asap knal pot tidak wajar. Asap yang dikeluarkan banyak, berwarna hitam pekat dan berbau. Hal ini sangatlah mengganggu pengendara yang ada dibelakangnya. Apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja entah bencana apa lagiyang akan muncul. Suhu bumi yang semakin memanas, musim tidak menentu. Berawal dari zat yang dikeluarkan berupa gas CO itulah penyumbang dari pemanasan global.
Harus adanya tindakan keras dari pemerintah untuk menyikapi hal itu. Perlu dibuat suatu kebijakan yang mengatur tentang layak atau tidaknya kendaraan tersebut untuk beroperasi. Jadi dilakukan uji, semacam uji kelayakan. Yang nantinya akan memastikan apakah kendaraan tersebut layak untuk dipakai layak untuk beroperasi atau tidak. Kendaraan yang tidak lulus uji kelayakan misalnya dikarenakan mengeluarkan asap knal pot yang melebihi ambang batas kewajaran harus bditindak tegas dengan dicabutnya surat izin pemakaian kendaraan tersebut. Jadi kendaraan tersebut dilarang atau tidak diperbolehkan untuk digunakan. Dengan adanya kebijakan seperti ini harapannya bisa mengurangi kerusakan lingkungan yang sudah sedemikian parahnya

Kareen el-Qalamy

Senin, 04 Juli 2011

Pudarnya Budaya Ontime

Menghitung hari…
Detik demi detik….(Lho kok malah nyanyi..???)
Iya, emang lagu itu pas banget apabila kita berbicara masalah waktu. Ada apa dengan waktu??? Waktu, berjalan sangat cepat, tidak terasa, tidak akan bisa kembali, sesuatu hal yang sangat misterius. Menjadi salah satu nikmat paling berharga yang telah Allah berikan kepada setiap hambanya. Waktu yang telah terlewati tergantung masing-masing orang akan menjadikannya seperti apa. Apakah akan menjadi saksi sejarah kehidupan, sehingga nantinya bisa kita ceritakan kepada anak cucu dengan bangganya. Apakah hanya terlewati begitu saja tanpa meninggalkan kesan sedikitpum di hati? Ataukah hanya sebagai kenangan yang tersimpan rapi di memori semata? Cukup jawaban tersebut di dalam hati saja.
Bagi hambanya yang tahu dan sadar akan pentingnya nikmat waktu, tentu banyak sekali hal yang ingin dilakukan. Bahkan sampai-sampai ada yang berandai-andai, seandainya bisa meminta pertambahan waktu. Terkadang kegiatan yang dilakukan lebih banyak dibandingakan dengan waktu yang tersedia. Itulah ciri-ciri manusia produktif.
Namun berbeda bagi mereka-mereka yang tidak menyadari akan betapa berharganya nikmat waktu itu. Tentu waktu yang tersedia akan terbuang dengan sia-sia. Dikarenakan waktu yang ada tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Buktinya waktu tidak dimanfaatkan melalui kegiatan-kegiatan yang positif dan tidak mendatangkan mashlahah entah itu untuk diri pribadi maupun orang lain.
Apalagi jika kita perhatikan kebiasaan manusia pada umumnya. lebih suka ditunggu daripada menunggu. Memang menunggu seseorang adalah sesuatu hal yang sangat menyebalkan. Tetapi ketika semua orang maunya ditunggu lantas siapa yang akan menjadi pioner. Pioner untuk membudidayakan kebiasaan ontime di kalangan masyarakat kita. Sehingga wajarlah muncul istilah”jam karet”. Karena di setiap ivent tidak terlepas dari yang namanya molor,
Nampaknya wabah pudarnya budaya ontime ini hampir menjangkiti seluruh elemen masyarakat. Tidak pandang bulu entah itu pejabat pemerintahan, kalangan pelajar dan yang lebih parah lagi kalangan aktivis dakwah juga tidak bisa terhindar darinya. Aktivis dakwah yang notabene lebih paham dengan ajaran agamanya, salah satunya adalah mengenai pentingnya waktu. Dalam Q.S Al-Ashr ():1-3 sering kali disebutkan. Tetapi kenapa mereka juga ikut-ikutan menjadi seperti itu? Kira-kira apanya yang salah? Untuk menyangkut perkara ini tidak serta merta menyalahkan ajaran agamanya, tetapi ada yang perlu dibenahi dari kepribadian setiap individu aktivis dakwah.
Agar pemanfaatan waktu bisa lebih efektif dan tidak terbuang dengan percuma, budaya ontime perlu dilestarikan kembali. Meskipun waktu yang terlewati hanya beberapa menit atau jam untuk menunggu suatu hal entah itu menunggu kedatangan seseorang atau menunggu dimulainya suatu acara tetapi sangatlah disayangkan. Waktu yang terbuang seharusnya lebih bermanfaat apabila hal-hal yang bersangkutan bisa ontime. Karena dengan ontime tentu tidak menggusur jatah waktu yang telah direncanakan untuk kegiatan-kegiatan lain setelahnya. Itu menjadikan agenda lain tiap-tiap individu tidak terganggu. Sebab sudah dipastikan biasanya apabila dimulainya suatu acara saja sudah molor tentu selesainya pun akan molor.
Maka dari itu perlu adanya kesadaran dari dalam pribadi individu menyikapi tentang lunturnya budaya ontime. Mulai dari hal yang terkecil menghadiri rapat misalnya. Banyak orang yang lebih senang menunggu sampai ada orang yang memulai terlebih dahulu baru dia mengikuti di belakangnya alias menyusul. Bisa dimaklumi apabila bersamaan dengan agenda lain yang lebih urgen misalnya tetapi kalau tidak. Kalau hampir semua orang bersikap seperi itu kapan sebuah kebaikan akan mulai dilakukan? Sedangkan Islam menghendaki setiap muslim menjadi pemandu atau pelopor.
Oleh sebab itu mulai dari saat ini dan mulai dari diri sendiri khususnya bagi para aktivis dakwah, di tangan siapa lagi kebaikan itu akan tetap bertahan kalau tidak berada di atas pundak-pundak kalianlah amanah tersebut ditunaikan? Menjadilah pelopor, perintis yang tentunya akan menggoreskan tinta sejarah peradaban demi perbaikan masyarakat menuju arah yang lebih baik tentunya. Mengawali semua bentuk kebaikan walaupun kecil ruang lingkupnya.

Yogya, 5 Juli 2011
Kareen el-Qalamy

Rabu, 22 Juni 2011

Dengarlah Suara Rakyat

Kareen el-Qalamy

Bangsa ini sudah merdeka sejak tahun 1945. Namun, apa yang dimaksud dengan “merdeka”? Apakah kemerdekaan yang telah diraih ini adalah kemerdekaan yang diinginkan dan telah dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia? Atau kemerdekaan ini hanya untuk masyarakat kaum elit saja, yang dengan sekehendak hatinya memperoleh apapun yang mereka mau dengan adanya uang di tangan. Sungguh sangat tidak adil.
Rakyat miskin dengan segala keterbatasannya memenuhi kebutuhan hidup, berjuang menghadapi himpitan kesulitan ekonomi yang semakin mencekik. Mereka berjuang di tengah sempitnya lapangan pekerjaan dan harga kebutuhan pokok yang terus-menerus merangkak naik. Dunia pendidikan yang dikomersialisasikan juga harus dihadapi rakyat kecil.
Mau dibawa kemana bangsa ini jika sebagian besar rakyatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan ?
Dengan kondisi tersebut mengakibatkan tidak sedikit dari mereka terpaksa melakukan hal-hal yang istilahnya melanggar hukum. Munculnya kasus-kasus pelanggaran hukum menyebabkan tingkat kriminalitas di Indonesia semakin tinggi. Kalau sudah demikian siapa yang dirugikan? Tentu semua akan menanggung segala resiko yang terjadi.
Melihat keadaan bangsa yang semakin parah ini, apakah masih sempat mencari-cari siapa kambing hitamnya? Sudah seharusnya semua elemen masyarakat instrospeksi diri. Tidak hanya sektor ekonomi saja yang carut marut, tetapi kebobrokan memang sudah melanda di semua segmen kehidupan di negara ini. Lantas, apakah kita hanya berdiam diri sekadar melihat apa-apa yang telah terjadi?
Lihat saja di televisi, tayangan-tayangan yang disajikan hanya sekadar menghibur tidak sekaligus sebagai sarana pendidikan yang mendidik pemirsa setianya. Tidak sedikit pula tayangan yang ada berbau pornografi. Tayangan televisi mengeksploitasi wanita sebagai objek yang dikomersialkan dengan mempertontonkan bentuk tubuh yang seharusnya ditutupi. Dimana tayangan tersebut bisa memancing nafsu kaum laki-laki untuk melakukan hal yang tidak senonoh. Imbasnya yang dirugikan siapa lagi kalau bukan wanita.
Tidak hanya di dunia entertainment saja. Di sektor pemerintahan juga tidak luput dari yang namanya kebobrokan. Lihatlah sikap dan perilaku para anggota dewan yang terhormat. Apakah yang demikian itu dapat dijadikan sebagai keteladanan bagi rakyatnya? Saat masyarakat sangat merindukan karakter pemimpin yang berpihak pada rakyat, mereka sendiri malah asyik mencari-cari kesejahteraan dirinya sendiri. Buktinya mereka giat memperjuangkan aspirasi kenaikan tunjangan anggota dewan, padahal kondisi rakyatnya menyedihkan. Kira-kira hati nurani mereka dikemanakan?
Waktu musim liburan tiba, hanya sedikit masyarakat yang bisa menikmati liburan dengan berkunjung ke tempat atau objek wisata yang ada. Bukan karena tarif yang dikenakan mahal walaupun sebenarnya mahal, tetapi terlebih disebabkan penggunaan kesempatan yang ada. Masyarakat kelas menengah ke bawah, khususnya bagi mereka yang masih duduk di bangku sekolah, menggunakan liburan dengan bekerja membantu orang tuanya untuk menambah penghasilan.
Pemandangan semacam itu banyak terlihat di pingir-pingir jalan, di perempatan atau pertigaan lampu merah. Pasti ada anak-anak kecil yang bergerombol. Ketika lampu merah menyala mereka lantas mendekati para pengguna jalan, berharap agar para pengemudi kendaraan mau berbagi sedikit rezekinya kepada mereka dengan cara mengamen. Bahkan, ada yang langsung to the point meminta uang dengan alasan untuk makan.
Tidak hanya anak kecil yang ada di sana, orang tua jompo juga tidak mau kalah. Dengan berbekal tangan saja, mereka menengadahkan tangan ke setiap pengguna jalan yang berhenti di pinggir jalan. Tidak peduli di segala cuaca. Entah itu di saat hujan yang turun dengan derasnya atau di saat panas terik matahari yang membakar tubuh. Sungguh pemandangan yang sangat miris.
Ironis memang. Sangat berkebalikan 1800 apabila dibandingkan dengan gaya hidup para penguasa negeri ini. Tidak habis pikir sempat-sempatnya para anggota dewan memikirkan kepentingannya sendiri. Apakah mereka sudah lupa bahwasannya terpilihnya mereka menjadi anggota dewan juga berkat suara yang diberikan oleh rakyat? Sungguh tidak tahu terima kasih.
Parahnya lagi, tidak sedikit mereka yang terpilih juga mengobral janji-janji gombal pada saat kampanye. Tidak hanya janji-janji gombal yang mereka lontarkan, namun pembelian suara dengan memberikan sejumlah uang kepada rakyat untuk memilih calon-calon tertentu tampaknya sudah menjadi hal yang lumrah. Bisa dibuktikan, berapa persen anggota dewan yang sudah terpilih lantas menunaikan janji-janji gombalnya saat kampanye dulu? Yang ada, mereka mencari-cari kesempatan bagaimana caranya mengembalikan modal yang telah dikeluarkan, meningkatkan kesejahteraan pribadi. Bukannya mencari-cari kesempatan bagaimana caranya menyejahterakan rakyatnya. Astaghfirullah
Masih hangat dalam benak masyarakat tentang pembangunan gedung MPR/DPR yang menghabiskan tidak sedikit anggaran negara. Daripada untuk membangun gedung MPR/DPR yang faktanya masih bagus dan sepertinya tidak perlu diadakan pembangunan lagi, lebih baik disalurkan untuk membangun dan merenovasi gedung-gedung sekolah. Apalagi gedung-gedung sekolah yang ada di daerah terpencil kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Tidak sedikit siswa yang rela belajar beratapkan langit karena keadaan gedung sekolah mereka yang benar-benar sudah tidak layak pakai.
Tidak ketinggalan juga mengenai hobi para anggota dewan melancong ke luar ngeri dengan alasan menjalankan tugas dinasnya. Padahal, apa yang dilakukan sebenarnya sangat jauh berbeda dengan apa yang disampaikan. Tidak jauh dari sekadar bersenang-senang dengan menggunakan uang negara. Bahkan, ada aparat pemerintah di tengah-tengah situasi masyarakatnya yang tidak menentu malah pergi keluar negeri. Hal yang sangat menjengkelkan. Bukannya mendampingi rakyatnya untuk mencari solusi dari permasalahan yang ada, tetapi malah kabur ke luar negeri. Apakah dengan mereka meninggalkan permasalahan yang ada lantas permasalahan tersebut dapat terselesaikan dengan sendirinya? Tentu tidak.
Memang sudah saatnya mengadakan perbaikan melihat kondisi bangsa ini. Alangkah lebih baiknya jika perbaikan yang dilakukan dimulai dari sektor pendidikannya. Pendidikan karakter memang harus lebih digalakkan. Karena dengan pendidikan karakter inilah manusia dibina akhlaknya. Agar nantinya tumbuh generasi-generasi yang tidak hanya pandai di bidang ilmu pengetahuan saja namun juga harus disertai dengan akhlak yang sopan dan baik.
Tidak menutup kemungkinan dengan adanya pendidikan karakter ini, praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang selama ini membelit bangsa Indonesia berangsur-angsur menurun kuantitasnya. Dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat segera terealisasi. Karena dana yang terkumpul akan tersalurkan sesuai dengan sasaran yang berhak menerima tanpa adanya kekhawatiran terjadinya praktik KKN.

Kamis, 16 Juni 2011

Indahnya Bersama Rohis

Ketika teringat kenangan indah itu. Serasa ingin mengulang kembali. Sungguh berkesan dan tak akan pernah terlupa. Seperti sebuah keberuntungan buatku. Pengalaman yang sangat langka. Tidak bisa diperoleh kalau hanya aktif di bidang akademik saja. Organisasi, ya organisasi.
Di dalam organisasi aku bisa belajar banyak hal. Organisasi di sini bukan hanya sekadar organisasi, namun lain daripada yang lain. Rohani Islam Siswa, biasa dikenal dengan sebutan Rohis. Organisasi yang bernafaskan ke-Islaman. Dimana di dalamnya tempat berkumpul siswa-siswa yang masih peduli akan perjuangan dakwah ini.
Perkenalanku dengan rohis bermula saat kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa). Ada sebuah sesi yang membahas organisasi apa saja yang ada di SMA tercinta. Salah satunya adalah Rohis. Memang ketertarikan sejak awal ingin mencari organisasi yang bernuansa Islam. Dilihat dari segi kondisi tentu lebih kondusif. Mendukung untuk membentuk karakter siswa yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia.
Apalagi jika ditinjau dari pergaulan anak remaja zaman sekarang. Usia-usia SMA merupakan masa pencarian jati diri remaja. Bagi remaja yang tidak mempunyai prinsip hidup, dengan mudahnya terombang-ambing oleh arus pergaulan yang semakin bobrok saja. Alih-alih berlandaskan kebebasan demokrasi, memperjuangkan HAM. Tetapi apa yang didapat, kebebasan tanpa batas yang tidak memperhatikan norma-norma, peraturan formal dan hukum agama.
Itulah yang membuatku miris, melihat kebanyakan anak muda sekarang. Dengan bangganya mereka mengikuti budaya barat yang perlahan tetapi pasti, akan menjerumuskan pengikutnya ke kubangan dosa. Berawal dari salah dalam menentukan lingkungan pergaulan. Tidak terlepas juga salah dalam memilih teman pergaulan. Tidak sedikit mereka yang awal mula masuk SMA terlihat lugu, alim, pendiam. Setelah menginjak tahun ke-dua berubah 180’.
Rasa syukur tiada terkira selalu terucap. Entah bagaimana jadinya diri ini kalau tidak bersinggungan langsung dengan dunia rohis. Inilah kenikmatan hidayah yang Allah berikan. Untuk membentuk kepribadianku agar lebih islami tentunya. Salah satunya melalui perantara rohis, Allah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku. Rohis yang selama ini mewarnai duniaku. Menjadikan diri ini seorang hamba yang ingin selalu dekat dengan Rabbnya.
Rohis seperti sudah menjadi keluarga ke-dua di kehidupanku selain keluarga dalam artian sebenarnya. Bagaimana tidak, terdapat ketenangan, kedamaian dan ketentraman batin di dalamnya. Yang belum tentu bisa diperoleh di organisasi lain. Teman-teman seperjuangan, yang selalu mengajak dalam kebenaran, menasihati dalam kesabaran, mengingatkan dalam kesalahan. Itulah kriteia teman sejati. Dan hal tersebut bisa kuperoleh di rohis.
Nuansa kekeluargaan sangat kental terasa. Walaupun baru beberapa hari masuk menjadi anggota baru. Tetapi mereka memperlakukanku layaknya sebagai adik sendiri. Perhatian dan kepedulian tidak henti-hentinya mereka berikan. Salah satu tradisi yang meelekat di rohis adalah adanya rasa saling mendahulukan teman yang lain selain dirinya sendiri. Tidak adanya sikap individualisme, mementingkan diri sendiri dari pada orang lain.
Mereka yang aktif di dalamnya mau tidak mau harus lihai dalam memenejemen waktu. Mengatur waktu seefektif dan seeefisien mungkin. Karena konsentrasi terpecah, tidak hanya memikirkan sekolah alias belajar secara akademis, tetapi dituntut juga untuk dapat fokus mengatur organisasi.
Namun, walaupun begitu jangan dipandang sebelah mata para aktivis ini. Malahan mereka yang tampil di muka dengan menunjukkan segudang kreativitas dan prestasi adalah kebanyakan dari anak-anak rohis. Di rohis bisa sekaligus mengembangkan bakat terpendam yang tidak bisa disalurkan hanya dengan fokus di kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas saja. Bagi aktivis yang mempunyai kemampuan dalam hal leadership yang bagus maka akan ditantang untuk menjadi ketua. Yang lihai mengatur keuangan, bisa ditempatkan menjadi bendahara. Mereka yang berbakat berbicara di depan umum bisa disalurkan ketika menyampaikan khutbah di khalayak ramai.
Tidak hanya dari segi bakat dan kreativitas saja yang diasah, rohis juga menjadi salah satu media pembentukkan akhlak yang baik. Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang diadakan rohis bagi siswa, sekaligus mengontrol sikap dan perilaku agar mencerminkan akhlak islami dan berbudi pekerti yang luhur. Jadi tidak aneh jika anak-anak rohis kebanyakan dikenal siswa yang alim, dan bersifat baik.
Bahkan para aktivis dakwah ini dituntut untuk mengambil keputusan secara tepat dan cepat. Tanggap dan sigap terhadap kondisi yang terjadi sehingga tahu langkah apa yang harus ditempuh. Kritis dan peka dengan lingkungan sekitar. Menjadi hal yang lumrah jika para aktivis ini juga aktif dalam KBM di kelas. Tidak adanya rasa minder untuk tampil di garda depan. Selalu optimis dengan apa yang telah ditargetkan.
Apa-apa yang didapat di rohis merupakan persiapan membentuk kepribadian ideal yang nantinya layak untuk melanjutkan estafet pemerintahan di negeri ini. Tidak hanya pandai dalam hal akademis tetapi juga disertai dengan akhlak yang baik dan kemampuan untuk mengaplikasikan di dalam kehidupan nyata. Generasi penerus seperti inilah yang pantas dan sangat dibutuhkan, menolong bangsa ini untuk keluar dari krisis yang melanda di segala aspek sekian lama.
Teruntuk adik-adik kelasku, dijamin kalian tidak akan rugi jika bergabung di dalam keluarga rohis. Banyak sekali keuntungan yang didapat, tidak hanya keuntungan di dunia saja tetapi keuntungan di akhirat juga bisa kalian borong. Maka dari itu tidak perlu berpikir panjang lebar lagi. Kesempatan yang sangat langka dan sangat berharga. Asal tahu saja, melalui pengalaman-pengalaman mengasyikkan yang kuperoleh saat bergabung di rohis, ingin rasanya terus berada di sana walaupun saya sudah menyelesaikan studi dari SMA.
Sungguh rasa syukur selalu kupanjatkan ketika teringat bahwasannya diri ini pernah bergabung dan memberikan kontribusi di dakwah sekolah melalui rohis. Rasa bangga yang tidak akan pernah hilang selalu membersamaiku melangkah untuk melanjutkan estafet perjuangan dakwah. Walaupun sekarang berada di lngkungan yang berbeda, lingkungan kampus. Sudah tidak berada di lingkungan sekolah lagi. Secara otomatis sarana yang kupilih juga berbeda. Tidak di organisasi rohis namun sifat dan tujuannya sama.
Karena sejak masa studi di SMA telah berakhir, timbul azzam dalam diri untuk bergabung dalam organisasi yang serupa dengan rohis. Dan alhamdulillah sekarang telah kujumpai. Terima kasih rohis, dirimu telah mengajariku banyak hal. Dan bermula dari rohislah, diri ini bisa merasakan indahnya berjuang di jalan dakwah. Istiqomahkanlah kapanpun, dimanapun dan apa yang akan kulakukan. Semuanya kupersembahkan untuk kesuksesan dakwah dalam hal menggapai ridho Allah SWT.

Kareen el-Qalamy

Sabtu, 11 Juni 2011

Ramadhan yang Dinanti

Kareen el-Qalamy

Ramadhan oh Ramadhan…
Kemuliaan yang terpancar, menerangi di setiap sudut kehidupan. Tidak ada yang luput dari pancaran sinarnya. Kedamaian, ketentraman dan ketenangan. Penuh limpahan pahala, curahan keberkahan, luasnya samudra ampunan, dibuka selebar-lebarnya pintu surga dan dikunci serapat-rapatnya pintu neraka.
Sungguh beruntung sekali mereka yang masih diberi kesempatan untuk bertemu. Apa lagi kalau bukan bertemu dengan bulan Ramadhan. Memang, Allah Maha Luas Kasih Sayang-Nya kepada hamba-Nya. Mengkaruniakan bulan suci ini. Tentu bagi bagi mereka, orang-orang yang beriman sangat mendambakan saat-saat pertemuan dengan bulan Ramadhan.
Tidak terasa hampir mendekati.Sangat cepat terasa, tetapi juga sangat lama. Tiba-tiba bulan Ramadhan sebentar lagi menyambangi kita. Namun, kalau dirasa-rasa ternyata masih lama juga. Ingin rasanya diri ini segera bertemu. Bahkan, selalu memohon untuk diberi kesempatan walaupun untuk yang terakhir kalinya. Menggunakan kesempatan yang diberi sebaik mungkin. Meningkatkan kualitas dan kepribadian diri. Meraih ketakwaan.
Disebabkan banyak sekali kenangan manis di dalamnya. Saat-saat indah bersama teman-teman. Berlomba-lomba memperoleh pundi-pundi pahala. Dan yang lebih penting lagi adalah mendapatkan derajat takwa. Amalan-amalan surgawi dengan ringan tanpa adanya berat hati senantiasa dilakukan. Setiap detik, setiap menit, bahkan setiap jam yang berlalu. Tidak pernah alpa untuk terus memperbanyak ibadah
Semuanya terasa sangat ringan. Bahkan, terpenuhinya beberapa targetan, semakin menambah ghirah dakwah ini. Maka, jangan sekali-kali meremehkan dan bahkan menyia-nyiakan kehadiran bulan Ramadhan. Sangatlah merugi bagi mereka-mereka yang di saat itu juga bertemu dengan Ramadhan, tetapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.
Berpuasa, tilawah, tadarus, pengajian dan lain-lain. Serentetan ritual yang wajib ada di bulan Ramadhan semakin menambah semarak. Apalagi melihat semangat pemuda dan remaja di desaku. Berbondong-bondong memperebutkan obralan janji dari-Nya. Janji di sini sangatlah berbeda apabila dibandingkan dengan janji yang terucap oleh lisan makhluknya, manusia. Camkan baik-baik bahwasannya Allah tidak pernah menyalahi janji-Nya. Oleh sebab itu, tidak ada alasan untuk tidak mempercayai-Nya.
Di setiap perjalanan bertemu dengan bulan Ramadhan meninggalkan kesan yang begitu sangat mendalam. Adanya kemauan untuk melaksanakan puasa kumulai ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 4. Rasa bangga menyeruak, apalagi ketika aku dapat melaksanakan puasa full secara satu bulan. Dan satu lagi yang membuatku tak henti-hentinya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah.
Termasuk besarnya cinta Allah kepadaku, ialah menjadikan Ramadhan sebagai perantara. Perantara akan hidayah yang diberikan-Nya kepadaku. Hidayah berupa panggilan untuk melaksanakan kewajibanku sebagai seorang perempuan muslimah pada umumnya. Ya, perintah untuk mengulurkan kain kudung ke dada alias berjilbab. Pada saat diri ini menginjak usia empat belas tahun. Sungguh suatu kenikmatan hidayah yang sangat luar biasa, sangat berharga bagiku. Tidak mengherankan jika di setiap akhir dari sujud-sujudku selalu kupanjatkan doa. Janganlah Engkau cabut nikmat hidayah itu dari sisiku, ya Rabb
Curahan hidayah tersebut tidak serta-merta berjalan mulus. Pastinya ada halangan dan rintangan yang harus kuhadapi. Empat belas tahun usiaku, duduk di bangku pendidikan SMP kelas dua. Sebenarnya niatan untuk berjilbab sudah ada sejak diri ini akan memasuki SMP kelas satu. Namun, cobaan itu pun datang. Setelah kutahu bahwa hanya dua orang perempuan di kelasku yang memakai jilbab. Serta-merta nyaliku menciut. Sepele memang, tetapi tidak bisa kupungkiri cobaan tersebut sangat berat.
Belum adanya rasa percaya diri yang terbangun dengan kuat, sehingga hal tersebut berhasil untuk mengurungkan niatku itu. Sampailah di saat-saat hidayah itu datang. Bertepatan di bulan Ramadhan. Rupanya Allah bermaksud memberikan hidayah saat bulan Ramadhan agar semakin mudah diriku untuk menerimanya. Dengan serangkaian kegiatan yang diadakan oleh remaja masjid di desaku, tidak pernah absen diriku untuk selalu mengikutinya
Salah satunya adalah pengajian yang diadakan setiap dua hari sekali di malam Ramadhan. Disertai dengan mendatangkan ustadz yang sudah ahli di bidang agama. Sampailah di suatu malam ketika inti pengajiannya itu adalah berkenaan dengan yang namanya jilbab. Hatiku berdesir lembut seiring dengan isi penyampaian dan gaya penyampaian yang sangat memukau. Langsung serta-merta adanya ‘azzam untuk berjilbab muncul kembali dan semakin kuat saja.
Di keesokkan harinya, kusampaikan niatanku itu kepada kedua orang tuaku. Alhamdulillah, Allah kembali mempermudah jalanku. Orang tuaku mendukung apa-apa yang telah menjadi keputusanku asal tidak menyalahi syariat. Berjilbab ‘kan tidak menyalahi syariat, bahkan diwajibkan bagi muslimah ?
Semenjak itu juga perubahan sedikit demi sedikit secara perlahan kulakukan. Mulai dari menyisihkan dan mengganti baju-baju yang sekiranya belum bisa menutup aurat seluruhnya. Mau tidak mau seragam sekolah yang biasanya kupakai sejak awak masuk SMP harus kuganti dengan seragam jilbab. Ibu yang mengantarkanku ke penjahit.
Hari pertama masuk sekolah dengan penampilan yang sungguh sangat berbeda. Memasuki gerbang pintu masuk SMP, menuntun sepeda ontelku menuju tempat parkir. Melewati pintu ruang kelasku. Beberapa orang teman memandangku dengan ekspresi kaget dan tidak percaya. Sorak sorai teman-teman terdengar ketika kaki ini menginjak memasuki ruang kelas. Sungguh seakan-akan bagaikan mimpi. Akhirnya aku bisa mengenakan pakaian takwa yang selama ini kuinginkan.
Dorongan motivasi tidak henti-hentinya mengalir untukku. Terutama dari teman-teman pengajianku. Rasa nyaman dan damai ketika diri ini memutuskan berjilbab. Seakan semakin dekat dengan Sang Pencipta. Ketenangan seperti inilah yang selama ini kudamba. Dan sekarang telah kurasakan. Semoga ketenangan ini bersifat abadi sampai akhir hayatku. Kumemohon janganlah Engkau cabut hidayah itu dariku. Istiqamahkan dan tegarkan diri ini.
Itulah salah satu dari sekian banyak sweet moment yang pernah kualami di bulan Ramadhan. Ucapan rasa syukur, alhamdulillah senantiasa kuhaturkan. Hidayah yang diberikan, belum tentu orang lain bisa merasakannya. Bahkan, rasa syukur itu bertambah ketika melihat perempuan muslim yang belum diberi hidayah untuk berjilbab. Belum bisa merasakan keutamaan dari berjilbab itu
Akhirnya sampai saat ini ketika usiaku menginjak dua puluh tahun, masih dalam balutan jilbab syar’i. Akan selalu kupertahankan sebagai identitasku sebagai seorang muslimah juga sekaligus menjaga kehormatan dan martabatku. Walaupun sudah enam tahun kulalui, namun tidak menjamin sepi dari ujian dan cobaan. Masih ada salah seorang dari pihak keluarga yang belum berkenan jika aku memakai jilbab. Ada saja pernyataan-pernyataan yang dilontarkan mengenai ketidaksukaan ketika diriku memakai jilbab dan selalu membuat hati ini sakit mendengarnya.
Juga ada beberapa permasalahan yang harus kuhadapi karena mengancam kesucian jilbabku. Masalah itu berkenaan dengan menjaga hati dari perbuatan-perbuatan yang tidak pada tempatnya. Apalagi yang ada hubungannya dengan lawan jenis. Hampir saja terjerumus ke perbuatan yang sangat memalukan apabila dilakukan oleh seorang muslimah (pacaran). Alhamdulillah, Allah masih menyayangiku melalui perantara jilbab yang kukenakan ini. Jelas-jelas perbuatan itu bisa menggadaikan identitas, kehormatan, dan harga diri yang selama ini kujaga dan kupertahankan. Ada rasa malu yang sangat teramat dalam kepada jilbabku dan kepada Allah tentunya jika perbuatan tersebut kulakukan.
Terima kasih ya Rabb, Engkau telah memberiku hidayah untuk semakin mendekat kepadamu melalui perantara jilbab ini. Dan hidayah ini Engkau berikan di saat spesial, yaitu bertepatan di bulan Ramadhan. Oh Ramadhan, kehadiranmu sangatlah dan selalu kunanti. Berikanlah kesempatan untukku bertemu dengan Ramadhan walaupun itu Ramadhan terakhir bagiku. Akan kugunakan dan jangan terlewatkan barang sedetik pun untuk meraih derajat takwa di sisimu. Amin…

Senin, 30 Mei 2011

Perempuanku

Menawan, lembut, perasa, banyak istilah yang senada. Erat kaitannya dengan yang namanya perempuan. Perempuan, salah satu makhluk Allah yang mempesona. Mempesona bagi siapapun yang melihatnya. Bahkan alangkah beruntungnya bagi siapa saja yang bisa memilikinya. Apalagi memiliki perempuan yang tidak sekadar perempuan. Namun memiliki seorang bidadari dunia. Siapa lagi kalau bukan perempuan sholehah yang patut menyandang gelar tersebut.
Sama halnya apa yang sedang aku rasakan sekarang ini. Mendambakan seorang bidadari dunia hadir di tengah-tengah kehidupanku. Mengenai kapan saat-saat seperti itu akan menghampiriku, aku pun tidak tahu. Biarlah waktu yang akan menjawab.
“Anton, pagi-pagi kok sudah melamun seperti itu?,”sapa Ibuku sambil menepuk pundakku dari belakang. Heran, rupanya ibu sudah mengamatikuku sedari tadi. “ngelamunin apa atau ngelamunin siapa?,”goda ibu.
“Ah nggak kok Bu, Ibu ini bisa saja. Anton cuma melihat pemandangan desa ini yang masih asri”,jawabku. Maklum sudah kurang lebih empat tahun diperantauan menuntut ilmu, menempuh studi menyelesaikan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Baru dua hari yang lalu, pulang ke kampung halaman di salah satu desa terpencil di Jawa Tengah.
“Sarapan dulu sana, Ibu sudah membuatkan makanan kesukaanmu lho…,nggak kangen sama masakan Ibu?,”
“Ibu ini lho ada-ada saja, mana mungkin Anton tidak kangen sama masakan Ibu yang menggoda selera. Sampai-sampai menunggu waktu empat tahun untuk bisa merasakannya lagi,”mengamati ibu yang semakin menjauh dari tempat dudukku.
Ibu, semakin lama wajahmu mulai adanya tanda-tanda keriput. Itu menandakan dirimu semakin lama semakin tua dimakan usia. Walaupun begitu, justru semakin menambah rasa sayangku padamu. Karena di usiamu yang semakin lanjut tidak mengurangi curahan dan limpahan kasih sayangmu kepada keluarga terlebih kepada anak-anakmu. Apalagi setelah sepeninggal ayah, mau tidak mau ibu harus menggantikan peran sebagai seorang ayah Alhamdulillah, terima kasih ya Allah Engkau telah mengkaruniakanku seorang ibu yang sungguh sholehah. Aku berharap ke depannya yang pantas untuk menjadi ibu bagi anak-anakku adalah sesosok perempuan sholehah seperti ibu. Amin…
“Kamu kan sudah selesai kuliah, pekerjaan mapan juga sudah kamu peroleh, tunggu apa lagi Anton?,”secara tiba-tiba ibu melontarkan sebuah pertanyaan yang mengejutkanku.
Entah pura-pura tidak paham atau ingin mengelak memberikan jawaban,”Tunggu apa lagi, maksud Ibu?”,
“Anton-anton, kamu itu, seharusnya paham apa yang Ibu bicarakan. Tentang calon pendamping hidup, atau diam-diam kamu sudah punya tetapi belum memberitahukan kepada Ibu, ayolah kasih tahu Ibu,”
“Calon pendamping hidup???, Apa yang Anton katakan setelah ini benar Bu. Anton belum punya calon sama sekali. Walaupun di Yogya dulu punya banyak teman perempuan,”jelasku.
“Apa perlu Ibu turun tangan membantumu untuk mencarikannya?,”ibu memberi tawaran.
“Boleh-boleh, buat Anton tidaklah masalah asal Ibu cocok, tetapi satu syarat yang Anton ajukan.”
“Pake syarat-syarat segala, ya udah apa?.”
“Carikan calon istri yang seperti Ibu,”godaku sembari berlalu meninggalkan meja makan menuju kamar. Tak lupa seyuman lebar kutujukan kepada ibu yang masih duduk manis di ruang makan.
“Eh…mau ke mana?Belum sempat makan kok malah pergi,”gerutu ibu.
√ √ √

Keesokan harinya…
“Ibu, sini deh…lihat foto ini…,”kutunjukkan sebuah foto kepada ibu. Foto bebarengan dengan teman-teman LDK dulu. Sambil menunjuk ke salah seorang teman akhwat.
“Foto siapa ini Anton?,”tanya ibu heran.
“Ini foto teman-teman kuliah Anton dulu Bu, coba Ibu perhatikan perempuan yang memakai jilbab biru ini.”
Sambil mengamati salah seorang perempuan yang berada di foto tersebut,”Siapa ini namanya?Cantik dan anggun sekali. Anak mana itu?,”tanya ibu penuh selidik.
“Dia dari Jawa Barat Bu, tidak satu kelas dengan Anton, hanya saja satu organisasi.”
“Sepertinya anak laki-laki kesayangan Ibu ini mau memperkenalkan orang yang ada di foto ini, ya sudah Ibu tunggu lho..,”berdiri beranjak meninggalkanku.
Annisa, itulah nama panggilannya. Nama panjangnya aku lupa. Dia dulu adalah salah seorang stafku di divisi pengkaderan LDK. Entah dimana dia sekarang, setelah wisuda bersamaan denganku. Seandainya Allah masih memberikanku kesempatan untuk bisa bertemu, aku akan memberanikan diri untuk mengkhitbahnya. Karena bagiku dia sesosok perempuan sholehah, nampak beda di depan mataku dibandingkan dengan akhwat yang lain.
Saat-saat satu kepengurusan dengannya entah kenapa ada perasaan yang lain dari pada yang lain. Perasaan itu tidak muncul ketika aku berinteraksi dengan akhwat lain. Awalnya aku tidak terlalu merasakan. Namun semakin lama getaran itu semakin terasa. Berusaha sekuat tenaga kutepis perasaan itu. Seiring berjalannya waktu, pergantian pengurus pun tiba. Semenjak itu pula perasaan itu menghilang. Mungkin karena sudah tidak pernah berinteraksi. Memang benar, witing tresna jalaran saka kulina. Pepatah Jawa yang sangat popular di kalangan anak muda.
Ah…sudahlah…masa lalu penuh dengan kenangan indah. Terutama ketika mengingat sepak terjang perjuangan teman-teman LDK menyusuri jalan dakwah ini. Sekarang aku sudah kembali ke tanah kelahiranku, mau tidak mau harus kulanjutkan estafet dakwah ini. Jangan hanya karena selesai kuliah yang nota bene keluar dari lingkungan yang kondusif untuk berdakwah, menghentikan begitu saja aktivitas dakwahnya. Justru harus ditingkatkan semangatnya.

Pagi-pagi sekali menuju tempat dimana aku mengais rezeki. Warnet yang berada di seberang jalan, alhamdulillah memang menjadi hak milikku. Karena aku yang mendirikan usaha warnet tersebut. Ditanya mengapa alasannya memilih usaha warnet, soalnya sudah sangat sesuai dengan jurusan dan minatku, teknik informatika. Walaupun baru buka satu minggu tetapi pengunjung yang datang lumayan banyak. Ditambah lagi di desaku masih sangat jarang atau malah belum ada fasilitas-fasilitas mewah seperti halnya warnet. Jadi sekaligus memanfaatkan peluang yang ada.
“Assalamu’alaikum, Den, gimana kabarnya pagi ini?,”sapaku kepada karyawan warnet.
“Wa’alaikumussalam Mas, alhamdulillah baik.”
“Bagus, tetap semangat ya…!!!,”
Karyawan warnetku namanya Deny. Aku baru membutuhkan satu orang karyawan yang bersedia untuk bersama-sama denganku membangun warnet ini. Dia seorang laki-laki yang hanif taat beribadah. Mempunyai semangat yang luar biasa untuk bekerja. Cerdas, terampil dan rajin. Namun sayang dia hanya bisa mencicipi bangku sekolah sebatas SMP saja. Orang tuanya boleh dibilang kurang mampu untuk membiayai sekolah Deny.
Tiba-tiba keluar seorang akhwat dari salah satu ruang warnet. Kuamati sejenak. Sepertinya aku kenal. Setelah mendekat ke meja kasir.
“Berapa Mas?,”tanyanya to the point. Nampaknya terburu-buru. Masih dalam pandangan mata yang menunduk..
“Tiga ribu Mbak,”Deny sambil menerima uang dari akhwat tersebut. Tidak sengaja pandangan mata kami pun bertemu, buru-buru kita saling mengalihkan pandangan dan….
Seperti ada mata anak panah yang menusuk jantungku. Seketika itu pula anganku langsung tertuju kepada sesosok teman akhwat LDK dulu, Annisa’. Segera kusapa dia.
“Ukh An…nisa’?,”tanyaku terbata-bata.
“Akh Anton?,”disertai ekspresi terkejut.
“Kok di sini?Alhamdulillah kita masih dipertemukan,”perasaan grogi menjalar di sekujur tubuhku.
“Iya, saya dapat surat keputusan penempatan pegawai negeri di sini, afwan saya pamit dulu, assalamu’alaikum,”sambil membuka pintu warnet.
“Wa’alaikumusssalam…,”penempatan pegawai negeri?Langsung teringat bahwasannya Annisa dulu mengambil jurusan pendidikan matematika. Berarti sudah diterima jadi PNS, cepat sekali??.
“Mas Anton sudah sarapan?,”Deny menyadarkanku dari lamunan.
“Oh…iya, silakan Deny.”
“Mas kenal dengan Mbaknya tadi?,”tanyanya.
“Iya, dia dulu teman kuliahku saat masih di Yogya,”jelasku.
“Mbaknya itu tadi sering berkunjung ke warnet ini lho….tetapi baru kali ini Mas Anton bertemu dengan dia.”
“Iyakah..??Maklum kalau baru bisa bertemu sekarang, saya kan jarang ke sini pagi. Biasanya siang-siangan. Ya sudah, lanjutin kerjaannya,”keluar dari warnet.
Berjalan melangkahkan kaki menyusuri jalan desa. Masih dalam rasa penasaran. Kira-kira ukh Annisa tinggal di mana?sudahkah dia memiliki pendamping hidup?Ah…astaghfirullah…sedang memikirkan apa aku ini. Ketika sampai di halaman depan rumah. Ada tamu rupanya, tetapi siapa?
“Assalamu’alaikum…,”sambil mencium tangan Ibu.
“Wa’alaikumussalam…Anton, perkenalkan ini Annisa’,”langsung Ibu memperkenalkan tamu yang mungkin sudah sedari tadi berkunjung.
“Subhanallah…kita dipertemukan lagi,”secara spontan kuberkomentar. Senyuman kecil dia tujukan ke arahku lantas kembali dengan pandangan mata tertunduk.
“Jadi kalian sudah pernah bertemu?,”tanya ibu terheran-heran.
“Iya Bu, kita dulu sama-sama teman kuliah,”jelasku. Tidak enak rasanya jika tiba ikut nimbrung pembicaraan mereka. Langsung saja aku pamit untuk masuk ke dalam.
Kira-kira ada maksud apa Ukh Annisa berkunjung ke rumah dan bertemu dengan ibu. Tidak hanya itu, beribu pertanyaan bercokol di pikiranku. Kuletakkan tas yang sedari tadi ku bawa di dalam kamar. Remote control yang terletak tidak jauh dari posisiku berdiri segera kuraih, kupencet tombol on. Secara otomatis televise menyala.
Tengah asyik menonton televise, tidak diduga ibu sudah berdiri di belakangku lantas menemaniku dengan duduk di sampingku. Perhatianku pun beralih dengan kedatangan ibu.
“Ibu, Annisa tadi ada perlu apa?Kok ke sini?,”
“Emang kenapa?Gak boleh?,”jawab Ibu sewot.
“Ih..Ibu ini, Anton serius Ibu..Asal Ibu tahu saja, Annisa adalah perempuan yang pernah kutunjukkan ke Ibu lewat foto itu,”jelasku.
“Masak???Kok sepertinya beda,”ibu masih belum percaya.
“Ya, pantes kalau dibilang beda. Lha wong sudah dua tahun sejak foto itu diambil. Lagian pengambilan foto itu juga dari jarak jauh.”
“Annisa nanti akan membantu Ibu untuk mengajar di SMA.”Ibu selain sebagai ibu rumah tangga juga diberi kepercayaan untuk memimpin SMA N 1 Pulorejo menjadi seorang kepala sekolah.
“O…begitu.”
“Berarti semakin mudah kan, kalau kamu ingin melamar dia, Ibu bisa menjadi perantaranya.”
“Wah…Ibu ini tahu aja keinginnan anaknya. Dengan senang hati Bu.’’senyum terkembang setelah ibu berkata seperti it., menandakan bahwasannya ibu setuju dengan pilihanku.
√ √ √

Selang beberapa bulan, ibu akhirnya meminta Ukh Annisa untuk menjadi istriku. Tidak perlu membutuhkan waktu lama, hanya berkisar tiga hari. Dia langsung memberikan jawaban dan alhamdulillah Annisa mau menerima pinangan ibu. Hari-H pernikahan langsung ditentukan. Tinggal dua minggu lagi aku akan memiliki seorang istri. Hal ini belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Segala persiapan telah disusun secara matang. Mulai dari pembuatan busana pengantin, menu yang akan disajikan pada saat resepsi, juga tempat.
“Bu, Anton pergi dulu ya…,”pamitku.
“Lho mau kemana?, Di rumah saja, bantu-bantu Ibu untuk persiapan pernikahanmu,”dengan nada berat hati untuk mengizinkanku pergi.
“Mau mengantar undangan ke salah seorang teman, tidak jauh kok dan cuma sebentar saja.”Jelasku sambil menenangkan Ibu.
Kupacu kecepatan mobilku. Tidak terasa sudah berkisar 100 km/jam. Jalanan yang sepi menambah mobilku berpacu semakin kencang. Sampai di jalanan yang menurun, tiba-tiba….kaget disertai panik ketika menginjak rem mobil ternyata tidak berfungsi. Dan……ah…seketika itu juga pandangan menjadi gelap. Hanya terasa tubuh ini seperti dibanting-banting saja. Setelah itu tidak tahu apa yang terjadi.
“Anton….!!!Sadar nak….,Ibu ada di sini bersamamu,”tangis ibu ketika mendengar bahwa anaknya terbaring koma di rumah sakit. Sudah hampir tiga hari aku tidak sadarkan diri. Secara perlahan aku dapat membuka mataku. Ada banyak orang yang sedang menjengukku. Salah satunya adalah calon istriku, Annisa. Dia nampak begitu sedih melihatku dalam keadaan seperti ini. Sepertinya dia ingin mendekat dan aku pun ingin memegang tangannya. Tapi belum bisa, karena belum adanya ikatan sah antara kita.
Dia hanya memberikan senyuman sambil meneteskan air mata. Bagiku senyumannya sangatlah berarti untuk motivasi agar diri ini segera sembuh dan melaksanakan akad pernikahan. Ya Allah kuatkan diri ini. Dokter yang merawatku member isyarat kepada ibu untuk memberitahukan kondisiku sekarang. Kulihat ibu membuntuti dokter itu ditemani oleh Annisa.
Tidak lama ibu masuk kembali, sembari mendekat ke arahku. “Segera sembuh ya nak,”bisik ibu. Tidak sadar ternyata kedua kakiku tidak ada. Secara refleks diriku pun menjerit, belum bisa menerima kenyataan bahwasannya kakiku luka sangat parah sehingga harus diamputasi. Dengan segera ibu menenangkanku dengan belaian lembut tangannya.
Tiga minggu berlalu, pesta pernikahan yang seharusnya sudah terlaksana akhirnya diundur. Aku sudah diperbolehkan untuk pulang. Pertemuan antara dua keluarga diadakan. Memberikan kepastian akan tetap berlangsung atau tidaknya pernikahanku dengan Annisa.
“Melihat kondisi saya seperti sekarang ini, cacat tidak punya kaki, saya member kebebasan kepada ukh Annisa untuk menentukan pilihan. Tetap lanjut atau membatalkannya.”
Lama, dia memberikan jawaban. Suasana pun hening sejenak. “Dengan mengucap lafadz basmallah, saya memilih untuk tetap melanjutkannya.”
Seperti tidak percaya, apakah aku hanya mimpi di siang bolong. Tidak tahu, yang jelas dia memberikan jawaban yang tidak disangka-sangka. Sungguh perempuan sholehah, qanaah. Kalau dia perempuan biasa, pastinya sudah membatalkannya. Penentuan hari-H sudah ditetapkan. Ingin rasanya diri ini segera menjumpainya.
Hanya berselang tiga hari sejak pertemuan dua keluarga. Itu pun sebatas akad nikahnya saja. Sedangkan resepsinya ditunda dulu. Semoga kali ini berjalan lancar sesuai dengan keinginan kita berdua. Walaupun hanya tiga hari, tetapi menunggu rasanya seperti satu tahun saja.
Akhirnya saat yang dinanti-nanti tibalah juga…Akad telah terucap, suasana khidmat menyeruak di penjuru ruangan. Memang resepsi dilakukan di rumah mempelai perempuan. Diri ini dapat berjalan ke sana ke mari tidak terlepas dari bantuan kursi roda. Segera kuhampiri Annisa yang sekarang sudah resmi menjadi istriku. Dia pun menyambutku dengan raut wajah penuh kegembiraan. Selesai sudah akad nikah, sepi karena para tamu undangan sudah meninggalkan ruangan. Tinggal kita berdua, ibu dan orang tua Annisa juga keluar. Entah ada hal yang harus diselesaikan.
Rasa canggung dan grogi kembali hadir. Sama halnya Annisa yang masih nampak malu-malu untuk menatapku.
“Kita ke kamar yuk…,”ajakku.
Tidak ada jawaban, hanya sekadar anggukan. Itu cukup buatku karena sebagai tanda bahwasannya dia setuju. Dia langsung berlajan di belakangku dengan mendorong kursi roda menuju kamar yang memang sudah khusus dirancang sebagai kamar pengantin.
Sesampainya di dalam….bingung mau ngomong apa. Kami pun saling diam. Sepertinya belum menemukan pokok pembicaraan yang pas. Aku mencoba untuk mengawalinya.
“Dik, aku ingin tahu alasanmu. Kenapa kamu tetap menerimaku dengan kondisi seperti ini?,”sebuah pertanyaan terlontar sebagai pembukaan.
“Mas ingin tahu jawabannya? Karena Nisa melihat adanya ladang amal yang sangat menjanjikan di sana. Walaupun kondisi fisik Mas sudah tidak sempurna, tetapi kondisi ruhiyah dan fikriyah Mas masih terjaga. Nisa menganggap bahwasannya kesempatan Nisa untuk berbakti kepada suami semakin terbuka lebar. Mas tahu kan bahwasannya istri yang berbakti dan taat kepada suami akan dijanjikan surga oleh Allah. Oleh sebab itu Nisa tidak mau menyia-nyiakan kesmpatan ini untuk mencurahkan segala perhatian dan kasih sayang Nisa kepada Mas, salah satunya dengan merawat Mas tentunya,”jawaban yang diberikan sangatlah mulia.
Tidak terasa air mataku pun meleleh setelah mendengar paparan dari istriku. Serta merta dia mengusap air mataku dengan jari jemarinya. “Mas, percayalah…Nisa akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan Mas, jangan menghiraukan kondisi Mas yang seperti ini. Karena itu tidak sedikitpun mengurangi rasa cintaku terhadap Mas.”
“Anton, Nisa’kalian ini betah bangaet di dalam kamarnya, nanti malam dilanjutkan lagi, sekarang makan dulu yuk…,”terdengar suara ibu dari luar kamar.
“Baik Bu,”Annisa membuka pintu dan menemui ibu yang sudah berdiri di depan pintu kamar.
Ya Allah…kenikmatan apa lagi yang aku dustakan. Setelah engkau karuniakanku seorang bidadari dunia. Sungguh bahagianya diri ini. Aku akan berusaha untuk menjaganya. Ya, menjaga permataku agar tidak pudar kilauan cahayanya.
Betapa beruntungnya mereka-mereka, para perempuan khususnya perempuan sholihah. Allah memberikan kemudahan agar bisa meraih jannah-Nya. Dengan cara berbakti dan taat kepada suami. Pahalanya setara dengan jihadnya kaum adam di medan pertempuran. Maka syukurilah kenikmatan berupa kemudahan itu dengan menggunakannya sebaik-baik mungkin. Jangan sampai malah disia-siakan. Karena dengan meraih keridhoan suami, maka jalan menuju surga akan semakin terbuka lebar. Percayalah…..!!

Created by Kareen
30 Mei 2011