A. Latar
Belakang Masalah
Matematika, sejak peradaban
manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan
sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, rumus, teorema, dalil, ketetapan, dan
konsep digunakan untuk membantu perhitungan, pengukuran, penilaian, dan
sebagainya.Maka tidak heran jika peradaban manusia berubah dengan pesat karena
ditunjang oleh partisipasi matematika yang selalu mengikuti perubahan dan
perkembangan zaman.[1]
Matematika merupakan subjek yang sangat penting
dalam sistem pendidikan di seluruh dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan
matematika sebagai prioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala bidang
(terutama sains dan teknologi), dibandingkan dengan negara lain yang memberikan
tempat bagi matematika sebagai subjek yang sangat penting. Di Indonesia, sejak
bangku SD sampai perguruan tinggi, bahkan mungkin sejak play group atau sebelumnya (baby
school), syarat penguasaan terhadap matematika jelas tidak bisa
dikesampingkan. Untuk dapat menjalani pendidikan selama di bangku sekolah
sampai kuliah dengan baik maka anak didik dituntut untuk dapat menguasai
matematika dengan baik.[2]
Pembelajaran
matematika yang dilakukan selama ini bukannya tanpa fungsi dan tujuan. Selama ini Matematika sekolah berfungsi sebagai salah satu
unsur masukan instrumental, yang memiliki obyek dasar abstrak dan melandaskan
kebenaran, konsistensi, dalam setiap proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kebenaran konsistensi adalah kebenaran yang terdahulu yang
telah diterima. Tujuan pembelajaran Matematika yang dituntut dalam kurikulum
2006 adalah :
1.
Melatih cara berfikir dan bernalar
dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelildikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang
melibatkan imajinasi, institusi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta
mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan kemampuann menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicartaan
lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dan menjelaskan gagasan.
Kecakapan
dan kamahiran Matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
Matematika adalah:
1.
Menunjukan pemahaman konsep Matematika
yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan anatar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2.
Memiliki kemampuan mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan
atau masalah.
3.
Menggunakanan penalaran pada pola,
sifat atau melakukan manifulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.
4.
Menunujukan kemampuan strategi dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan
menyelesaikan model Matematika dalam pemecahan masalah.
5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan.
Selain itu penguasaan anak didik terhadap suatu
materi tentu harus melewati sebuah proses. Proses ini dinamakan sebagai proses
belajar. Proses belajar adalah mengubah atau memperbaiki tingkah laku melalui
latihan, pengalaman dan kontak dengan lingkungannya. Dalam tahap proses belajar
yang diutamakan adalah kematangan tertentu dari anak, karena bagaimanapun juga
bahwa hasil yang dicapai tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.[3]
Maka dari itu ketika seorang anak didik melakukan proses belajar secara baik,
dia akan semakin mudah mencapai tingkat penguasaan yang tinggi pula.
Proses belajar yang dilalui agar dapat berjalan
dengan optimal diperlukan adanya pengetahuan akan sifat-sifat proses belajar.
Sifat-sifat dalam proses belajar antara lain:
1.
Belajar merupakan suatu interaction
antara anak dan lingkungan.
2.
Belajar berarti berbuat.
3.
Belajar berarti memahami
4.
Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan
5.
Belajar memerlukan motivasi.
6.
Belajar memerlukan kesiapan pada anak didik.
7.
Belajar adalah berpikir dan belajar menggunakan daya pikir
8.
Belajar dengan ingatan
Salah satu sifat yang dimiliki dalam proses
belajar yaitu belajar memerlukan
motivasi karena motivasi merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
proses belajar, di samping itu bahwa motivasi yang timbul dari kebutuhan anak
akan merupakan faktor penting bagi anak. Oleh karena itu motivasi belajar anak
harus diperhatikan dengan seksama. Hal ini untuk memudahkan membimbing dan
mengarahkan anak belajar, sehingga anak tidak perlu mendapat motivasi dari luar
apabila pekerjaan yang dilakukan cukup menarik minatnya.[5]
Sebagai pendidik diharapkan bisa membangkitkan
motivasi belajar anak didik. Salah satu syarat untuk membangkitkan motivasi
belajar yaitu belajar harus menarik perhatian. Objek atau keadaan yang menarik
perhatian. Salah satu contoh yaitu berusaha untuk membangkitkan motivasi
melalui bahan pelajaran yang sedang diajarkan dibuat semenarik mungkin agar
bisa menarik perhatian. Bisa juga bahan pelajaran disesuaikan dengan dunia
mereka atau dengan memanfaatkkan lingkungan sekitarnya sehingga sekaligus memberikan
contoh-contoh konkret[6].
Contoh-contoh konkret di dalam matematika sangatlah diperlukan karena membantu memudahkan
pemahaman anak didik.
Hal lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
peserta didik yaitu adanya bahan ajar yang inovatif. Dari beberapa pandangan
mengenai pengertian bahan ajar, bahan ajar adalah segala bahan (baik informasi,
alat maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh
dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran. misalnya, buku pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket,
bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya.[7]
Hasil penelitian di Indonesia,
yang menunjukkan tingkat penguasaan peserta didik dalam matematika pada jenjang
pendidikan (SD-PT) masih sekitar 34%. Hal ini sangat memprihatinkan banyak
pihak. Sehingga tidak salah jika anggapan masyarakat, khususnya di kalangan
pelajar, matematika masih merupakan mata pelajaran sulit, membingungkan dan
bahkan sangat ditakuti oleh sebagian besar yang mempelajarinya[8].
Tahun 2000 lalu, Internasional
Association of Educational Evaluation in Achievement (IEA) menerbitkan
hasil survei prestasi belajar matematika dan IPA bagi siswa-siswa sekolah usia
13 tahun di 42 negara, dan Indonesia berada pada posisi ke-39 untuk kemampuan
IPA dan urutan ke-40 untuk prestasi belajar matematika. Ini menunjukkan bahwa
mutu pendidikan kita memang sangat mengkhawairkan [9].
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut bisa dikatakan bahwasannya matematika masih dianggap sebagai salah
satu mata pelajaran yang sangat sulit oleh sebagian siswa. Bahkan, matematika
oleh sebagian besar siswa masih dianggap sebagai momok, ilmu yang kering,
teoritis, penuh dengan lambang-lambang, rumus-rumus yang sulit dan sangat
membingungkan.
Seperti yang sudah dijelaskan di paragraf
sebelumnya, bahwa salah satu sifat-sifat dalam proses belajar yaitu belajar
merupakan suatu interaction antara
anak dan lingkungan. Hal ini juga diperkuat oleh tokoh-tokoh pendidikan pencetus
teori belajar yang berlandaskan pandangan behavioristik. Mereka pada dasarnya
menganggap bahwa manusia itu sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Faktor lingkungan
ini yang merupakan penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian
kepribadian individu dapat dikembalikan kepada hubungan antara individu dengan
lingkungannya.[10] Hubungan antara individu
secara otomatis dapat berpengaruh terhadap prose belajar anak didik. Bahkan ketika
proses belajar dihubungan dengan lingkungan akan semakin mempermudah anak didik
akan pemahaman suatu ilmu.
Tidak bisa dipungkiri bahwa proses belajar tidak
bisa terlepas dari pengaruh lingkungan di mana anak didik bertempat tinggal.
Definisi lingkungan tempat tinggal yang dimaksud masih sangat luas. Diantaranya
lingkungan keluarga, lingkungan geografis dan faktor sosial budaya seperti
kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga
terdapat berbagai variasi bentuk transmisi dan internalisasi nilai-nilai[11]
Saat ini Indonesia menerapkan Kurikulum 2006 yang dikenal dengan Standar
Isi, dan dioperasionalkan di sekolah dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan dan silabus. Kurikulum tersebut disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan
dan potensi yang ada di daerah[12]
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 36 ayat 2 menuntut para
pengembang KTSP untuk memperhatikan ciri khas kedaerahan, kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. KTSP merupakan
suatu bentuk perhatian pemerintah Indonesia terhadap potensi daerah. Perhatian
terhadap potensi daerah tersebut tertuang dalam acuan operasional penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengamanatkan pengembangan kurikulum harus memperhatikan
keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. Daerah memiliki
potensi, kebutuhan, tantangan dan keragaman karakteristik lingkungan.
Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah
dan pengalaman hidup sehari-hari.[13]
Setiap kelompok etnik di Indonesia mempunyai
ajaran, nasihat, atau petuah mengenai bagaimana mengasuh, merawat dan mendidik
anak. Bronfenbrenner (dalam Reaves,1999) secara eksplisit memprediksi bahwa
perbedaan status sosial ekonomi, rasial, kelompok etnis dan lingkungan budaya
secara umum mempengaruhi praktik pengasuhan.[14]
Oleh sebab itu pemanfaatan lingkungan budaya yang ada di suatu tempat bisa
menjadi faktor penunjang saat kegiatan pembelajaran. Sehingga semakin
mempermudah anak didik dalam memahami materi pembelajaran karena apa yang dia
jumpai benar-benar konkrit. Mereka dengan mudahnya dapat menjumpai dalam
keseharian mereka.
Seperti halnya yang telah dijelaskan pada tujuan
matematika sekolah salah satu poinnya yaitu memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan. Namun tujuan
tersebut belum tercapai dikarenakan dalam kenyataannya matematika hanya bersifat
teoritis dan pengaplikasian dalam kehidupan nyata belum maksimal. Padahal
sumber belajar khususnya matematika harus memanfaatkan dari lingkungan sekitar
dalam upaya menjadikan sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat
setempat. Sekolah bukanlah tempat yang terpisah dari masyarakatnya. Dengan cara
ini fungsi sekolah sebagai pusat pembaruan dan pembangunan sosial budaya
masyarakat akan dapat diwujudkan. Selain itu, lingkungan sangat kaya dengan
sumber-sumber, media dan alat bantu pelajaran. Lingkungan fisik, sosial atau
budaya merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak.[15]
Lingkungan tidak hanya berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai
objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber akan
membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan
tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang
kelas untuk menghemat biaya dan waktu.[16]
Sedangkan bahan dari lingkungan tersebut bisa diwakili dengan dibuat semacam
bahan ajar yang memang berisikan bahan dari lingkungan yang dituju. Bahan ajar yang bisa mencangkup bahan dari
lingkungan salah satunya adalah modul.
Seperti halnya yang dialami
oleh siswa SMK N 1 Rota Bayat, Klaten ini mayoritas mengalami kesulitan ketika
menyelesaikan permasalahan matematika. Menurut hasil wawancara yang telah
dilakukan dengan Ibu Nining Tri Wijayanti, S.Pd, salah satu guru mata pelajaran
matematika kelas XI mengatakan bahwa bahan ajar yang dipakai oleh siswa baru
sebatas LKS yang diterbitkan dari MGMP Matematika saja. Sedangkan
kendala-kendala yang dihadapi oleh beliau ketika proses pembelajaran di dalam
kelas di jurusan kriya keramik kelas XI adalah siswa kurang bisa berkonsentrasi
dengan baik dan ketertarikan dan motivasi untuk memperlajari matematika
sangatlah rendah. Hal ini dibuktikan kondisi kelas yang ramai dan tidak
kondusif ketika pembelajaran matematika sedang berlangsung.
Keterbatasan bahan ajar yang
baru sebatas penggunaan LKS saja oleh siswa, sedangkan LKS tersebut juga belum
memuat bahan belajar dari lingkungan siswa terutama yang berkaitan dengan
jurusan kriya keramik. Hal itu menjadi salah satu penyebab kurangnya
ketertarikan dan rendahnya motivasi siswa dalam mempelajari matematika menjadi
salah satu faktor nilai ulangan harian siswa jurusan kriya keramik kelas XI
kurang dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM yang ditetapkan oleh guru
sebesar 70. Jadi rata-rata nilai ulangan harian siswa kurang dari 70.
Kurikulum yang ada juga belum
memasukan potensi lokal daerah setempat yaitu berupa kerajinan keramik. Hal ini
bisa dilihat dari silabus yang diberlakukan di kelas XI jurusan kriya keramik.
Seharusnya ada beberapa penyesuaian terhadap mata pelajaran yang dibelajarkan
dalam hal ini adalah matematika dimana silabus yang dibuat dikembangkan dengan
memasukan potensi lokal ke dalamnya agar tujuan matematika sekolah juga dapat
tercapai.
Beberapa faktor di atas yang
melatarbelakangi mahasiswa untuk mengangkat tema penelitian skripsi berupa
pengembangan modul pembelajaran matematika berbasis kriya keramik. Harapannya
dengan adanya pengembangan modul ini bisa menambah referensi dan mempermudah
siswa dalam mempelajari matematika. Selain itu pengembangan modul pembelajaran
berbasis kriya keramik ini juga bisa menambah ketertarikan dan lebih memotivasi
siswa dalam hal mempelajari matematika dan sekaligus pengenalam potensi lokal
kepada peserta didik yang seharusnya dilakukan sejak dini. Salah satu jalan
untuk mengenalkan potensi lokal sejak dini bisa dilakukan dengan mengembangkan
bahan ajar salah satunya modul. Di samping itu juga harapannya dengan
mengembangkan modul pembelajaran yang dikaitkan dengan potensi lokal akan
membuat anak didik tertarik mempelajari matematika karena lebih dekat dengan
kehidupan mereka.
Belajar memang tidak hanya
proses untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, tapi juga untuk mengubah tingkah
laku atau anggapan yang disebabkan oleh pengalaman[17]
. Bigg, misalnya mengartikan belajar sebagai tiga fungsi kegiatan, yaitu: 1)
kegiatan pengisian kemampuan kognitif dengan realiitas atau fakta,
sebanyak-banyaknya (aspek kuantitatif); 2) proses validasi atau pengabsahan
terhadap penguasaan siswa atau materi yang dikuasai, berdasarkan hasil prestasi
yang dicapai (aspek institusional); dan 3) belajar merupakan proses pengalihan
arti dan pemahaman serta cara-cara untuk menafsirkan dunia di sekeliling siswa.
Sehingga, dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman tersebut, terjadi
pengubahan tingkah laku dan gaya berpikir (aspek kualitatif)[18].
Belajar tanpa mengesampingkan
potensi yang ada di sekelilingnya, bahkan sekaligus dimanfaatkan guna membantu
dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar khususnya modul
setidaknya juga bersifat integratif dengan tujuan agar memudahkan siswa dalam
memahami matematika dan mencapai indikator pembelajaran yang sesuai SK dan KD. Oleh
sebab itu, adanya integrasi antara matematika dan salah satu unsur potensi
lokal, yaitu berupa kriya keramik dari segi aplikasinya, sehingga siswa bisa
merasakan secara langsung kemanfaatan matematika dalam kehidupan nyata terutama
di jurusan yang siswa ambil yaitu kriya keramik.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan berikut:
1.
Pembelajaran matematika yang dianggap
sulit oleh sebagian siswa.
2.
Kurangnya daya tarik siswa dalam
mempelajari matematika.
3.
Kurangnya bahan ajar sebagai sumber
referensi belajar bagi siswa
C.
Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah yang dapat diidentifikasi
maka penelitian ini difokuskan pada upaya:
1.
Pengembangan modul pembelajaran matematika berbasis kerajinan keramik untuk siswa SMK N 1 Rota
Bayat, Klaten Jurusan
Kriya Keramik
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian
ini adalah :
1.
Bagaimana
mengembangkan modul pembelajaran matematika yang layak untuk
memfasilitasi berpikir kreatif siswa SMK N 1 Rota Bayat, Klaten Jurusan Kriya Keramik?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan utama
dari penelitian ini adalah:
1.
Menghasilkan modul pembelajaran matematika berbasis kerajinan keramik untuk memfasilitasi berpikir kreatif siswa SMK
N 1 Rota Bayat, Klaten Jurusan Kriya Keramik
2.
Mengetahui
kualitas modul yang
dihasilkan.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah:
1. Bagi peneliti, sebagai suatu pengalaman berharga
sebagai seorang calon guru profesional yang selanjutnya dapat dijadikan masukan
untuk mengembangkan modul pembelajaran.
2. Bagi peneliti lain, agar
menjadi motivasi untuk mengadakan penelitian
yang lebih mendalam tentang pengembangan modul pembelajaran.
3.
Bagi siswa, sebagai pengalaman baru dalam pembelajaran
matematika menggunakan modul pembelajaran
sehingga dapat menumbuhkan ketertarikan dan
motivasi dalam pembelajaran.
4. Bagi guru, sebagai masukan untuk lebih inovatif dan
kreatif dalam menyajikan pembelajaran, sehingga dapat membuat pembelajaran
matematika menjadi pembelajaran yang menyenangkan.
5.
Bagi institusi pendidikan, dapat dijadikan sebagai khazanah bahan ajar matematika, khususnya modul matematika.
6. Bagi dunia pendidikan secara umum,
sebagai referensi bagi perbaikan dan peningkatan
kualitas pendidikan.
G. Spesifikasi
Produk yang Diharapkan
Spesifikasi
produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut
;
1. Modul matematika ini
dibuat untuk memuat materi
pokok Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pokok Bahasan Program Linear untuk siswa tingkat SMK kelas XI.
2. Modul matematika yang dibuat
berbasis kerajinan keramik ini mengintegrasikan
matematika dengan jurusan kriya keramik dari segi pengaplikasiannya, sehingga
memudahkan penalaran siswa karena langsung berkaitan dengan permasalahan di
kehidupan nyata yang mereka hadapi dalam ranah jurusan yang diambil yaitu
jurusan kriya keramik. Lebih jelasnya lagi yaitu dengan mengembangkan dan
memodifikasi indikator dari dua Kompetensi Dasar yang ada pada Standar
Kompetensi : Menyelesaikan masalah
program linier
Dua Kompetensi Dasar itu adalah:
1)
Menentukan
model matematika dari soal ceritera (kalimat verbal)
2) Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan
linier.
3.
Modul matematika ini memenuhi aspek kriteria kualitas media
pembelajaran
Modul
yang disusun harus berkarakteristik utuh, lengkap dan membelajarkan. Maka dari
itu harus ada aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam penyusunan modul. Aspek-aspek
tersebut diantaranya :
No
|
Aspek
|
Indikator
|
1
|
Kecermatan isi
|
a.
Kejelasan gambar, sketsa, maupun
ilustrasi
b.
Ruang untuk jawaban siswa
c.
Kesesuaian antara indikator dan materi
|
2
|
Kesesuaian
pengalaman belajar
|
a.
Materi dijelaskan dikaitkan dengan
kerajinan keramik
b.
Tugas pada kegiatan belajar berkaitan
dengan kerajinan keramik
c.
Contoh soal pada materi berkaitan
dengan kerajinan keramik
d.
Evaluasi pada akhir pembelajaran
berkaitan dengan kerajinan keramik
e.
Sistematika penyusunan kegiatan
belajar
f.
Sistematika pembahasan materi
|
3
|
Ketepatan
cakupan
|
a.
Contoh situasi, tugas, dan evaluasi
berkaitan dengan kerajinan keramik
b.
Kesesuaian pengembangan materi program
linear dengan kerajinan keramik
c.
Kualitas situasi/masalah pada contoh,
tugas dan evaluasi
|
4
|
Kemutakhiran
|
a.
Penggunaan modul untuk belajar
matematika dalam kelas
b.
Penggunaan modul matematika untuk
belajar sendiri di rumah
c.
Modul sebagai sumber belajar
matematika
|
5
|
Ketercernaan
|
a.
Kesesuaian pemilihan ilustrasi,
sketsa, dan gambar pada modul
b.
Pemberian balikan pada tugas
c.
Pemberian balikan pada evaluasi
|
6
|
Penggunaan
bahasa
|
a.
Kejelasan kalimat dalam penjelasan,
contoh situasi, tugas maupun evaluasi
b.
Penggunaan bahasa baku
c.
Penggunaan kalimat yang jelas dan
tepat
|
7
|
Ilustrasi
|
a. Pengaturan
tata letak (layout) antara penjelasan, ilustrasi, gambar, dan animasi
tambahan
|
8
|
Perwajahan
|
a.
Kesesuaian desain cover/sampul
b.
Kesesuaian spasi paragraf
c.
Pemilihan font untuk membedakan
pembagian struktur modul (pendahuluan, kegiatan belajar, dan evaluasi)
d.
Penekanan untuk petunjuk khusus
(pemberian tampilan yang berbeda untuk petunjuk tertentu)
e.
Jarak antar kalimat untuk pemahaman
siswa
f.
Tampilan/desain penyusunan modul
|
.
H. Definisi Istilah
1. Penelitian Pengembangan adalah Metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut.[19]
2. Modul adalah merupakan suatu
paket belajar mengajar berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran.
3.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat
satuan pendidikan SMA/MA/SMK.
4. Keramik
atau tembikar tergolong peninggalan budaya tradisional yang sangat tua.
5.
Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan
baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang
tidak terduga.
I. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Hw dan Nining Setyaningsih dengan judul “Pengembangan Materi dan Model Pembelajaran
Matematika Realistik Berbasis Media dan Berkonteks Lokal Surakarta dalam
Menunjang KTSP”
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Aga Komara dengan judul “Pengaruh Perkembangan Desain terhadap Proses Produksi Kerajinan Keramik
Hias Plered, Purwakarta, Jawa Barat”
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain sebagai
berikut:
Tabel 1: Perbedaan Penelitian
No.
|
Perbedaan
Penelitian
|
Nama Peneliti
|
||
Slamet Hw dan Nining Setyaningsih
|
Aga Komara
|
Karina
Pramitasari
|
||
1.
|
Tujuan Penelitian
|
Mengembangkan materi dan model pembelajaran matematika realistik berbasis
media dan berkonteks lokal Surakarta dalam menunjang KTSP
|
Mengidentifikasi dan mendeskripsikan
pengaruh perkembangan desain terhadap proses produksi kerajinan keramik hias
dari pengolahan tanah, teknik pembuatan, pembakaran, finishing sampai bentuk
dan fungsi di Plered Purwakarta
|
Menghasilkan modul
pembelajaran matematika berbasis kerajinan keramik untuk memfasilitasi berpikir kreatif siswa SMK N 1 Rota
Bayat, Klaten Jurusan Kriya Keramik
Mengetahui kualitas modul yang dihasilkan.
|
2.
|
Subyek Penelitian
|
49 anak terbagi dalam dua kelas, kelas IA sebanyak 24
siswa dan kelas IB sebanyak
25 siswa di SD N Gentan-1, Desa Gentan, Kecamatan Baki,
Kabupaten Sukoharjo
|
Pimpinan dinas perindustrian Plered Purwakarta,
pimpinan UPT Plered Purwakarta, pendesain keramik, pimpinan perusahaan,
pengrajin keramik
|
Siswa kelas XI SMK N 1 Rota, Bayat, Klaten yang terdiri
atas 25 siswa
|
3.
|
Metode Penelitian
|
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
|
Kualitatif
|
Research and Development (R & D)
|
4.
|
Hasil Penelitian
|
Hasil penelitian ditinjau dari model pembelajaran
matematika
realistik (PMR) berbasis media dan berkonteks lokal
Surakarta
|
Desain ternyata berpengaruh terhadap
proses pembakaran barang kerajinan keramik, bentuk maupun fungsi, finishing
menuntut keanekaragaman teknik yang semakin meningkat dan pengolahan tanah
kerajinan keramik
|
Hasil penelitian ditinjau dari kualitas alat peraga
yang dihasilkan
|
H.
Landasan
Teori
1.
Pembelajaran
Matematika
Belajar
adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya (life long education).
Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja
terlepas dari ada yang mengajar atau tidak. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu
telah belajar adalah adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotorik).[20]
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berasal dari kata belajar yang
artinya berusaha mempeoleh kepandaian atau ilmu; atau berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah proses
atau cara menjadikan seseorang belajar.
Kata
“matematika” berasal dari kata mathema
dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau
belajar” juga mathematikos yang diartikan “suka belajar”. Dalam bahasa
Latin disebut manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal
yang dipelajari”. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde artinya “ilmu pasti”. Di Indonesia, matematika pernah
disebut ilmu pasti.[21]
Istilah
“matematika” lebih tepat digunakan daripada “ilmu pasti”. Karena dengan
menguasai matematika orang akan dapat belajar untuk mengatur jalan pemikirannya
dan sekaligus belajar menambah kepandaiannya. Dengan kata lain belajar
matematika sama halnya dengan belajar logika, karena kedudukan matematika dalam
ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar atau ilmu alat. Sehingga, untuk
dapat berkecimpung di dunia sains, teknologi, atau disiplin ilmu lainnya,
langkah awal yang harus ditempuh adalah menguasai alat atau ilmu dasarnya,
yakni menguasai matematika secara benar.[22]
Berdasarkan
etimologis, perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
bernalar. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran. Sebenarnya belum ada kesepakatan para ahli
tentang pengertian tunggal yang tepat untuk matematika. James and James
mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis, dan geometri.[23]
Dari
pengertian di atas, pembelajaran matematika adalah proses kerjasama antara guru
dan peserta didik yang diciptakan secara sadar dan sengaja untuk mencapai
tujuan pembelajaran melalui kegiatan penalaran.
Definisi
matematika tersebut di atas, bisa
dijadikan landasan awal untuk belajar dan mengajar dalam proses pembelajaran
matematika. Diharapkan, proses pembelajaran matematika juga dapat berlangsung
secara manusiawi. Sehingga, matematika tidak dianggap lagi sebagai momok bagi
siswa.[24]
Teori Gagne mengklasifikasikan objek-objek
matematika menjadi dua macam, yaitu objek langsung (direct object) dan objek tidak langsung (indirect object). Objek langsung matematika meliputi fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip.
a. Fakta matematika adalah konvensi-konvensi dalam
matematika yang dimaksudkan untuk memperlancar pembicaraan di dalam matematika.
Fakta-fakta matematika merupakan sesuatu yang harus diterima, misalnya lambang
bilangan lima adalah “5”, juga lambang operasi-operasi dalam matematika adalah
“+, -, x, ÷”.
b. Keterampilan matematika adalah operasi-operasi dan
prosedur dalam matematika, yang masing-masing adalah suatu proses untuk mencari
suatu hasil tertentu. Contoh keterampilan dalam matematika adalah proses
mencari invers suatu fungsi.
c. Konsep matematika adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan seseorang untuk mengklasifikasikan apakah suatu objek tertentu
merupakan suatu contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut. Lingkaran,
segitiga, persamaan, bilangan bulat merupakan konsep matematika.
d. Prinsip matematika adalah suatu pernyataan yang bernilai
benar, yang memuat dua konsep atau lebih dan menyatakan hubungan antara
konsep-konsep tersebut. Contoh prinsip matematika, pada setiap segitiga
siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan jumlah kuadrat panjang kedua
sisi siku-siku.
Objek tak langsung matematika meliputi kemampuan berfikir logis, kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan berfikir analitis, sikap positif terhadap
matematika, ketelitian, ketekunan dan kedisiplinan.
Guru harus memahami karakteristik matematika agar dalam penyampaian materi
dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh siswa. Matematika memiliki karakteristik:
1) Memiliki objek kajian abstrak;
2) Bertumpu pada kesepakatan;
3) Berpola pikir deduktif;
4) Memiliki simbol yang kosong dari arti;
5) Memperhatikan semesta pembicaraan;
6) Konsisten dalam sistemnya.
2. Modul Pembelajaran
Seorang
pendidik ketika mendidik peserta didiknya memerlukan persiapan yang matang,
agar sesuai dengan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Sedangkan untuk
memenuhi indikator yang ditentukan bukanlah sesuatu hal yang mudah. Diperlukan
adanya perencanaan dan persiapan apa saja yang harus dilakukan dan dibutuhkan.
Perencanaan
yang dilakukan salah satunya adalah mempersiapkan bahan materi, alat-alat yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, juga sumber yang akan digunakan oleh
seorang pendidik ketika proses penyampaian materi.
Ditambah
lagi gaya belajar yang dimiliki antara peserta didik yang satu dengan yang lain
juga berbeda-beda. Ada peserta ketika memperhatikan penjelasan dari guru
langsung paham dan cepat mengerti. Ada juga tipe peserta yang sulit menerima
materi yang diajarkan tanpa adanya alat, media atau bahan yang menunjang proses
transfer pengetahuan
sehingga mereka lebih paham untuk memahaminya.
Salah
satu sumber yang dapat dijadikan acuan pembelajaran selain buku-buku referensi
yang ditentukan oleh pendidik adalah ketersediaannya modul. Modul sangat
berperan penting dalam dunia pendidikan. Karena modul dapat menjadi salah satu
poin yang menunjang keberhasilan belajar seorang siswa. Poin keberhasilan yang
bisa diraih yaitu mempercepat pemahaman akan suatu materi yang diberikan
seorang pendidik kepada peserta didiknya.
Russel
menjelaskan secara gamblang tentang modul, yaitu merupakan suatu paket belajar
mengajar berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang
disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Menurut istilah asalnya
modul adalah alat ukur yang lengkap, merupakan unit yang dapat berfungsi secara
mandiri, terpisah, tetapi juga sebagai kesatuan dari keseluruhan unit lainnya[25]
Kenyataannya modul merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang
terencana, dirancang untuk membantu para siswa secara individual dalam mencapai
tujuan-tujuan belajarnya. Modul dapat dipandang sebagai paket program
pengajaran yang terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar,
bahan pelajaran, metode belajar, alat atau media serta sumber belajar dan
sistem evaluasinya[26]
Modul
yang disusun harus berkarakteristik utuh, lengkap dan membelajarkan. Maka dari
itu harus ada aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam penyusunan modul.
Aspek-aspek tersebut diantaranya :
1.
Kecermatan isi
2.
Kesesuaian pengalaman
belajar
3.
Ketepatan cakupan
4.
Kemutakhiran
5.
Ketercernaan
6.
Penggunaan bahasa
7.
Ilustrasi
8.
Perwajahan
Sedangkan
modul pembelajaran matematika adalah suatu modul yang khusus digunakan bagi
peserta didik pada saat pembelajaran matematika. Modul sangatlah praktis, dapat
digunakan dan dipakai dimanapun dan kapanpun. Jadi memudahkan peserta didik
untuk mempelajari matematika kapanpun mereka mau. Oleh sebab itu harapannya dengan
adanya penelitian pengembangan modul dapat semakin mempermudah proses belajar
mengajar dan semakin menambah ketertarikan peserta didik untuk menyukai
pelajaran matematika.
Langkah-langkah penyusunan modul :
1.
Menyusun kerangka
modul
·
Merumuskan tujuan
instruksional umum
·
Merinci tujuan
instruksional umum
·
Merinci tujuan
instruksional khusus
·
Menyusun
butir-butir soal evaluasi untuk mengukur pencapaian tujuan khusus
·
Menyusun
pojok-pojok materi dalam urutan yang logis
·
Menyusun
langkah-langkah kegiatan belajar guna mencapai semua tujuan
·
Mengidentifikasi
alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul itu
2.
Menulis program
secara rinci
·
Pembuatan petunjuk
guru
·
Lembar kerja siswa
·
Lembar kegiatan
siswa
·
Lembar jawab
·
Lembar tes
·
Lembar jawaban tes
Langkah-langkah
penulisan modul matematika berbasis kerajina keramik sebagai berikut:
1.
Perumusan
Kompetensi Dasar yang harus dikuasai
2.
Menentukan alat
evaluasi, setelah ditentukan Kompetensi Dasar yang akan dicapai sebelum
menyusun materi dan lembar kerja atau tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
3.
Penyusunan materi,
tergantung pada Kompetensi Dasar
4.
Urutan pengajaran
(petunjuk penggunaan modul)
5.
Struktur modul
3.
Kerajinan Keramik
Dari
Ensiklopedi Indonesia (1989 : 779) arti kerajinan lebih diperjelas dengan produk
kerajinan itu sendiri yaitu sejenis bidang kegiatan yang berhubungan dengan
seni yang menghasilkan berbagai perabot, barang-barang hiasan dalam artian
benda atau barang yang mengandung nilai seni.
Pengertian
keramik secara umum dari Ensiklopedi Umum keramik adalah semua benda yang
dibuat dari tanah liat yang terutama terdiri dari silikat. Kaolin bahan
keramik, terutama dipakai untuk pembuatan bata, pecah belah dan lain
sebagainya, tetapi berhubungan kemajuan teknologi, pemakaiannya, makin meluas
seperti ke bidang elektronika, teknologi nuklir abrasive, bahan bangunan dan
sebagainya (1973 : 105)
Keramik merupakan
produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan manusia.
Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur pada 2,6
juta tahun yang lalu (Jaman Paleolitik). Tetapi perkembangan keramik yang
menyebar di hampir sebagian wilayah dunia baru terjadi pada jaman Neolitik atau
kira-kira 15 ribu-10 ribu tahun yang lalu. Bukti ini dapat kita saksikan pada
penemuan-penemuan benda-benda purbakala yang tertanam di dalam tanah, dimana
sesuai penandaaan arkeologis dilakukan memperkuat dugaan itu. Jenis benda yang
ditemukan itu adalah benda-benda keramik berupa wadah-wadah: guci, peralatan
makan minum, alat sesaji dan lain-lain; disamping penemuan benda-benda yang
terbuat dari batu. Orang-orang pada jaman itu telah menguasai sebuah teknologi
untuk mengubah seonggok tanah yang rapuh menjadi produk-produk yang dapat
digunakan untuk mempermudah kehidupannya.
Gambar 4.1. Peralatan-peralatan dan salah
satu gambar gua
Yang lebih
menakjubkan saat ini adalah material keramik merupakan material yang terus
dikembangkan dalam dimensi teknologi karena sifat-sifatnya yang khas dan unggul
yang tidak dimiliki oleh material lain. Walalupun keramik teknologi berbeda
dengan keramik yang dibuat pada jaman dulu, tetapi keduanya merupakan material
yang secara prinsip sama dalam hal pembuatannya. Keramik telah bertahan menjadi
bahan yang terus-menerus dikembangkan manusia selama ribuan bahkan jutaan
tahun. Dengan adanya fakta tersebut maka dapat dikatakan bahwa keramik
merupakan suatu penanda peradaban manusia. Tingkat kemajuan manusia dari jaman
ke jaman dapat dilihat dari tingkat kemajuan teknologi keramik jaman itu.
Mendengar kata
keramik biasanya sebagian masyarakat akan mengartikannya secara terbatas pada
barang-barang gerabah seperti periuk, belanga, kendi, dan sebagainya, padahal
barang-barang tersebut merupakan produk dari keramik tradisional yang ruang
lingkupnya masih sangat terbatas. Tetapi bagi kebanyakan orang, istilah keramik
bukan merupakan hal yang asing, baik dari istilah, persepsi visual maupun
pemahaman secara keseluruhan. Namun barangkali ada yang sedikit mengalami
kebingungan manakala mendengar istilah gerabah, pottery, terracota,
tile, greenware, stoneware, porselin, dan sebagainya. Sementara pemanfaatan
benda-benda keramik dalam kehidupan sehari-hari sudah semakin luas dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian kiranya
perlu adanya suatu tinjauan kembali tentang keramik agar pemahaman kita tidak
terjebak pada cakupan yang sempit. Istilah keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu
keramos yang berarti periuk atau belanga yang dibuat dari tanah liat
yang dibakar. Selanjutnya ditegaskan lagi bahwa keramik merupakan barang yang dibuat
dari tanah liat dengan melalui proses
pembakaran. Dalam kamus dan ensiklopedi keramik didefinisikan sebagai
suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang
dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini
tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik
terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat.
Keramik adalah suatu bahan yang sangat berguna, karena sifat-sifat
khusus/uniknya yang sangat luas.
Keramik yang
merupakan bahan rapuh tapi sangat kuat ini dapat dibuat menyerupai timbal yang
berat atau dibuat seringan bahan yang terapung di air. Dari definisi-definisi
tersebut maka muncullah 2 penggolongan utama: keramik tradisional (traditional
ceramic) dan keramik modern/maju (advance ceramic). Keramik
tradisional adalah produk keramik yang berbahan utama tanah liat. Tanah liat
atau lempung merupakan salah satu mineral silikat (mineral yang didalamnya mengandung
SiO2). Dalam keramik tradisional ini tanah liat berfungsi sebagai bahan
pembentuk plastis. Semua benda keramik yang dibuat dari mineral silikat dapat
dikategorikan sebagai keramik tradisional misalnya: tungku gerabah, tempayan,
dan pottery, tableware, whiteware, barang-barang porselin, patung,
benda saniter, semen, dan ubin lain-lain. Dengan kata lain keramik tradisional adalah
keramik berbasis silikat. Sedangkan keramik maju/modern tidak dibuat dari bahan
tanah liat atau material yang berbasis pada silikat, tetapi dibuat dari paduan senyawaan
oksida tertentu dan biasanya dihasilkan material sintetis yang tidak ada di
alam. Proses pembuatannya harus dijaga pada kondisi tertentu dan dikontrol
sangat ketat. Keramik modern tersebar luas pada berbagai aplikasi misalnya
biokeramik, superkonduktor, katalis, refraktori, optik, dan lain-lain. Keramik
modern dapat dipandang sebagai kelompok besar advance material, yang dapat
dibagi menjadi keramik, logam, polimer, komposit, dan material elektronik.
Keramik, dengan
perjalanan waktu terus berkembang menjadi material yang sangat penting hingga
masa sekarang ini. Apa yang kita saksikan saat ini sudah luar biasa
perkembangannya. Hampir disetiap bagian produk teknologi ditemukan material
keramik. Bagian-bagian dari pesawat ruang angkasa milik Amerika serikat terbuat
dari keramik, karena keramiklah bahan yang tahan panas ketika pesawat
keluar-masuk atmosfer bumi. Atau ketika kita membuka sebuah CPU (Computer
Personal Unit), maka akan terlihat sebagian piranti-piranti itu terbuat
dari keramik. Hal ini disebabkan karena keramik mempunyai sifat-sifat yang khas
yang tidak dimiliki oleh bahan-bahan lain. Dibidang seni pun kita dapat
menyaksikan kemajuan keramik yang pesat. Kita dapat menyaksikan benda-benda
keramik berglasir yang sangat beragam. Glasir-glasir itu dibuat bukan hanya
berdasar pengalaman semata tapi adalah berdasarkan pada ilmu pengetahuan/science.
Indonesia, adalah
negara yang sangat kaya akan bahan-bahan baku keramik. Hampir di sebagian besar
wilayah Indonesia, material tanah liat dapat dijumpai. Dan hampir diseluruh
Indonesia juga ditemui sentra-sentra kerajinan keramik. Produk-produk yang
dihasilkan sentra-sentra tersebut sangat beragam mulai batu bata, genting,
pot-pot, gerabah tradisional untuk keperluan rumah tangga, keramik untuk bangunan,
dan alat makan mimum. Sentra keramik di Indonesia tersebar di Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara. Kita mengenal sentra-sentra
seperti Plered, Banjarnegara, Mayong, Kasongan, Malang, Banyumulek, Takalar dan
lain-lain. Semua daerah itu menghasilkan keramik yang khas dan unik. Keunikan
inilah yang mampu ’dijual’ sebagai suatu komoditi. Selain sentra-sentra keramik
rakyat, ada juga beberapa industri keramik besar yang memproduksi keramik whiteware
untuk keperluan makan minum, saniter, bangunan dan lain-lain. Ada juga
industri yang khusus memproduksi keramik lantai. Pembuatan keramik di
pabrik-pabrik besar umumnya berbeda dengan pembuatan keramik di sentra-sentra
keramik tradisional, karena sudah menggunakan mesin-mesin (masinal). Sedangkan
proses pembuatan keramik disentra-sentra keramik umumnya manual. Tapi justru
inilah keunikan yang dapat diunggulkan, karena nilai unik suatu produk handmade
pasti lebih tinggi dari produk pabrikan.
Keberadaan
industri keramik di Indonesia sangat penting dan menguntungkan. Inilah salah
satu industri yang mengolah dan meningkatkan nilai tambah sumberdaya mineral
yang melimpah. Nilai perdagangan produk-produk berbahan dasar lempung/tanah
liat yang meliputi alat makan minum, ubin, alat laboratorium, alat listrik, dan
bahan bangunan mencapai lebih dari 5 triliun (BPS, 2002). Nilai ini
mengindikasikan bahwa industri keramik merupakan sektor riil yang mampu
menggerakkan ekonomi negara secara signifikan. Demikian juga kerajinan keramik
yang tersebar di hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan aset bangsa yang
harus terus dikembangkan. Dari segi ekonomi, sentra-sentra kerajinan keramik
telah banyak memberdayakan ekonomi rakyat, meningkatkan pendapatan devisa, dan
menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap ribuan bahkan jutaan pekerja
(sumber daya manusia)
4.
Berpikir Kreatif
Kreativitas
berarti kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru dan orisinal yang berwujud
ide-ide dan alat-alat, serta lebih spesifik lagi, keahlian untuk menemukan
sesuatu yang baru (inventiveness)[27].
Menghasilkan atau menemukan sesuatu yang baru di sini benar-benar harus
dipahami sebagai “menghasilkan”dan “menemukan”, tidak lebih dan tidak kurang.
Jadi, kreativitas itu sebenarnya “sekadar” menemukan dan menghasilkan sesuatu yang
sesungguhnya sudah ada, tetapi masih tersembunyi.
Menurut
Cameron (1992),”kreativitas adalah ciptaan alami kehidupan....Diri kita sendiri
adalah ciptaan. Dan pada gilirannya, kita ditakdirkan untuk meneruskan
kreativitas dengan menjadikan diri kita kreatif”.[28]
Bagian dari berpikir kreatif, berlawanan dengan berpikir merusak adalah mencari
keempatan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik.[29]
Maka dari itu berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang
dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan
membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.
Ciri-ciri
kreativitas meliputi ciri aptitude
(kemampuan berpikir kreatif) dan nonaptitude.
Ciri-ciri aptitude adalah ciri-ciri
yang berhubungan dengan kognitif, dengan proses berpikir (kelancaran,
kelenturan/fleksibilitas dan orisinalitas), sedangkan ciri-ciri nonaptitude ialah ciri-ciri yang lebih
berkaitan dengan sikap atau perasaan.[30]
Ciri nonaptitude tidak akan dibahas
dalam penelitian ini.
Ciri-ciri
kemampuan berpikir kreatif (aptitude)[31]
a.
Ketrampilan
berpikir lancar (Fluency)
Ciri ini ditunjukkan dengan perilaku
peserta didik:
1.
Mencetuskan
banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan
dengan lancar
2.
Membeerikan
banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal;
3.
Selalu
memikirkan lebih dari satu jawaban.
b.
Ketrampilan
berpikir luwes (Flexibility)
Ciri ini ditunjukkan dengan perilaku siswa:
1.
Menghasilkan
gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah
dari sudut pandang yang berbeda-beda.
2.
Mencari
banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda.
3.
Mampu
mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
c.
Ketrampilan
berpikir orisinal (Originality)
Ciri ini ditunjukkan dengan perilaku siswa:
1.
Mampu
melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
2.
Memikirkan
cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri.
3.
Mampu
membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur.
d.
Ketrampilan
memperinci (Elaboration)
Ciri ini ditunjukkan dengan perilaku siswa:
1.
Mampu
memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk.
2.
Menambah
atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga
menjadi lebih menarik.
Ciri-ciri kepribadian kreatif antara lain dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a.
Selalu
ingin tahu.
b.
Memiliki
minat yang luas.
c.
Bertindak
spontan
d.
Melihat
apa yang orang lain tidak melihat
e.
Percaya
diri.
Sedangkan menurut
Torrance yang dikutip oleh Utami Munandar, mengemukakan ciri-ciri perilaku
kreatif adalah:
a.
Berani
dalam keyakinan dan pendirian
b.
Ingin
tahu.
c.
Mandiri
dalam berpikir dan memberi pertimbangan.
d.
Bersibuk
diri dengan kerjanya atau apa yang menarik perhatiannya.
e.
Intuitif.
f.
Ulet.
g.
Tidak
bersedia menerima pendapat orang lain begitu saja jika tidak sesuai dengan
keyakinannya.[32]
Unsur kreativitas diantaranya kebaruan
(yang merupakan bagian kecil saja dari kreativitas tidak dapat diciptakan oleh
manusia. Ini semata-mata pertolongan Allah. Unsur kreativitas yang lain, selain
kebaruan, yang tidak kalah pentingnya adalah kemanfaatan dan pengembangannya.
Walaupun baru, tanpa adanya manfaat dari kebaruan itu (manfaat untuk memecahkan
persoalan secara realistis), belum dapat dinyatakan sebagai kreativitas.
Demikian juga jika hanya bermanfaat dan tidak dikembangkan lebih lanjut, belum
dapat dikatakan sebagai kreativitas[33]
Sedangkan berpikir kreatif dalam matematika
merupakan kombinasi berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan
intuisi tetapi dalam kesadaran yang memperhatikan fleksibilitas, kefasihan dan
kebaruan.[34]
Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif
secara umum.
5.
Materi Program Linear SMK
Program Linear merupakan
bagian dari matematika terapan (operational
research) dengan model matematika yang terdiri atas persamaan-persamaan
atau pertidaksamaan-pertidaksamaan linear, yang memuat pembuatan program untuk
memecahkan berbagai permasalahan sehari-hari.[35]
Permasalahan Program Linear adalah suatu permasalahan untuk menentukan besarnya
masing-masing nilai variabel yang mengptimumkan (maksimum atau minimum) nilai
fungsi objektif dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada, yaitu yang
dinyatakan dalam bentuk persamaan-persamaan atau pertidaksamaan-pertidaksamaan
linear[36]
Suatu permasalahan dikatakan permasalahan program linear, jika memenuhi
ketentuan-ketentuan berikut:
1. Tujuan (objektif) permasalahan yang akan dicapai harus
dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi linear
. Fungsi linear ini
dikenal sebagai fungsi tujuan (fungsi
objektif)
2. Harus memenuhi alternatif pemecahan yang membuat nilai
fungsi tujuan membuat optimum, misalnya: keuntungan yang maksimum, pengeluaran
biaya yang minimum, dan sebagainya.
3. Sumber-sumber yang tersedia dalam jumlah yang terbatas,
seperti modal terbatas, bahan mentah terbatas, dan sebagainya.
Pembatasan-pembatasan dari sumber yang tersedia harus dinyatakan dalam bentuk
pertidaksamaan linear.[37]
Permasalahan
Program Linear Maksimisasi
Fungsi objektif maksimum:
Pembatasan (syarat-syarat):
Dicari:
dan
Keterangan:
a.
Ada 2 macam barang
yang akan diproduksi, dengan banyaknya masing-masing adalah
dan
.
b.
dan
masing-masing menyatakan harga per satuan
barang
dan
.
c.
dan
adalah banyaknya bahan mentah ke-
yang digunakan untuk memproduksi barang
dan
.
d.
adalah jumlah bahan mentah ke-
Permasalahan Program
Linear Minimisasi
Fungsi
objektif minimum:
Pembatasan (syarat-syarat):
Keterangan:
a.
Ada 2 macam barang
yang akan diproduksi, dengan banyaknya masing-masing adalah
dan
.
b.
dan
masing-masing menyatakan besarnya ongkos per
satuan barang
dan
.
c.
dan
adalah banyaknya orang ke-
yang dipekerjakan untuk memproduksi barang
dan
.
d.
adalah jumlah biaya ke-
yang dikeluarkan.
Catatan:
Maksimisasi adalah
suatu proses memaksimumkan fungsi objektif
Minimisasi adalah
suatu proses meminimumkan fungsi objektif
Kedua permasalahan
program linear di atas sering disebut model
matematika
Di samping itu, Program Linear merupakan salah satu
materi pelajaran yang harus dipelajari siswa dalam mata pelajaran matematika
khususnya di kelas XI SMK N 1 Rota Bayat, Klaten. Program linear juga terdapat
di Standar Kompetensi yaitu menyelesaikan masalah program linear dengan kode kompetensi
D.6. Ada empat Kompetensi Dasar dalam satu Standar Kompetensi, yaitu :
1.
Membuat
grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier
2.
Menentukan
model matematika dari soal ceritera (kalimat verbal)
3.
Menentukan
nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linier.
4.
Menerapkan
garis selidik
Sedangkan
materi yang akan diambil dalam pengembangan modul ini berkenaan dengan
Kompetensi Dasar ke-dua dan ke-tiga yaitu:
a.
Menentukan
model matematika dari soal ceritera (kalimat verbal)
b.
Menentukan
nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linier.
Indikator pembelajaran ada empat poin :
a.
Soal
cerita (kalimat verbal) diterjemahkan ke dalam kalimat matematika
b.
Kalimat
matematika ditentukan daerah penyelesaiannya
c.
Menentukan
fungsi obyektif
d.
Mencari
nilai optimum berdasar fungsi obyektif
Materi pembelajaran yang diperlukan dalam Kompetensi Dasar ini menyangkut
tiga hal :
a.
Model
matematika
b.
Fungsi
obyektif
c.
Nilai
optimum
5.
Desain Modul Pembelajaran Matematika Berbasis
Kerajinan Keramik
Modul pembelajaran matematika berbasis
kerajinan keramik ini memang diorientasikan selayaknya modul pembelajaran pada
umumnya. Namun, ciri khas yang membedakannya adalah adanya keterkaitan dengan
kearifan lokal.
a.
Format
Modul Pembelajaran Matematika Berbasis Kerajinan Keramik
Keterkaitan yang dimaksud di sini adalah hal-hal
tertentu yang menjadi format modul
pembelajaran ini bernuansakan kerajinan keramik. Sedangkan format modul yang
bisa dikaitkan dengan kerajinan keramik berisikan:
Sebelum
Mulai Materi
|
Saat
Pemberian Materi
|
Setelah
Pemberian Materi
|
1.
Judul
|
9. Materi Pokok
|
13. Tes Mandiri
|
2.
Kata Pengantar
|
10. Uraian Materi
|
1.
Harapan
|
3.
Daftar Isi
|
11. Ringkasan
|
2.
Glosarium
|
4.
Latar Belakang
|
12.
Latihan atau
Tugas
|
3.
Daftar Pustaka
|
5.
Deskripsi modul
|
|
4.
Kunci Jawaban
|
6.
Indikator
|
|
|
7.
Manfaat
|
|
|
8.
Tujuan
pembelajaran
|
|
|
Selain format modul dikaitkan dengan
kerajinan keramik, juga ada format
tambahan seperti halnya rubrik tambahan yang akan menambah nuansa kerajinan
keramik di dalam modul ini semakin kental, beberapa rubrik tambahan itu adalah:
1.
Ensiklopedi kerajinan keramik
2.
Kamus kerajinan keramik
b. Desain Awal (Prototipe)
1)
Desain Layout
Dalam pembuatan modul, diperlukan penentuan desain layout yang menjelaskan
struktur penempatan isi modul. Hal ini bertujuan agar modul yang dinginkan
lebih menarik, mudah digunakan oleh siswa dan sesuai dengan tujuan yang ada. Di
bawah ini akan dijelaskan terkait bagaimana desain layout modul matematika
berbasis kerajinan keramik ini:
2)
Desain Struktur
a. Pendahuluan
Pendahuluan dalam modul ini terdiri
dari beberapa poin, diantaranya:
Judul
|
Kata Pengantar
|
Daftar Isi
|
Latar Belakang
|
Deskripsi modul
|
Indikator
|
Manfaat
|
Tujuan pembelajaran
|
b. Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar yang akan dilaksanakan
dalam modul ini ada beberapa macam, yaitu: materi, contoh, rangkuman, tugas,
feedback, tindak lanjut
c. Evaluasi/Tes Akhir
Evaluasi atau tes akhir dimaksudkan
untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa ketika belajar menggunakan modul
ini.
d. Tugas akhir
Tugas akhir ini dimaksudkan untuk
memberikan semacam pekerjaan rumah agar siswa dapat melanjutkan kegiatan
belajarnya di rumah.
3)
Desain Subtansi
Pendahuluan
Materi Pokok
|
Uraian Materi
|
Ringkasan
|
Kegiatan Belajar
Latihan atau Tugas
|
Evaluasi
Tes Mandiri
|
Harapan
|
Glosarium
|
Daftar Pustaka
|
Kunci Jawaban
|
I.
Kerangka
Berfikir
Salah
satu sumber yang dapat dijadikan acuan pembelajaran selain buku-buku referensi
yang ditentukan oleh pendidik adalah ketersediaannya modul. Modul sangat
berperan penting dalam dunia pendidikan. Karena modul dapat menjadi salah satu
poin yang menunjang keberhasilan belajar seorang siswa. Poin keberhasilan yang
bisa diraih yaitu mempercepat pemahaman akan suatu materi yang diberikan
seorang pendidik kepada peserta didiknya.
Sedangkan
modul pembelajaran matematika adalah suatu modul yang khusus digunakan bagi
peserta didik pada saat pembelajaran matematika. Modul sangatlah praktis, dapat
digunakan dan dipakai dimanapun dan kapanpun. Jadi memudahkan peserta didik
untuk mempelajari matematika kapanpun mereka mau.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 36 ayat 2 menuntut para
pengembang KTSP untuk memperhatikan ciri khas kedaerahan, kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. KTSP merupakan
suatu bentuk perhatian pemerintah Indonesia terhadap potensi daerah. Perhatian
terhadap potensi daerah tersebut tertuang dalam acuan operasional penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mengamanatkan pengembangan kurikulum harus memperhatikan keragaman
potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. Daerah memiliki potensi,
kebutuhan, tantangan dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing
daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman
hidup sehari-hari.[38]
Keramik merupakan barang yang dibuat dari tanah liat
dengan melalui proses pembakaran. Dalam
kamus dan ensiklopedi keramik didefinisikan sebagai suatu hasil seni dan
teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti
gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Jadi, keramik merupakan salah satu
hasil seni di suatu daerah, sehingga keramik dapat dijadikan potensi dan
karakteristik daerah dan lingkungan.
Oleh sebab itu dengan keistimewaan modul yang telah
diutarakan di atas, harapannya dapat memfasilitasi peserta didik untuk bisa
belajar matematika tanpa mengesampingkan potensi dan karakeristik lingkungan
khususnya potensi kerajinan keramik. Maka, modul matematika yang dikembangkan
ini berbasis kerajinan keramik dengan meengambil salah satu materi matematika
SMK kelas XI yaitu program linear.
J.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut. Penelitian pengembangan bukan untuk menguji teori.[39]
Penelitian ini bertujuan (1) membuat
modul pembelajaran matematika berbasis kerajinan keramik pada mata pelajaran
program linear siswa kelas XII SMK jurusan Keramik, (2) mengetahui kualitas
modul pembelajaran matematika berbasis kerajinan keramik pada mata pelajaran
program linear siswa kelas XII SMK jurusan Keramik.
Pendekatan dan jenis pengembangan
penelitian ini menggunakan model prosedural, yaitu model pengembangan dengan
menggunakan tahapan-tahapan untuk menghasilkan suatu produk. Ada tiga tahapan
yang dilalui (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap studi pengembangan, (3)
tahap evaluasi. Subyek penelitian yaitu siswa kelas XII SMK jurusan keramik.
K. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan merupakan
penjelasan dari model pengembangan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah yang
ditempuh dalam prosedur pengembangan digambarkan
sebagai berikut:
1)
Tahap studi pendahuluan, melakukan penelitian pendahuluan
·
Studi pustaka
·
Merencanakan jenis
media pembelajaran yang akan digunakan
2)
Tahap studi
pengembangan
·
Menentukan SK, KD,
indikator dan materi
·
Analisis materi
·
Menyusun media
pembelajaran
·
Menyusun instrumen
penilaian
·
Membuat instrumen
penelitian
3)
Tahap validasi
·
Uji pengembangan
terbatas
·
Uji kelompok kecil
·
Uji lapangan
·
Desain final
L.
Validasi dan Uji Coba Produk
1.
Validasi
Validasi
merupakan proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap alat peraga untuk dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Validasi yang
dilakukan adalah validasi modul dan validasi materi. Validasi
modul dilakukan oleh ahli
media untuk melihat sejauh mana keberadaan modul
yang dikembangkan dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Sedangkan validasi materi dilakukan oleh ahli materi yang
bertujuan untuk mengetahui dan menilai modul
yang dikembangkan dari segi materi, untuk mengetahui
kebenaran konsep, ketersediaan materi yang sesuai dengan standar kompetensi
yang dipilih, dan lain sebagainya. Masukan
dan persetujuan dari validator dapat digunakan dalam proses revisi untuk penyempurnaan
modul pembelajaran
interaktif yang dikembangkan.
2.
Uji Coba
Uji coba
dilakukan untuk mendapatkan data yang digunakan sebagai dasar untuk merevisi
produk. Tujuan dari uji coba adalah untuk mengetahui kelayakan dari media
pembelajaran yang dikembangkan. Adapun tahapan uji coba
produk yang dilakukan digambarkan sebagai berikut:
1) Uji Coba Terbatas
2) Analisis Uji Coba Terbatas
3) Revisi
4) Uji Coba Lapangan
5) Analisis Uji Coba Lapangan
6) Revisi Akhir
7) Produk Akhir
3.
Subyek
Uji Coba
Responden
adalah peserta didik kelas XI pada SMK N 1 Rota Bayat, Klaten jurusan Kriya
Keramik yang terdiri dua kelas diambil sepuluh anak
4.Waktu
Uji Coba
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret 2012.
[1] Moch. Masykur Ag dan
Abdul Halim Fathani. Mathematical Intelligence.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.(Cet
kedua.2009.hal.41)
[3] Dra. Lisnawaty
Simanjuntak dkk. Metode Mengajar Matematika. jakarta: PT. Rineka Cipta.
1993.hal .2)
[10] Ibrahim, M.Pd dan
Suparni, M.Pd. Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:POKJA UIN. 2008.
Hal. 20.
[11] Prof. Dr. Syamsul Bachri
Thalib, M.Si. Psikologi Pendidikan berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP. 2010.hal. 68
[14] Prof. Dr. Thalib,
Syamsul Bachri, M.Si..Psikologi
Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: KENCANA PRENADA
MEDIA GROUP
.2010.Hal. 73
[15] Muslich, Masnur. KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan.
Jakarta: Bumi Aksara. 2007.hal.62
[18] Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani. Mathematical
Intelligence. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2009.hal. 32
[19] Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Pendidika Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:
Alfabeta.hal.407
[22] Moch. Masykur Ag dan
Abdul Halim Fathani. Mathematical
Intelligence. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP. 2009.Hal.43
[23] Eman Suherman. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung: JICA-UPI, 2001). hlm. 16
[28] Elaine B. Johnson, PH.D. Contextual Teaching And Learning.
Bandung: Mizan Media Utama. 2007. Hal. 213
[30] Utami Munandar,
Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Penuntun Bagi Guru dan Orang
Tua, (Jakarta:PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1992), cet Ke-3, hlm. 88
[34] Tatag Yuli Eka Siswono.
Seminar Konferensi Nasional Matematika XIII dan Konggres Himpunan Matematika
Indonesia di Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang, 24-27 Juli
2006
[39] Sugiyono. Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.(Bandung: Alfabeta,2009). hal 407
Tidak ada komentar:
Posting Komentar