Minggu, 21 Desember 2014

Assessment Autentik


Presented by Kareen el-Qalamy dkk




A.      Pengertian Penilaian
Penilaian adalah upaya sistematik dan sistemik untuk mengumpulkan dan mengolah data atau informasi yang sahih (valid) dan reliabel dalam rangka melakukan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan suatu program pendidikan (Sani, 2014).Sedangkan menurut Suwandi (2011) penilaian merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui apakah proses dan hasil suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan
Penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas terkait dengan kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah proses menghimpun fakta-fakta dan dokumen belajar peserta didik untuk melakukan perbaikan program pembelajaran. Penilaian dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membuat atau memperbaiki perencanaan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan penilaian proses dan hasil belajar membutuhkan informasi yang bervariasi dari setiap peserta didik atau kelompok peserta didik. Penilaian yang tepat tidak hanya menunjukkan perilaku belajar peserta didik secara lengkap, tetapi juga perilaku peserta didik dalam kehidupan nyata.
B.       Authentic Assessment (Penilaian Autentik)
1.      Pengertian Penilaian Autentik
Menurut Callison (1998) “Authentic assessment is an evaluation process that involves multiple forms of performance measurement reflecting the student’s learning, achievement, motivation, and attitudes on instructionally-relevant activities “penilaian autentik adalah proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran kinerja mencerminkan belajar peserta didik, prestasi, motivasi, dan sikap pada kegiatan instruksional yang relevan.Menurut Wiggins (1990) “authentic assessment present the student with the full array of tasks that mirror the priorities and challanges found in the best instructional activities, conducting research, writing, revisin, and discussing papers, providing an engaging oral analysis of a recent political event, collaborating with others on debate,etc”. Secara garis besar dapat diartikan bahwa penilaian autentik adalah upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa lisan terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Mueller (2006) penilaian autentik adalah “a form of assessment in which students are asked to perform realworld tasks that demonstrate meaningful application of essential knowledge and skills” penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para peserta didiknya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang merupakan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.  Oleh karena itu penilaian autentik lebih sering dinyatakan sebagai penilaian berbasis kinerja (performance based assessment) atau penilaian kinerja (performance assessment).Hal yang serupa dikemukakan oleh Hiebertet al (1994) yang menyatakan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata dimana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan
Menurut Stiggins 1987 cit Mueller (2006) penilaian autentik adalah “Performance assessments call upon the examine to demonstrate specific skills and competencies, that is, to apply the skills and knowledge they have mastered” penilaian autentik merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.Menurut pendapat Leach 2001 cit Oladele (2011) mengatakan bahwa “Authentic assessments are often based on performance, requiring students to utilize their knowledge in a meaningful context” atau bisa dikatakan bahwa penilaian autentikseringkali didasarkan pada kinerja, membutuhkan peserta didik untuk memanfaatkan pengetahuan mereka dalam konteks yang bermakna.
Karakteristik dari penilaian autentik menurut O’Malley dan Pierce (1996) antara lain:
a.    Respon yang dibangun: peserta didik membangun respon, mengembangkan respon, meminta bentuk performansi/tampilan atau menciptakan produk.
b.    Pemikiran tingkat tinggi: peserta didik menggunakan pikiran tingkat tinggi untuk membangun respon ketika membuka dan mengakhiri pertanyaan.
c.    Keautentikan: Tugas yang bermakna, menantang, dan menarik yang relevan dengan konteks dunia nyata.
d.   Terpadu: tugas merupakan penyatuan dari kemampuan berbahasa.
e.    Proses dan produk: prosedur dan strategi untuk memperoleh respon yang benar atau untuk mencari solusi atas tugas yang kompleks.
f.     Kedalaman vs keluasan: penilaian perfomansi menyediakan informasi yang mendalam mengenai kemampuan peserta didik yang merupakan kebalikan dari tes pilihan ganda yang cakupannya luas tetapi tidak mendalam.
O’Malley danPierce(1996) menjelaskan tujuan daripenilaian autentik secara umum sebagai berikut:
a.       Menekankanapa yang peserta didikketahui, daripadaapa yang merekatidak tahu
b.      Menuntut peserta didikuntuk mengembangkantanggapanbukannyamemilih merekadaripilihanyang telah ditentukan
c.       Langsungmengevaluasiproyekholistik
d.      Menggunakansampelpekerjaan daripeserta didik yang kemudian
dikumpulkan dalam jangkawaktu tertentu
e.       Berasal darikriteria yang jelasdibuatdan diketahuioleh peserta didikserta orang tua
f.       Memunculkanpemikiran tingkat tinggi
g.      Memberikan kemungkinanuntuk penilaiansecara bersama
h.      Berkaitan lebih dekat ke kelas belajar
i.        Mengajarkan peserta didik untuk mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri
j.        Mempertimbangkan perbedaan dalam gaya belajar, keahlian bahasa, latar belakang budaya dan pendidikan, dan tingkatkelas
2.      Jenis-Jenis Penilaian Autentik
a.       Wawancara Lisan
O’Malley dan Pierce (1996) menjelaskan bahwa dalam aktivitas ini peserta didik dapat merespon secara lisan pertanyaan tentang berbagai topik yang mencakup pengetahuan sebelumnya, aktivitas, dan kepentingan atau preferensi. Dalam aktivitas ini kemampuan peserta didik  untuk mengumpulkan informasi substantif dan kemampuan peserta didik dalam menanggapi pertanyaan dinilai oleh guru. Selain itu, guru dapat meminta pertanyaan penyelidikan untuk menentukan pemahaman peserta didik atau pertnyaan berupa perintah atas aspek-aspek bahasa. 
b.      Menceritakan kembali teks atau cerita
Penilaian jenis ini menyediakan peserta didik untuk membaca atau menyimak teks kemudian menceritakan kembali ide utama atau ide yang dipilih secara detail. Keautentikan penilaian ini karena adanya kemiripan dengan kegiatan kelas yang sebenarnya. Hal-hal yang dinilai melalui teknik ini antara lain cara peserta didik menanggapi secara lisan cerita atau teks, mendeskripsikan kejadian/peristiwa dalam stuktur cerita, dan atau kecakapan bahasa peserta didik
c.       Menulis bebas 
Pemberian tugas menulis  bebas ini dimaksudkan untuk meminta peserta didik memproduksi berbagai jenis karangan. Dalam istilah O’Malley dan Pierce (1996) peserta didik diminta untuk menghasilkan sampel tulisan. Peserta didik sering diminta menghasilkan sampel tulisan untuk memenuhi sejumlah tujuan berbeda dari pembelajaran. Hal ini mungkin mencakup menulis ekspresif atau naratif (pengalaman pribadi, cerita, atau puisi), menulis informatif atau ekspositori (menulis untuk menjelaskan atau mengklarifikasi konsep atau proses, sering dalam area isi), laporan persuasif (untuk meyakinkan orang lain pada posisi tertentu), atau beberapa kombinasi dengan tujuan berbeda. Peserta didik dapat juga diminta untuk menulis genre tulisan berbeda, seperti surat, jurnal, esai, laporan surat kabar, atau laporan penelitian (laporan yang membutuhkan penggunaan bahan referensi, penilaian/pertimbangan kritis, dan kutipan).  Gambaran lain mengenai penilaian jenis ini yaitu peserta didik menghasilkan tulisan dalam periode waktu tertentu atau diberikan waktu untuk menghasilkan tulisan setelah menyelesaikan beberapa bacaan, mendiskusikan bacaan dengan peserta didik lain dan mengedit serta merevisi draf tulisan. Namun guru kadang memiliki kriteria sendiri untuk menilai tulisan peserta didik dan nilai penugasan sehingga nilai akan cenderung bervariasi di antara sesama guru. Oleh karena itu, perlu kriteria penilaian  kinerja spesifik.
d.      Proyek dan Pameran
Peserta didik dapat menyelesaikan proyek dengan topik tertentu dan atau memamerkan karyanya. Sebuah pameran dapat mencakup penampilan atau model bangunan atau benda yang sesuai pada seting instruksional, bermain peran, simulasi, kreasi artistik, merekam segmen, grafik, diagram, tabel dll. Sebuah proyek mungkin dilakukan secara individu atau dalam kelompok kecil dan sering disajikan melalui laporan lisan atau tertulis. Proyek dan pameran yang disajikan secara lisan dapat ditinjau dengan penilaian oleh dewan penilai pada konten yang disajikan, organisasi, dan atau penggunaan bahasa. Guru sering meminta peserta didik untuk mengembangkan presentasi pada waktu tertentu dan menghasilkan gambaran serta produk tulisan yang sesuai pada waktunya. 

e.       Percobaan dan Demonstrasi
Penugasan ini dilakukan dengan meminta peserta didik melakukan sebuah percobaan dalam sains menggunakan bahan aktual, atau menjelaskan cara kerja suatu alat (seperti mikroskop). Percobaan atau demonstrasi disajikan melalui laporan lisan dan tertulis. Laporan percobaan mendeskripsikan langkah dan kebutuhan bahan untuk mereproduksi percobaan dan beberapa hipotesis yang diuji, metode atau observasi yang digunakan, atau kesimpulan yang ditarik. Dalam bidang pembelajaran bahasa, penugasan bentuk percobaan jarang dilakukan. Pada umumnya lebih banyak pada penugasan berupa demonstrasi yang memaparkan cara kerja suatu benda.
f.       Pembangunan- Tanggapan Soal (Pertanyaan Terbuka)
Jenis penilaian kinerja ini meminta peserta didik membaca atau memeriksa bahan tekstual dan kemudian menanggapi serangkaian pertanyaan terbuka yang memunculkan pemahaman dan pemikiran tingkat tinggi. Penilaian ini kerap kali memfokuskan pada cara peserta didik menerapkan informasi yang didapat tidak hanya pada berapa banyak peserta didik yang mengingat apa yang telah diajarkan. Peserta didik mungkin memproduksi gambaran grafis dari substansi dan organisasi bacaan (seperti: peta semantik), komentar singkat pada satu atau dua poin yang dibuat dalam pembacaan, atau mendiskusikan esai panjang atau mengevaluasi bahan teks.  Pertanyaan terbuka dapat digunakan dalam semua area isi. Keautentikan penilaian mengacu pada jenis keterampilan dan penalaran peserta didik yang digunakan dalam ruang kelas, menyajikan masalah, atau pertanyaan yang khas dari instruksi kelas dan mendorong peserta didik untuk menerapkan pembelajaran kelas dalam seting kehidupan nyata.
g.      Observasi Guru
Guru sering kali mengamati perhatian peserta didik terhadap tugas, tanggapan pada jenis tugas berbeda, atau interaksi dengan peserta didik lain. Kejadian spontan dan aktivitas kelas yang direncanakan dapat menjadi subjek pengamatan. Terutama pada aktivitas kelas yang direncanakan, guru dapat mengamati penggunaan bahasa akademik peserta didik dan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam tugas yang berorientasi diskusi dengan peserta didik lain. Kemungkinan besar Anda telah mengamati interaksi peserta didik sehari-hari untuk memastikan bahwa peserta didik mengerjakan tugas dan bekerja secara produktif. Untuk mengubah pengamatan ke dalam penilaian, perlu untuk merekam pengamatan secara sistematis dari waktu ke waktu untuk mencatat perubahan dalam kinerja peserta didik. Perubahan itu harus dirangkum dalam catatan pribadi untuk mengomunikasikan dengan peserta didik, orang tua atau guru lain. 
h.      Portofolio 
O’Malley dan Pierce (1996) menjelaskan portofolio adalah koleksi karya peserta didik yang dimaksudkan untuk menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu. Portofolio mencakup sampel karya peserta didik, biasanya diseleksi oleh peserta didik atau peserta didik dan guru untuk mewakili pembelajaran berdasar pada tujuan instruksional. Meskipun portofolio telah menjadi populer selama dekade terakhir, kita tahu bahwa pada umumnya guru tidak menggunakannya demi keuntungan terbaiknya: mengumpulkan informasi dengan maksud tertentu dan sistematis dari waktu ke waktu untuk merefleksi pembelajaran yang memperhatikan pada tujuan instruksional. Tiap portofolio dapat diskor menggunakan rubrik penskoran atau checklist. Portofolio menyediakan perspektif multidimensional pada pertumbuhan peserta didik dari waktu ke waktu (O’Mallley dan Pierce, 1996). Selanjutnya, O’Malley dan Pierce (1996) menjelaskan isi portofolio seharusnya mewakili apa yang peserta didik kerjakan di kelas. Selain itu, isi portofolio mencerminkan aktivitas autentikpeserta didik belajar di kelas.  


C.      Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013
Model penilaian pada kurikulum 2013 yang harus digunakan di sekolah telah ditetapkan dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang salah satu model penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secarakomprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dankeluaran (output) pembelajaran.Sedangkan berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun 2014 pasal 1 ayat (2) penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Masih berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun 2014 pasal 2 yang berbunyi bentuk penilaian autentik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio, projek, produk, jurnal, kerja laboratorium, dan unjuk kerja, serta penilaian diri. Penilaian Diri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif.  Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan menurut peraturan tersebut adalah sebagai berikut:
1.         Penilaian Kompetensi Sikap
Kompetensi sikap yang dinilai berdasarkan muatan KI-1 (sikap spiritual) antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, toleransi dalam beribadah. Contoh muatan KI-2 (sikap sosial) antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, bisa ditambahkan lagi sikap-sikap yang lain sesuai kompetensi dalam pembelajaran, misal : kerja sama, ketelitian, ketekunan, dll. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
a.       Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b.      Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri
c.       Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik
d.      Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku
2.         Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalu tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a.       Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, lisan, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran
b.      Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan
c.       Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan /atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas
3.         Penilaian Kompetensi Ketrampilan
Pendidik menilai kompetensi ketrampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan penilaian kinerja, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a.       Penilaian Kinerja/ Tes Praktik
Penilaian kinerja (unjuk kerja) merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian komptensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu. Menurut Suwandi (2011) penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1)        Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi
2)        Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut
3)        Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
4)        Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati
5)        Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
Ada beberapa cara berbeda yang dapat digunakan untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja, antara lain:
1)        Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik akan mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Kelemahan cara ini adalah penilaiannya mempunya dua pilihan mutlak, misalnya: benar-salah, baik-tidak baik. Dengan demikian, tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan untuk mengamati subjek dalam jumlah besar.

2)        Skala Penilaian
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna.
b.      Penilaian Proyek
Penilaian proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan baik secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Menurut Suwandi (2011) penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu. Dalam penilaian proyek ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut:
1)        Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan
2)        Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan dalam pembelajaran
3)        Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
c.       Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
 Penilaian portofolio menurut Suwandi (2011) pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalu karyanya. Hal-hal penting dalam portofolio antara lain:
1)      Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
2)      Saling percaya antara guru dan peserta didik
3)      Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
4)      Milik bersama antara peserta didik dan guru
5)      Kepuasan
6)      Kesesuaian
7)      Penilaian proses dan hasil
8)      Penilaian dan pembelajaran
Menurut Suwandi (2011) keuntungan penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran antara lain dengan memberikan:
1)      Suatu catatan kumulatif dan berkesinambungan
2)      Pandangan menyeluruh tentang belajar peserta didik
3)      Pengetahuan tentang kemajuan peserta didik secara perseorangan
4)      Kesempatan kolaborasi dengan peserta didik dalam pengukuran dan penetapan tujuan
5)      Bukti nyata belajar peserta didik

D.      Persamaan dan Perbedaan
No
Literatur Asing
Kurikulum 2013
Persamaan
Perbedaan
1.
 Callison (1998) : penilaian autentik adalah proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran kinerja mencerminkan belajar peserta didik, prestasi, motivasi, dan sikap pada kegiatan instruksional yang relevan
Permendikbud No. 66 Tahun 2013: Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran
·     Berdasarkan pengertian dari literatur asing maupun pada kurikulum 2013 penilaianautentikmenekankanpadakemampuanpesertadidikuntukmenunjukkanpengetahuan yang dimilikisecaranyatadanbermakna.
·     Baik beberapa literatur asing (Wiggins, Mueller, Stiggins, Hiebert) maupun kurikulum 2013 untuk outputnya sama-sama menekankan penilaian pada aspek ketrampilan


·       Beberapa pendapat dari literatur asing tidak menekankan ranah penilaian pada 3 kompetensi seperti pada kurikulum 2013 yang menekankan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
·       Callison belum menyebutkan secara jelas aspek ketrampilan
·       Wiggins cenderung menekankan penilaian autentik pada aspek ketrampilan
·       Mueller dan Stiggins  belum secara tegas menyebutkan aspek penilaian pada kompetensi sikap.
·       Hiebert et al hanya menyebutkan aspek ketrampilan
·       Leach tidak menyebutkan aspek sikap dan ketrampilan.
2.
Wiggins (1990): penilaian autentik adalah upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa lisan terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat,
Permendikbud No. 104 Tahun 2014: penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya
3.
Mueller (2006): penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para peserta didiknya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang merupakan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna

4.
Hiebert et al(2014):penilaian autentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah

5.
Stiggins(1987): penilaian autentik merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya

6.
Leach(2001): penilaian autentik seringkali didasarkan pada kinerja, membutuhkan peserta didik untuk memanfaatkan pengetahuan mereka dalam konteks yang bermakna


DAFTAR PUSTAKA

.
Callison, D. 1998. Authentic Assessment. School Library Media Activities Monthly 1ert, EH, Valencia SW, dan Afflerbach, PP. 2014. Authentic Reading Assessment Practices and Possibilities. California. National Reading Research Center Reading Essentials Reprint Series. Diunduh dari http://textproject.org/assets/library/resources/Valencia-Hiebert-Afflerbach-2014-Authentic-Reading-Assessment.pdf
Mueller, J. 2006. What Is Authentic Assessment?  http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisit.htm 11.41 jon muller 2006  Diakses pada tanggal 07 Desember 2014
Oladele, I.O. 2011. Knowledge and Utilization of Authentic Assessment Techniques by Lecturers in Botswana College of Agriculture. NACTA Journal. Diunduh dari http://e-resources.pnri.go.id:2061
O'Malley, J. Michael, and Lorraine Valdez Pierce. 1996. Authentic Assessment for English Language Learning: Practical Approaches for Teachers. New York: Addison-Wesley Publishing,
Kemendikbud. 2013. Permendikbud No 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta
Kemnedikbud. 2014. Permendikbud No 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta
Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara
Suwandi, S. 2011. Model Asesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka
Wiggins, G. 1990. The case for Authentic Assessment. Washington DC: ERIC Clearinghouse on Test Measurement and Evaluation. Diunduh dari  http://assessment.uconn.edu/docs/resources/ARTICLES_and_REPORTS/Grant_Wig ins_Case_for_Authentic_Assessment.pdf