Selasa, 10 Desember 2013

Jika Aku Boleh Bertanya


Created by Kareen el-Qalamy



         Perjalanan hidup seorang wanita, belum terasa lengkap apabila belum ada pendamping hidup di sisinya. Walaupun semua nikmat hidup telah diraih, pendidikan dan karier telah didapat. Namun, masih terasa hampa dan sepi jika belum ada imam yang bisa membimbingnya.
            Do’a dan ikhtiar selalu dilakukannya. Akan tetapi sepertinya waktu perjumpaan dengan sang belahan jiwa belum kunjung datang. Dalam kondisi yang demikian ini dia terus bersabar menjemput takdir dengan indah. Walaupun godaan terus menghampiri, setan terus membisiki untuk mengotori proses sakral itu dengan bermain api.
            Kalaupun hanya sekadar keinginan menikah sudah dari dulu pernikahan itu  terjadi. Karena sudah berapa pria yang berusaha untuk meminangnya namun ia tolak. Wanita itu tidak hanya sekadar menolak tanpa adanya suatu kejelasan atau bahkan tanpa adanya suatu alasan. Wanita tersebut menolak dengan alasan birul walidain. Toh menikah kan tidak hanya sekadar bersatunya dua insan tetapi bersatunya dua keluarga. Kalau dari pihak keluarga memberi restu insyaAllah sang wanita pun tidak masalah.
            Saat ini wanita itu berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisinya 2 tahun yang lalu. Jika mengingat kembali masa lalu 2 tahun silam, wanita itu pernah menaruh harapan kepada seorang pria. Pria sholeh taat beribadah, paham agama dan sangat menjaga adab pergaulan. 2 tahun silam wanita tersebut tidak pernah lupa untuk memanjatkan permintaannya agar Allah menjodohkan sang wanita dengan pria sholih itu.
            Alhamdulillah Allah secara perlahan membuka hatinya bahwa cara wanita tersebut meminta itu kurang benar. Kalau minta dijodohkan itu sama saja memaksa Allah. Padahal kita hanya sekadar manusia, makhluk penuh dosa, apa hak manusia memaksa Allah sang pemilik manusia?
            Untuk sekarang sang wanita itu sadar, dia lantas sedikit demi sedikit berusaha menghilangkan pengharapannya kepada pria sholih itu. Dia lantas berusaha untuk bersikap ikhlas menerima siapapun yang nantinya Allah takdirkan untuknya. Walaupun terkadang memori sang wanita terhadap pria sholih itu terkadang muncul. Ketika memori terhadap pria itu muncul, sang wanita berusaha untuk menepisnya kuat-kuat, dengan alasan jangan sampai pengharapan itu muncul kembali. Namun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam sebenarnya sang wanita masih mendambakan pria sholih itu.
            Wanita itu haanya bisa mencurahkan isi hatinya kepada sang pemilik hati, Allahlah yang paling memahami segala isi hati. Satu pertanyaan yang masih bergelayut di dalam pikirannya, apakah pria sholih tersebut memiliki perasaan yang sama seperti halnya yang dirasakan oleh sang wanita? Tidak ada yang tahu kecuali pria sholih itu dan Allah. Maka sang wanita itu membenahi cara berdo’a tidak dengan nada pemaksaan kepada Allah, tetapi,”Jika Aku Boleh Bertanya”, apakah benar pria sholih itu nanti yang akan menjadi jodohku (baca: sang wanita)? Kalaupun benar ya Allah, maka dekatkanlah, tetapi jika tidak maka jauhkanlah, jangan sampai hati dan pikiran sang wanita terkotori hanya karena teringat akan seseorang yang belum pasti kelak menjadi miliknya ataukah tidak.

Sabtu, 07 Desember 2013

Rasanya di Luar Zona Nyaman



Presented by Kareen el-Qalamy



Seseorang yang sudah terbiasa di lingkungan yang baik tentu akan merasakan hal yang biasa. Biasa dengan aktivitas-aktivitas kebaikan. Perilaku atau karakter terbentuk salah satu faktornya adalah lingkungan tempat tinggalnya. Kalau lingkungan tempat tinggalnya kondusif dan baik maka orang tersebut akan tumbuh menjadi pribadi yang baik pula. Pribadi yang baik ini tentu melakukan perbuatan atau tindakan yang baik pula. Oleh sebab itu perlu adanya pembiasaan terhadap suatu hal yang baik.
            Lain halnya jika orang yang mempunyai pribadi baik yang awalnya tinggal di lingkungan yang baik dikarenakan suatu hal akhirnya berpindah ke suatu lingkungan yang kurang baik. Tentu membutuhkan perjuangan ekstra untuk mempertahankan kebiasaan baik yang selama ini dilakukannya. Hal itu dikarenakan banyaknya godaan yang muncul dari lingkungan yang kurang baik. Akan lebih baik lagi jika dapat mengubah lingkungan yang kurang baik menjadi lingkungan yang baik. Kalau tidak bisa atau belum mampu, minimal memproteksi diri sendiri agar tidak mudah larut. Berusaha mewarnai tetapi tidak ikut terwarnai.
            Bersyukurlah bagi siapapun yang tinggal di lingkungan baik karena itu bisa menjadi sarana untuk mempertahankan keistiqomahan. Bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang baik justru menjadi tantangan bagaimana caranya dapat merubah. Apalagi orang tersebut awalnya menempati posisi penting di lingkungan yang baik, tentu menjadi hal yang sayang jika tidak melanjutkan perjuangan walaupun sekarang berada di lingkungan kurang baik. Oleh sebab itu memang benar adanya membuat panggung sendiri lebih sulit dari pada mengisinya