Kamis, 26 September 2013

Waspadalah! CCTV di Mana-mana.



Presented by Kareen el-Qalamy

Era kemajuan teknologi yang sangat pesat memang membuat segala sesuatu yang dirasa impossible menjadi sebaliknya. Jika orang di masa lalu hidup di zaman sekarang tentu akan terheran-heran,”kok bisa ya?” Memang seperti itulah adanya. Diiringi dengan kemajuan ilmu pengetahuan mengakibatkan apa sih yang tidak mungkin di dunia ini.
            Dulu, ketika komunikasi jarak jauh dengan seseorang harus bertemu langsung alias menyambangi rumahnya, namun sekarang tinggal pencet saja sudah bisa tersambung dengan mereka yang ada di belahan bumi manapun. Seakan-akan sudah tidaak ada batasnya. Batas wilayah, negara bahkan benua sudah tidak lagi menjadi penghalang. Apalagi waktu, disaat seseorang membutuhkan informasi terkait apapun itu bisa ia dapatkan saat itu juga.
            Tidak hanya kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk berinteraksi, kebutuhan untuk selalu mendapatkan rasa aman juga tidak terlepas dari campur tangan perkembangan IPTEK. Kebutuhan rasa aman yang diperoleh dari aparat keamanan sudah meenjadi hal yang lumrah. Namun, rasa aman yang disandarkan pada sebuah alat teknologi itu menjadi hal yang luar biasa.
            Tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya kamera CCTV atau lebih kerennya dengan sebutan kamera pengintai (maaf, tidak mencantunkan kepanjangannya, searching sendiri saja ya). Memang, di segala tempat, di setiap sudut tidak bisa lepas dari pemasangan CCTV. Apalagi di tempat-tempat umum dan penuh dengan keramaian. So, setiap gerak-gerik orang yang berada di kawasan yang ada CCTVnya tidak akan bisa luput dari pengintaiannya. Semuanya akan terekam dengan lengkap dan akurat.
            Di sisi lain CCTV itu kan cuma buatan manusia untuk mengawasi segala aspek kehidupan manusia terlebih lagi berkenaan penjagaan terhadap barang buatan manusia atau harta benda mereka. Manusia juga ada penciptanya, so manusia juga tidak terlepas dari pengawasan penciptanya. Akan tetapi mengapa manusia lebih takut dan cemas dengan CCTV yang hanya sekadar buatan manusia itu sendiri daripada pengawasan langsung dari sang Pencipta yang justru paling sempurna dan tidak ada yang menyamai kehebatannya.
            CCTV hanya bisa merekam adegan tertentu dan durasinya pun terbatas. Jika dibandingkan dengan CCTV Allah jelas kalah jauh. CCTV Allah bisa merekam setiap detik kejadian yang ada di segala penjuru tempat dan tanpa mengenal yang namanya kehabisan daya. Durasinya pun tak terbatas karena kejadian dari awal mula penciptaan bumi ini sampai nanti berakhirnya masih bisa terekam. Apalagi umur manusia yang sangat pendek, tentu tidak masalah. Dan semuanya itu nanti akan dibeberkan dan dimintai pertanggungjawaban ketika sudah datang saatnya nanti yaitu hari kiamat.
            Kalau dibayangkan, seandainya manusia menyadari bahwasannya setiap aktivitas yang mereka lakukan baik itu yang tersembunyi maupun terang-terangan, baik sekecil apapun itu sampai sebesar apapun itu pasti akan terekam oleh CCTV Allah tentu tindak kriminal dan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) sangat minim. Pemerintah juga akan menghemat anggaran negara. Terciptanya dunia yang aman, tentram dan penuh kedamaian tentu akan segera terealisasi. So, waspadalah, CCTV ada d mana-mana.
           
            

Selasa, 17 September 2013

Personal Prophetic Leadership (Perpec-L)



Presented by Kareen el-Qalamy



Tidak terasa hampir mendekati tahun 2014. Nuansanya pun terasa semakin memanas. Mengapa tidak? Entah itu di media masa atau di lingkungan sekitar tempat tinggal sudah marak bertebaran foto-foto dengan slogannya masing-masing. Orang yang ada di foto tersebut tentu berharap dengan sangat mayoritas masyarakat memilihnya.
            Apabila mencoba untuk flash back, berarti Indonesia akan memiliki presiden untuk yang ke-8 kalinya. Dari masa pemerintahan presiden pertama sampai ke-7 tentu mempunyai gaya kepemimpinan masing-masing. Kesekian gaya kepemimpinan tersebut tentu juga membawa dampak tersendiri bagi kondisi bangsa selanjutnya.
            Gaya kepemimpinan berdasarkan motivasi terbagi menjadi dua, yaitu gaya kepemimpinan bersifat ekstrinsik dan gaya kepemimpinan bersifat intrinsik (Fry, 2003 & 2005) Kalau dicermati lebih lanjut, gaya kepemimpinan presiden Indonesia sejak dulu termasuk dalam kategori gaya kepemimpinan ekstrinsik. Sepertinya, untuk presiden yang akan terpilih mendatang perlu mencoba gaya kepemimpinan intrinsik.
            Gaya kepemimpinan intrinsik perlu dicoba untuk diterapkan di Indonesia karena melihat kondisi bangsa yang semakin terpuruk apabila dilihat dari segi moralnya. Maraknya kasus korupsi dan tindak kriminal yang terjadi salah satu penyebabnya bisa jadi dikarenakan kesalahan pemilihan gaya kepemimpinan. Selama ini gaya kepemimpinan yang diterapkan bersifat ekstrinsik dimana belum belum menyentuh sisi terdalam dari individu maupun pemimpin itu sendiri, yaitu aspek spiritual (rohaniah), padahal dalam diri manusia terdapat aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual yang tidak terpisahkan satu sama lain.
            Salah satu jenis gaya kepemimpinan intrinsik yaitu gaya kepemimpinan profetik. Kepemimpinan profetik memiliki kesamaan sumber dengan gaya kepemimpinan spiritual, yaitu nilai-nilai dan keyakinan individu terhadap nilai-nilai agama atau paham lainnya. Kemudian kepemimpinan profetik melibatkan kesadaran otonomi dan intrinsik individu dalam melakukan aktivitasnya. Gaya kepemimpinan profetik tidak lepas dari nilai kepemimpinan yang ada pada Nabi Muhammad saw. Sifat kepemimpinan Rasulullah yang sangat terkenal ialah 1) Shidiq (benar), 2) Tabligh (menyampaikan), 3) Amanah (dapat dipercaya/jujur), dan 4) Fathanah (cerdas dan bijaksana). Lebih dari itu, keberhasilan kepemimpinan Rasulullah adalah karena ia memiliki akhlak yang terpuji (akhlaq karimah).
            Perbedaan gaya kepemimpinan spiritual tentu ada jika dibandingkan dengan gaya kepemimpinan intrinsik yang lain. Perbedaannya yaitu gaya kepemimpinan intrinsik bersifat syar’iyyah. Kepemimpinan profetik yang bersifat intrinsik plus syariah (Pro+) ini merupakan integrasi antara motivasi intrinsik individu dengan motivasi Ilahiyah yang keduanya berdimensi dunia (hasanah – happines) dan akhirat (salamah – salvation), sehingga hal itu memunculkan aktivitas kehidupan individu, kelompok dan organisasi secara intrinsik. Gaya kepemimpinan profetik inilah yang sangat diperlukan oleh setiap individu dan bangsa Indonesia dalam menata karakter bangsa menghadapi problematika yang semakin beragam.
            So, sebagai warga negara yang baik hati dan tidak sombong sangat dianjurkan untuk bisa mengenali calon-calon pemimpin kita. Minimal memberikan penilaian dari sepak terjang mereka selama ini apakah mereka sudah bisa mengamalkan nilai-nilai kepemimpinan Rosulullah ataukah belum atau malah pernah melukai hati rakyatnya? Jangan sampai memilih kucng dalam karung ya...

Sumber: Ahmad Yasser Mansyur,” PERSONAL PROPHETIC LEADERSHIP SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER INTRINSIK ATASI KORUPSI Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013
            

Minggu, 15 September 2013

Budaya Kekerasan di Kalangan Pelajar



Presented by Kareen el-Qalamy


           Akhir-akhir ini pemberitaan di media massa marak berisikan terkait kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Banyaknya tawuran yang terjadi di kalangan pelajar memunculkan pertanyaan,”Ada apa dengan pelajar kita sekarang?” Pelajar sekarang sangat mudah tersulut emosi hanya dikarenakan hal sepele, misal saling ejek yang berujung pertikaian bahkan sampai memakan korban jiwa. Tidak hanya tawuran, oknum kepolisian sering menangkap basah pelajar yang membawa senjata tajam ke sekolah. Itu kan sangat berbahaya apabila disalahgunakan.
            Hal tersebut tentu membuat miris khususnya bagi para orang tua. Tidak sedikit nyawa melayang sia-sia. Padahal pelajar adalah tumpuan sebuah bangsa yang nantinya akan menjadi pelaku peradaban selanjutnya. Kalau permasalahan sepele saja mereka menghadapinya dengan kekerasan apalagi menyikapi permasalahan besar kelak jika menempati posisi-posisi strategis dalam tataran negara. Mau menjadi apa negara ini?
            Lantas siapa yang patut bertanggung jawab terhadap kondisi demikian? Tidak usah jauh-jauh deh. Coba kita tengok kondisi keluarga yang ada di sekeliling kita atau malah keluarga kita sendiri. Budaya kekerasan sering muncul dikarenakan pelajar - yang berkedudukan sebagai anak di sebuah keluarga -  kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua sehingga mereka melampiaskan rasa kekurangperhatiannya kepada hal-hal yang tidak semestinya.
Anak juga membutuhkan belaian kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Tidak hanya sekadar pemenuhan kebutuhan dan fasilitas hidup yang lengkap. Karena kalau hanya seperti itu hanya akan membentuk anak menjadi pribadi yang tidak mempunyai perasaan. Anak akan mempunyai rasa cinta, sayang ketika mereka juga bisa merasakannya dari orang tuanya karena orang yang pertama kali dilihat ketika anak lahir ke dunia adalah orang tua. Jadi, sudah sepantasnyalah orang tua yang memberikan porsi perhatian yang lebih besar untuk senantiasa mendidik, mengawasi dan mengerti perasaan mereka. Berawal dari kondisi keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang terlahirlah anak-anak yang humanis pula.
            


Rabu, 04 September 2013

Sebuah Perjalanan


Presented by Kareen el-Qalamy


Perjalanan bersama teman setiaku sudah biasa kulakukan. Menikmati indahnya pemandangan sepanjang perjalanan dengan menaiki kuda merahku yakni sepeda motor Supra Merah seakan-akan sudah menjadi rutinitas. Dimanapun tempatnya dan acara apapun itu. Terkadang ada rasa jenuh ingin mencoba menaiki alat transportasi lain.
            Suatu ketika tidak direncanakan. Pasca munaqosyah/pendadaran skripsi seperti yang dilakukan oleh mahasiswa pada umumnya. Istilah Jawanya boyongan barang-barang yang sudah tidak terpakai di kos untuk dibawa pulang ke rumah. Tetapi belum semua, hanya sebagian saja. Saat itu hari sudah malam tidak mungkin juga aku mengikutsertakan kuda merahku. Akhirnya kuda merahku kutinggal di kos karena besok aku sudah akan kembali ke Yogya lagi.
            Keesokan harinya sambil menunggu hari beranjak siang karena rumahku tidak dijangkau oleh transportasi umum. Hal ini menyebabkan aku meminta tolong kepada ayah untuk mengantarku sampai di stasiun Klaten karena dari situlah aku bisa naik bus. Bus yang kutunggu-tunggu tidak langsung datang menghampiri. Ternyata lebih membutuhkan banyak waktu dari pada naik kuda merahku, batinku. Setelah beberapa menit akhirnya bus jurusan Solo-Yogya pun akhirnya datang juga.
            Sambil berpamitan dengan ayah, aku pun langsung naik ke dalam bus. Suasana bus yang tidak terlalu penuh oleh penumpang sehingga aku masih mendapatkan tempat duduk. Aku lantas mengambil tempat duduk bersebelahan dengan seorang ibu. Nampaknya seorang diri, pikirku.
            Secara tiba-tiba sang ibu bertanya kepadaku,” Ke Yogya? Kuliah ya?”
            “Iya Bu,”jawabku dengan singkat, padat dan jelas.
            Setelah itu suasanapun menjadi hening kembali kecuali suara bus yang menderu-deru memecah kepadatan jalan. Selain itu beberapa pengamen bergantian keluar masuk bus dengan niatan menghibur penumpang selain sekadar mencari nafkah. Dari sekian pengamen ada pengamen perempuan. Kelihatannya masih muda, namun sayang penampilannya tidak terawat. Dia lantas mendendangkan sebuah lagu. Lagu dangdut yang aku tidak hafal judulnya tetapi tidak asing di telinga.
            Secara spontan ibu yang duduk di sebelahku berkomentar terkait lagu dangdut yang sedang dinyanyikan,” Lha kok yo pas banget karo nasibku saiki???” Berbicara dengan logad jawa yang nampaknya sudah fasih, namun dilihat dari raut mukanya seperti orang luar jawa.
            Aku pun memberanikan diri untuk ngobrol dengan sang ibu,”Ibu asalnya mana?”
            ”Jambi mbak, tapi bojoku wong Prambanan. Aku lagi wae pisah cerai karo bojoku, ditinggal selingkuh neng Semarang. Padahal wis duwe anak telu mbak, bayangno...,” ternyata sang ibu baru saja mengalami pengalaman pahit dalam kehidupan rumah tangganya. Secara perlahan air mata pun meleleh membasahi kedua matanya. Apa yang mesti kulakukan?, batinku. Ingin rasanya aku menghibur sang ibu, namun bingung bagaimana caranya. Akhirnya aku hanya bisa menyodorkan tissue, setidaknya bisa menghapus air mata yang terlanjur jatuh.
            Kok yo lagumu kuwi nyindir aku tenan ta mbak?” sang ibu kembali berkomentar terkait lagu yang dinyanyikan oleh pengamen perempuan itu. Aku mencoba mendengarkan dengan saksama. Ternyata benar lagu itu memang menceritakan tentang perpisahan antara suami dan istri, sedangkan pihak istri merasa sangat tersakiti dengan perbuatan yang telah dilakukan suami. Pantas jika sang ibu semakin deras air mata yang mengucur ke pipinya dikarenakan lagu yang ia dengarkan sesuai dengan apa yang baru saja dialaminya.

            Andai saja aku bisa melakukan sesuatu agar ibu itu tidak larut dalam kesedihan, batinku. “Aku saiki lagi arep memperjuangkan hak anakku mbak. Ben bojoku ora sewenang-wenange dhewe ninggalke ngono wae. Anakku berhak entuk penghidupan sing layak,”ujar sang ibu.”Inggih Bu,” komentarku secara singkat karena bingung mau menanggapi bagaimana lagi. Dalam hati aku hanya bisa berdo’a,”Ya Allah, tabahkanlah ibu ini, berikanlah jalan keluuar yang terbaik untuk menyelesaikan permasalahannya.” Tidak terasa bus sudah memasuki kawasan Prambanan. Tanpa berkata-kata kepadaku, sang ibu langsung turun dari bus dan leenyap dari pandangan mataku. Semoga ada hikmah yang bisa kupetik dari sebuah perjalanan yang tidak biasa kulakukan dengan naik bus.

Senin, 02 September 2013

Kontes Kecantikan Justru Merendahkan Martabat Perempuan


Presented by Kareen el-Qalamy



Ini ni.....yang akhir-akhir ini memunculkan kontroversi dari berbagai kalangan. Bisa dilihat di sosmed, ramai banget membicarakan masalah Miss World yang akan diadakan tgl 8 September dan baru pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah, tuan rumah kok acara begituan???Apa bangganya coba??Yang ada malah malu-maluin.
            Terlepas dari dua belak pihak – antara yang pro dangan yang kontra – terkait masalah tersebut. Pengen melihat dari sisi lain dan ingin mengajak para muslimah untuk memikirkan dampak dari diselenggarakannya Miss World.
            Miss World lebih dikenal dengan kontes kecantikan sejagad. Kontes tersebut tentu tidak terlepas dari mempertontonkan aurat – yang sangat bertentangan dengan syariat Islam dan tidak sesuai dengan adab ketimuran – ini memang hasil budaya Barat. Budaya Barat yang sampai sekarang terbukti tidak bisa membawa tatanan masyarakat ke arah lebih baik tetapi semakin merusak semua sisi kehidupan umat manusia.
            Budaya Barat memang sengaja dihembuskan kepada negara-negara muslim khususnya Indonesia – yang menjadi negara no.1 dengan jumlah umat muslim terbanyak sedunia – tidak luput dari sasaran. Dalam surat cinta-Nya jelas-jelas disebutkan bahwasannya orang – orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang terhadap umat muslim sampai umat muslim sendiri mengikuti ajaran mereka. So, mereka melakukan segala cara agar umat muslim jauh dari inti ajaran Islam sendiri.
Apalagi setelah mereka paham bahwa di tangan pemuda muslimlah keberlangsungan Islam, apakah kelak Islam akan memperoleh kejayaannya kembali seperti halnya kejayaan yang pernah diraih tempo dulu atau malah semakin terpuruk. Maka, orang-orang kafir tidak menyia-nyiakan kesempatan salah satunya dengan berusaha merusak generasi pemuda Islam yang selama ini terkenal dengan 3F, Fun, Food and Fashion.
Mengerucut lagi terkait masa depan pemuda Islam yang di dalamnya masih ada himpunan bagian lagi yaitu pemudi Islam, muslimah muda. Muslimah muda sekarang ibaratnya terkepung dari segala penjuru. Lihat saja model-model hijab yang dibuat sedemikian rupa agar menyimpang dari hijab yang disyariatkan, pergaulan bebas semakin meraja lela, dan masih banyak lagi.
Berkaitan dengan Miss World, jelas-jelas itu sangat merendahkan, mencoreng bahkan menodai martabat perempuan terutama muslimah. Muslimah mana yang tidak merasa risih jika aurat yang selama ini kita berusaha menutupnya dipertontonkan dan dilihat oleh seluruh masyarakat dunia yang menyaksikan acara tersebut. Bahkan  tidak hanya dipertontonkan tetapi juga dipamerkan dan dinilai. Yang menilai pun tidak hanya juri tetapi penonton juga berhak untuk memberikan penilaian kira-kira perempuan dari negara mana yang paling cantik dan sexy.
Walaupun ada statement – dari mereka yang pro – penilaian Miss World tidak hanya kecantikan secara fisik akan tetapi yang lebih utama adalah kecantikan sosialnya dan bisa sekaligus memperkenalkan keindahan alam Indonesia di mata dunia, itu pun sama saja. dari pada menghabiskan dana untuk menyelenggarakan acara yang banyak mendatangkan mudharatnya ujung-ujungnya mubadzir, mending dipakai untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang teraniaya di Mesir, Suriah dan Palestina.
Pengadaan Miss World juga tidak terlepas dari tujuan-tujuan terselubung. Salah satunya ya itu tadi ingin merusak generasi pemuda muslim khususnya muslimahnya. Tujuan yang lain pengalihan perhatian masyarakat dunia khususnya Indonesia terkait negara-negara yangs edang mengalami konflik. Semoga pemerintah bisa menyikapi permasalahan tersebut dengan bijak dengan tetap memperhatikan aspirasi masyarakat khususnya yang kontra terhadap penyelenggaraan Miss World dan tidak menganggapnya sebagai angin lalu. Biarkan anjing menggonggong kafilah tetap berlalu peribahasa yang pas ditujukan kepada panitia penyelenggara Miss World. Walaupun banyak kecaman dari semua elemen tetapi tetap saja ngeyel mengadakan acara yang jelas-jelas merendahkan martabat perempuan Indonesia dan muslimah.