Senin, 19 Januari 2015

Misteri Hidayah











Presented by Kareen el-Qalamy



Indonesia menempati urutan pertama dengan mayoritas penduduk muslimnya terbanyak sedunia dengan nominal 85% dari total jumlah penduduk yang kurang lebih sebanyak 250 juta jiwa. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu yang masih sebanyak 90n%. Sungguh ironis sekali. Di saat Islam mulai bergeliat di daratan Eropa maupun Amerika, namun di Indonesia sendiri malah mengalami penurunan.
            Mungkin itulah yang dinamakan misteri hidayah. Hanya Allah yang berkuasa untuk memberikan atau mencabut hidayah keimanan dan keislaman dari dalam hati seseorang. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi. Entah itu faktor eksternal maupun faktor internal. Seorang mukmin dengan kepahaman dan kafaah yang mendalam akan Islam, tentu akan tahan banting dengan segala ujian dan godaan yang menghadang. Godaan dan ujian akan keteguhan iman.
            Terkadang seorang mualaf, lebih tinggi semangat tolabul’ilmi akan ilmu agama., dibandingkan dengan seorang muslim tulen sejak lahir Mungkin hal itu terjadi karena Allah langsung yang memberikan hidayah keislaman dengan melalui perantara apapun itu. Sedangkan muslim tulen sejak lahir terkadang sudah puas akan keislamannya tanpa adanya ghirah untuk terus menambah kafaah ilmu agama.
            Memang hidayah harus terus dijaga, kalau perlu dipegang erat-erat jangan sampai lepas. Jangan sampai Allah mencabut nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya selama ini. Hanya orang-orang pilihan yang Allah beri hidayah akan keimanan dan keislaman. Oleh sebab itu, selalu bersyukur, bersyukur dan bersyukur karena Allah telah memilih kita sebagai orang-orang pilihan untuk terus memegang teguh hidayah ini. Karena ada sebagian umat muslim rela menukarkan keimanan atau keislamannya hanya demi kebahagiaan duniawi yang semu dan menipu ini.
            Seperti firman Allah di Q.S. Al-Isra’(17): 1, dimana menjelaskan bahwa siapaun yang berbuat sesuai dengan hidayah Allah maka sesungguhnya itu semua untuk keselamatan dirinya sendiri. Begitu juga sebaliknya, siapapun yang sesat, maka dia akan membawa kerugian untuk dirinya sendiri. Jadi, sungguh sangat beruntung bagi mereka yang terus menjaga hidayah Allah. Perlu digarisbawahi, hidayah itu tidak hanya ditunggu, tetapi juga harus ikhtiar untuk terus dicari. Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali mereka mengubah diri mereka sendiri. Tetaplah terus berpegang teguh akan tali agama Allah walaupun sangat berat. Yakinlah Allah akan membalas dengan lebih baik. Tidak akan rugi mereka-mereka yang berniaga dengan Allah. Bahkan keuntungan dunia dan akhirat akan mereka peroleh, asal terus beristiqomah di jalan-Nya. Wallahu’alam.
           


Minggu, 18 Januari 2015

Ummahat Tangguh





Presented by Kareen el-Qalamy




             Sekian lama keinginan untuk menuliskan rasa yang selama ini menyelimuti. Semenjak pasca kampus dan kembali ke masyarakat, banyak sekali perbedaan dan perubahan yang saya rasakan. Dalam hal ini yang saya maksud adalah komunitas pergaulan. Ketika di kampus maklum dunia pergaulannya dengan mereka yang masih muda, single, penuh dengan idealis dan semangat yang berkobar-kobar. Sedangkan sekarang, kebanyakan komunitas yang saya gabung di dalamnya adalah komunitas ummahat dengan segudang aktivitas.
            Awal mula berinteraksi dengan para ummahat ini timbul rasa canggung. Lebih banyak menjadi pendengar setia karena merasa kalah pengalaman. Apalagi tema obrolan yang disuguhkan berkaitan dengan dunia rumah tangga, semakin tidak nyambung. Seolah-olah mendapatkan ilmu baru berkenaan dengan dunia rumah tangga. Selain itu bisa sekaligus menjadi bekal ketika berumah tangga nantinya.
            Memang sudah menjadi salah satu kewajiban dan fitrah seorang perempuan untuk mengurusi keluarga, entah itu mengurusi anak, suami dan mengurusi rumah. Sebatas itu saja sudah repotnya minta ampun. Apalagi ditambah dengan amanah lain di luar rumah. Sungguh pantas menyandang’Ummahat Tangguh’,karena disamping sebagai ibu rumah tangga, sekaligus wanita karir dan kader dakwah. Rasa salut dengan semua yang para ummahat lakukan. Ujian akan manajemen waktu dan skala prioritas selalu mereka alami.
            Bangun sebelum fajar, menyiapkan keperluan anak dan suami sebelum berangkat ke sekolah untuk mengajar. Selepas mengajar, masih ada amanah berdakwah ke masyarakat, sampai-sampai sang anak turut serta diajak setelah dijemput dari sekolah. Sampai rumah sudah larur sore, belum beres-beres rumah dan menyiapkan hidangan makan malam.
            Sungguh kebanggaan tersendiri bagi suami yang didampingi oleh istri yang menyandang‘Ummahat Tangguh’. Tidak hanya bangga, tetapi juga harus penuh perhatian dan penuh pengertian akan kesibukan sang istri yang sangat padat. Tidak hanya sekadar menuntut hak suami, tetapi juga harus bisa memahami hak istri yang ingin selalu dimengerti. Tidak adanya rasa saling pengertian, tentu akan menimbulkan banyak percekcokan antara suami dan istri karena kesibukan masing-masing. Selamat bagi muslimah yang sudah menyandang sebagai ummahat. Akan lebih bermanfaat tidak hanya bagi keluarga tetapi juga bisa bermanfaat bagi masyarakat dengan menjadi’Ummahat Tangguh’, dengan catatan itu semua dilakukan atas dasar ridho dari suami. Bagi istri, ridho Allah adalah ridho dari suami.