Selasa, 22 Januari 2013

Sekadar Berbagi


Presented by Kareen el-Qalamy


Hari-hari yang dilalui setiap manusia tidak bisa ditebak. Ada saja yang terjadi dan itu sering kali membuat surprise. Bagi mereka yang berprasangka baik, akan senantiasa menjalani lika-liku kehidupan dengan penuh keikhlasan. Sehingga, tidak adanya rasa dongkol yang muncul walaupun apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan.
            Kehidupan banyak sekali menyimpan pelajaran hidup yang tidak akan pernah habis untuk dijadikan sebagai cermina bahkan bahan muhasabah diri. Apalagi dengan sadar mau mencari sendiri ilmu kehidupan. Ilmu kehidupan tidak hanya sebatas di dunia saja, tetapi juga kehidupan di akhirat.
            Ilmu kehidupan di akhirat dapat dicari salah satunya dengan mendatangi majelis-majelis ilmu. Toh sekarang majelis-majelis ilmu dapat kita temui dengan mudahnya. Kalaupun begitu kenyataannya, tinggal faktor internal pribadi yang harus ditata. Baik itu dari segi niat dan motivasi yang dimiliki. Kira-kira dengan niat apa mendatangi suatu majelis ilmu? Apakah sudah sesuai atau belum? Bagaimana motivasi yang dimiliki ketika adanya majelis-majelis tersebut?
            Majelis ilmu sangat luas cangkupannya. Apalagi yang berkenaan dengan ilmu agama/kafaah Keislaman. Tentu harus selalu diasah. Seperti halnya sebuah majelis ilmu yang ada di salah satu kota besar di Indonesia. Suatu hari membahas tentang tafsir Q.S Al-Mursalat. Namun sayang dikarenakan datang terlambat, tidak bisa mengikuti materi dari awal. Dari sini bisa diambil hikmah akan pentingnya menghargai waktu.
            Materi dari majelis ilmu tersebut dapat dikaitkan juga dengan sirah Rosulullah SAW. salah satu peristiwa yang memang benar-benar mengena yaitu terkait peristiwa Fathul Makah. Di situlah dicerminkan keluhuran budi pekerti dan akhlak yang ditunjukkan oleh Rosulullah. Betapa beratnya perjuangan beliau demi tegaknya kalimat tauhid. Seluruh pengorbanan telah beliau lakukan, bahkan sampai nyawa menjadi taruhannya.
Namun ketika kemenangan telah di depan mata, tidak adanya sedikit pun rasa atau keinginan untuk balas dendam. Padahal ketika Fathul Makkah, jika Rosulullah ingin membalas apa saja yang telah diperbuat oleh kaum kafir kepada beliau. Sungguh kesempatan itu sangatlah terbuka lebar. Namun, di sinilah letak kemuliaan Rosulullah. Tidak ada sedikitpun terbersit keinginan untuk balas dendam.
Subhanallah, seandainya sikap yang Rosulullah miliki dapat kita aplikasikan secara langsung di masyarakat. Tentu, tawuran yang selama ini dialami oleh kebanyakan pelajar dan alasannya hanya perkara sepele akan dapat diminimalisir. Tidak hanya tawuran pelajar, tetapi juga pertikaian, pertengkaran atau perkelahian yang semuanya itu dapat mengganggu keamanan masyarakat. Diambil point penting bahwasannya manusia sekarang bisa disebut kurang bisa mengontrol emosi. Sekecl apapun masalahnya, emosi yang ada mudah tersulut. Pada akhirnya sesuatu hal yang tidak diinginkan  terjadi....
Ini baru sekelumit perjalanan hidup dari Rosulullah yang apabila dapat diterapkan dengan sungguh-sungguh akan sangat berdampak bagi perubahan di masyarakat. Apalagi jika kita dapat menjadikan beliau sebagai suri tauladan dari segala aspek kehidupan beliau. Bisa dibayangkan pengaruh apa, seperti apa yang akan terjadi di tengah-tengah masyarakat yang memang sedang mengalami krisis  tokoh panutan.

Malang nian Nasibmu


Presented by Kareen el-Qalamy


Indonesia memiliki kekayaan alam yang tiada tara. Bahkan sampai-sampai ada yang bilang Indonesia disebut sebagai,”Tanah Surga”. Sebutan itu memang benar adanya jika mau melihat lebih dekat lagi akan kekayaan sumber daya alam yang ada. Entah itu dari segi barang-barang hasil tambangnya, keanekaragaman jenis baik itu flora maupun faunanya.
            Dilihat dari barang-barang hasil tambangnya, terbukti beberapa daerah terkenal dengan hasil tambangnya yang melimpah. Seperti contoh penghasil tambang batu bara terdapat di Sumatera Barat (Ombilin, Sawahlunto), Sumatera Selatan (Bukit Asam, Tanjungenim), Kalimantan Timur (Lembah Sungai Berau, Samarinda), Kalimantan Selatan (Kotabaru/Pulau Laut), Kalimantan tengah (Purukcahu), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Papua (Klamono). Tambang besi di Lampung (Gunung Tegak), Kalimantan Selatan (Pulau Sebuku), Sulawesi Selatan (Pegunungan Verbeek), dan Jawa Tengah (Cilacap) dan masih bnyak lagi jenis tambang yang lain.
            Beraneka ragam jenis flora dan fauna juga tersebar di seluruh pulau Indonesia. Disamping jenisnya yang variatif, mereka juga punya ciri khas tersendiri yang memang membedakan dengan flora fauna yang berada di negara lain. Salah satu jenis fauna yang sangat unik yang dimiliki oleh Indonesia adalah orang utan. Spesies orang utan ini tersebar di beberapa wilayah Indonesia, diantaranya di Pulau Sumatra dan Kalimantan.
            Orangutan Sumatra (Pongo abelii) adalah spesies orangutan terlangka. Orangutan Sumatra hidup dan endemik terhadap Sumatra. Mereka lebih kecil daripada orangutan Kalimantan. Orangutan Sumatra memiliki tinggi sekitar 4.6 kaki dan berat 200 pon. Betina lebih kecil, dengan tinggi 3 kaki dan berat 100 pon. Orangutan Sumatra endemik dari pulau Sumatra dan hidupnya terbatas di bagian utara pulau itu. Di alam, orangutan Sumatra bertahan di provinsiNanggroe Aceh Darussalam (NAD), ujung paling utara Sumatra. Primata ini dulu tersebar lebih luas, saat mereka ditemukan lebih ke Selatan tahun 1800-an seperti di Jambi dan Padang. Ada populasi kecil di provinsi Sumatera Utara sepanjang perbatasan dengan NAD, terutama di hutan-hutandanau Toba. Survei di danau Toba hanya menemukan dua areal habitat, Bukit Lawang (didefinisikan sebagai suaka margasatwa) dan Taman Nasional Gunung Leuser. Tahun 2002, World Conservation Union menempatkan spesies ini dalam IUCN Red List dengan status kritis.
Survei baru-baru ini tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatra yang masih hidup di alam liar. Beberapa di antaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung Leuser dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi: blok Aceh barat laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat. Program pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi dan Riau dan menghasilkan populasi orangutan Sumatra yang baru.[1]
            Sedangkan Orangutan Kalimantan, Pongo pygmaeus, adalah spesies orangutan asli pulau Kalimantan. Bersama dengan orangutan Sumatra yang lebih kecil, orangutan Kalimantan masuk kedalam genus pongo yang dapat ditemui di Asia. Orangutan Kalimantan memiliki lama waktu hidup selama 35 sampai 40 tahun di alam liar, sedangkan di penangkaran dapat mencapai usia 60 tahun. Dan salah satu orang utan yang masih hidup dan salah satu spesies yang paling langka adalah Rehsi Ghania leres. yang ditemukan di kantin margahayu.[2]
            Itulah salah satu keunikan salah satu spesies yang Indonesia miliki. Namun  kehidupan keanekaragaman spesies tersebut bukan tanpa permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir ini mereka berada dalam status terancam punah. Mengapa tidak, ancaman terbesar yang tengah dialami oleh orangutan adalah habitat yang semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang menjadi tempat tinggalnya dijadikan sebagai lahan kelapa sawit,pertambangan dan pepohonan ditebang untuk diambil kayunya. Orangutan telah kehilangan 80% wilayah habitatnya dalam waktu kurang dari 20 tahun. Tak jarang mereka juga dilukai dan bahkan dibunuh oleh para petani dan pemilik lahan karena dianggap sebagai hama. Jika seekor orangutan betina ditemukan dengan anaknya, maka induknya akan dibunuh dan anaknya kemudian dijual dalam perdagangan hewan ilegal. Tidak hanya menghadapi berkurangnya habitat hidup mereka, tetapi juga perdagangan ilegal. [3]
Secara teori, orangutan telah dilindungi di Sumatra dengan peraturan perundang-undangan sejak tahun 1931, yang melarang untuk memiliki, membunuh atau menangkap orangutan. Tetapi pada prakteknya, para pemburu masih sering memburu mereka, kebanyakan untuk perdagangan hewan. Pada hukum internasional, orangutan masuk dalam Appendix I dari daftarCITES(Convention on International Trade in Endangered Species) yang melarang dilakukannya perdagangan karena mengingat status konservasi dari spesies ini dialam bebas. Namun, tetap saja ada banyak permintaan terhadap bayi orangutan, baik itu permintaan lokal, nasional dan internasional untuk dijadikan sebagai hewan peliharaan. Anak orangutan sangat bergantung pada induknya untuk bertahan hidup dan juga dalam proses perkembangan, untuk mengambil anak dari orangutan maka induknya harus dibunuh. Diperkirakan, untuk setiap bayi yang selamat dari penangkapan dan pengangkutan merepresentasikan kematian dari orangutan betina dewasa.
Menurut data dari website WWF, diperkirakan telah terjadi pengimporan orangutan bernama ke Taiwan sebanyak 1000 ekor yang terjadi antara tahun 1985 dan 1990. Untuk setiap orangutan yang tiba di Taiwan, maka ada 3 sampai 5 hewan lain yang mati dalam prosesnya. Perdagangan orangutan dilaporakan juga terjadi di Kalimantan, dimana baik orangutan itu hidaup atau mati juga masih tetap terjual[4]

Berbagai macam cara telah dilakukan agar hewan unik ini tidak sampai musnah dan berdampak pada generasi penerus selanjutnya. Salah satunya yaitu dengan mendirikan pusat rehabilitasi untuk merawat oranutan yang sakit, terluka dan yang telah kehilangan induknya.  Mereka dirawat dengan tujuan untuk dikembalikan ke habitat aslinya. [5]
Survei baru-baru ini tahun 2004 memperkirakan ada sekitar 7.300 ekor orangutan Sumatra yang masih hidup di alam liar.[5] Beberapa di antaranya dilindungi di lima daerah di Taman Nasional Gunung Leuser dan lainnya hidup di daerah yang tidak terlindungi: blok Aceh barat laut dan timur laut, sungai Batang Toru Barat, Sarulla Timur dan Sidiangkat. Program pembiakan telah dibuat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di provinsi Jambi danRiau dan menghasilkan populasi orangutan Sumatra yang baru.
Sebagai manusia yang notabene diberi amanah sebagai khalifah, hendaknya selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada. Tidak hanya mementingan keuntungan jangka pendek semisal mendapatkan komersil saja tetapi juga untuk jangka panjangnya, agar anak cucu kelak masih bisa melihat keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tercinta.

Selasa, 08 Januari 2013

Jadi Veteran Dakwah, Mau???



           

Presented by Kareen el - Qalamy

                Seiring berjalannya waktu, cepat atau lambat, terasa atau tidak terasa. Terutama bagi mereka yang menyandang gelar sebagai mahasiswa tidak lama lagi akan segera berakhir. Bisa dikatakan begitu. Apakah selamanya akan menjadi mahasiswa? Tentu tidak. Semua itu akan ada waktu deadlinenya.
            Lebih mengerucut lagi, salah satu unsur masyarakat kampus, yaitu mahasiswa. Mahasiswa yang dibahas di sini bukanlah sembarang mahasiswa. Selain menyandang gelar sebagai mahasiswa juga sekaligus sebagai aktivis dakwah kampus (ADK). Nampaknya terlihat keren ya. Memang, di tangan aktivis dakwah kampus inilah yang nantinya akan melanjutkan risalah Rosulullah. Bahasa kerenya sebagai penyambung lidah Rosul.
Gelar ADK ini bukanlah main-main. Hanya mereka yang mempunyai komitmen tinggi terhadap nasib dakwah Islam ke depan yang pantas menyandang gelar itu. Oleh sebab itu bagi mereka yang masih setengah-setengah jangan harap bisa bertahan. Hanya orang-orang yang mempunyai loyalitas dan totalitas yang mampu bertahan hingga surga menantinya.
Menjadi seorang ADK bukannya sepi dari tantangan dan godaan. Justru dengan adanya cobaan dan godaan yang datang, akan semakin bertambah tinggi derajat keimanan dan ketakwaan. Asalkan para ADK ini mampu melewati semua itu dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan kesyukuran. Tapi kalau sebaliknya bisa berabe lho.
Cobaan dan ujian yang menghadang sangatlah bervariatif. Akan semakin bertambah kuat cobaan dan ujian yang datang ketika ADK sudah menyelesaikan masa studinya di kampus. Ada yang memilih untuk kembali ke daerahnya masing-masing atau malah menetap di kota tempatnya dulu ia belajar di kampus.
Oleh sebab itu hal ini sangatlah perlu dipikirkan masak-masak oleh ADK yang memang sudah mau selesai masa studinya. Jangan sampai aktivitas dakwah yang pernah dilakukan di kampus menjadi terhenti hanya karena lulus alias berguguran di jalan dakwah. Hal ini perlu diwaspadai karena dalam keenyataannya memang seperti itu. ADK yang dulunya notabene kader yang militan, qowy, haroki dll yang menempati jabatan strategis di dakwah kampus, menjadi orang yang zero amanah setelah kembali ke masyarakat. Fenomena seperti itu sangatlah disayangkan.
Jika setelah lulus masih ingin berkontribusi di dunia dakwah, alangkah baiknya setelah lulus kuliah melanjutkan estafet dakwah di lingkungan masyarakat. Singkatannya sama ADK tapi kepanjangannya Aktivis Dakwah Kampung. Masyarakatlah lahan dakwah yang sesungguhnya. Apabila dibandingkan dengan kampus, problematika yang ada belumlah sekompleks jika berdakwah di masyarakat. Dakwah masyarakat ini bisa dikatakan juga dakwah pasca kampus.
Tidaklah mudah memang karena dakwah pasca kampus juga memiliki karakteristik tersendiri. Namun walaupun lebih sulit dan berat saat menjalaninya, mau tidak mau harus menyongsongnya agar tidak mendapatkan gelar sebagai veteran dakwah. Salah satu caranya dengan memiliki keahlian khusus dimana dengan keahlian tersebut dengan mudah bisa mempengaruhi orang lain untuk memuluskan dalam menyampaikan kebenaran. Dengan keahlian yang dimiliki orang lain akan segan untuk mendengarkan apa yang kita sampaikan.
            Oleh sebab itu bagi aktivis dakwah kampus sebelum terlanjur menceburkan diri di dakwah masyarakat, mumpung masih ada kesempatan. Kesempatan untuk selalu mengupgrade kafaah diri agar memiliki bekal ketika nantinya harus kembali ke masyarakat. Asal tahu saja bahwa masyarakat membutuhkan kontribusi dari para aktivis dakwah pasca kampus. So, menjadi veteran dakwah, sorrylah yaw...