Jumat, 24 Agustus 2012

RAMADHAN, Sekadar Seremonial Belaka ???




Presented by Kareen el-Qalamy

Pagi-pagi disunnahkan untuk makan sahur. Malam hari dihiasi dengan ibadah sholat tarawih setelah seharian menahan lapar, dahaga serta hawa nafsu. Sepanjang waktu digunakan untuk melantunkan ayat-ayat suci dari-Nya. Ibadah sunnah terasa wajib harus ditunaikan. Banyak targetan amalan yang siap untuk dilaksanakan. Begitulah nuansa Ramadhan.
            Seperti sudah menjadi kebiasaan ketika Ramadhan tiba. Segala kegiatan harian langsung menyesuaikan dengan momen Ramadhan. Entah itu jenis kegiatan dan waktu pelaksanaannya. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu ibadah di bulan Ramadhan. Sehingga, tetap bisa menjalankan ibadah secara khusyuk.
            Berbicara mengenai target Ramadhaan yang dibuat, dimaksudkan untuk memudahkan atau sebagai sarana pendekatan diri kepada sang Pencipta. Membuat rancangan ibadah yang direncanakan, lalu segera dipraktikan saat Ramadhan tiba. Dengan begitu kita bisa mengetahui apa saja yang ingin diraih saat Ramadhan.tentu disertai harapan bahwa Ramadhan tahun ini ada peningkatan lebih baik dibandingkan dengan Ramadhan tahun sebelumnya.
            Memang menjalankan segala ibadah di bulan Ramadhan sangatlah ringan. Nuansa yang sangat mendukung dan banyak teman sehingga, semakin menambah semangat saja. Masjid – masjid yang biasanya di luar Ramadhan sepi, sedikit jamaah yang datangt, tetapi selama Ramadhan masjid-masjid selalu penuh sesak. Tidak hanya kegiatan sholat lima waktu saja, kegiatan-kegiatan keagamaan seperti TPA, pengajian-pengajian marak dilaksanakan.
            Waktu terus berjalan. Satu bulan tidak terasa segera berlalu. Begitu pula Ramadhan akan berakhir. Berakhirnya Ramadhan sebagai tanda datangnya hari kemenangan. Hari raya Idul Fitri, saat-saat di mana setelah satu bulan menahan lapar, dahaga dan hawa nafsu, kembali fitrah layaknya kertas putih tanpa noda. Saling bermaafan dan mengikhlaskan semua kesalahan dan dosa.
            Dengan berakhirnya Ramadhan dan merayakan hari raya Idul Fitri, nuansa menjadi berubah menjadi ajang silaturahim ke sanak saudara. Tradisi mudik seakan-akan tidak pernah ketinggalan untuk selalu memeriahkan libur hari raya. Setelah itu tidak lama lagi, hari-hari efektif kerja dimulai karena libur hari raya juga telah usai. Semua aktivitas kembali seperti semula. Namun, apakah semua amalan yang telah dilaksanakan selama bulan Ramadhan turut usai begitu saja?
            Kalaupun seperti itu bisa dibilang tidak ada peningkatan sebelum Ramadhan dibandingkan dengan pasca Ramadhan. Kedatangan Ramadhan diharapkan untuk meningkatkan dari segi ruhani untuk lebih bersemangat dalam beribadah. Dan setelah Ramadhan berakhir, adanya peningkatan untuk tetap melaksanakan amalan-amalan ibadah saat Ramadhan di bulan-bulan berikutnya.
            Jadi, kedatangan Ramadhan tidak menjadi sia-sia. Sia-sia karena tidak membawa perubahan kepribadian sebagai umat Islam untuk semakin istiqomah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehingga, gelar takwa pantas diraih oleh mereka yang senantiasa mempertahankan semangat ibadah walaupun Ramadhan telah berlalu. Apakah Ramadhan hanya sekadar seremonial belaka? Hanya diri pribadi saja yang bisa menjawab. Karena salah satu ciri orang yang mendapat anugerah malam lailatul qodar adalah mereka yang semakin bertambah ketakwaannya pasca Ramadhan.