Jumat, 11 Juli 2014

Tetaplah Tegar GAZA...

Karya: Kareen el-Qalamy



            Lagi-lagi terjadi, peristiwa yang membuat mata dunia terbelalak.
            Di saat seluruh umat Islam khusyuk menjalankan ibadah di bulan Ramadhan
            Kondisi yang sangat berbeda dialami oleh saudara muslim di bumi Gaza
            Mereka saat ini dalam kondisi terancam
            Terancam jiwa dan keselamatannya
            Hujan air sudah berganti menjadi hujan rudal dan peluru
            Tiap menit terjadi terus-menerus bahkan semakin deras saja
            Ratusan rumah dan infrastruktur luluh lantah.
            Nyawa-nyawa tidak berdosa bergelimpangan
            Tidak pandang bulu, wanita dan anak-anak juga menjadi sasaran
     Sasaran dari kebrutalan bangsa biadab yang sudah tidak ada lagi secuilpun rasa kemanusiaan.
Entah sampai kapan tragedi Gaza Merintih terjadi
Akankah semua itu berakhir atau malah tanpa ujung?
Sampai kapan ketegaran, kesabaran dan ketabahan mereka diuji
Namun itu semua tidak akan pernah membuat mereka berputus asa
Tidak pernah berputus asa dari rahmat Tuhannya
Karena rakyat Gaza yakin, pertolongan Allah akan selalu datang
Datang kepada mereka yang bisa meletakkan Al-Qur’an di hati mereka.
Tidk hanya sekadar meletakkan .Qur’an di tangan atau mulut mereka.
Tetaplah tegar GAZA....
Do’a kami selalu menyertaimu
Walaupun raga ini belum bisa menyambangimu
Setidaknya lantunan do’a terus mengalir membasahi gersangnya kepedulian akan jerit tangis kalian.
Tetaplah tegar GAZA....
Yakinlah bahwa janji Allah itu pasti bagi orang-orang yang mau berjihad di jalan-Nya.
Tetaplah tegar GAZA....

Euphoria Piala Dunia VS Ramadhan


Presented by Kareen el-Qalamy



                Bagi yang mania bola tentu tidak akan melewatkan sedikitpun momen pertandingan piala dunia 2014. Bahkan tidak terasa sudah sampai di penghujung pertandingan. Dua tim raksasa masing-masing perwakilan dari dua benua yang berbeda berhasil lolos di babak final. Tim Jerman mewakili dari benua Eropa, sedangkan Argentina mewakili dari benua Amerika Latin. Nampaknya pertandingan final akan berlangsung sangat sengit karena kemampuan kedua tim yang hampir seimbang.
            Di sisi lain seluruh umat Islam di dunia ini juga sedang menjalankan dan menikmati datangnya Ramadhan. Dimana Ramadhan diiringi dengan ibadah puasa dan memperbanyak amalan-amalan ibadah yang lain. Umat muslim dituntut untuk ber-fastabiqul khoirot agar mendapatkan gelar takwa. Bahkan janji-Nya, pintu syurga dibuka selebar-lebarnya dan syaitan dibelenggu. Nampaknya menjadi salah satu keistimewaan Ramadhan, karena bisa merubah orang yang awalnya merasa berat untuk melangkahkan kaki ke masjid menjadi ringan dan rajin.
            Momen piala dunia vs Ramadhan harus disikapi sebijak mungkin. Sah-sah saja ikut larut dalam pesta bola dunia ini, asal tidak mengganggu kekhusyukan ibadah di bulan Ramadhan. Agar kepuasan yang didapat setelah menonton bola lantas tidak juga mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala dari amalan yang dilakukan. Intinya proporsi harus seimbang atau istimror, balance. Tidak hanya sebatas memenuhi kepuasan akan hobi tetapi juga kepuasan ruhiyah harus selalu terpenuhi. So, Piala Dunia vs Ramadhan? Why not?
           

Kamis, 03 Juli 2014

Hiruk Pikuk Pemilu 2014






Presented by Kareen el-Qalamy


               
Tahun 2014 merupakan momen spesial bagi bangsa Indonesia. Setelah bulan April berlalu dengan terselenggaranya pemilihan legislatif. Nampaknya suasana belum mereda bahkan semakin memanas saja seiring mendekati hari H pemilihan eksekutif yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden.
            Tanggal 9 Juli, sudah di depan mata. Persaingan kedua pasang calon semakin ketat saja. Memang, pemilu tahun ini berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana hanya ada dua pasang calon saja yang meramaikan bursa pencapresan. Padahal tahun-tahun sebelumnya diramaikan oleh lebih dari dua pasang, bahkan pernah terjadi pemilu presiden ada lima pasang calon.
Di sisi lain juga tidak mengherankan, dikarenakan dilihat dari segi perolehan suara tiap-tiap partai politik hampir sama atau dipukul rata. Hal ini sangatlah jarang terjadi, bahkan partai pemenangpun tidak bisa memenuhi quota target minimal perolehan suara sehingga mau tidak mau harus berkoalisi dengan partai lain agar bisa mencalonkan kadernya untuk bisa duduk di bursa pencalonan presiden.
Dua pasang ini pun jika dilihat dari track record-nya sama-sama kuat. Perolehan suara hasil survei yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survei yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa kedua pasang berpotensial mendapatkan suara yang hampir sama atau sedikit sekali selisihnya. Hal ini memungkinkan terjadinya pemilihan presiden dilakukan tidak hanya satu putaran. Nampaknya membuat masyarakat semakin gemas saja karena ingin segera tahu kira-kira siapakah presiden yang terpilih untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Memanasnya situasi perpolitikan nampaknya berdampak kepada kondisi media-media Indonesia. Entah itu media cetak maupun elektronik, hampir mayoritas  isi pemberitaan yang ada tidak pernah luput dari pemberitaan pemilu. Baik itu safari kampanye yang dilakukan oleh masing-masing pasang calon maupun informasi terkait persiapan – yang dilakukan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) – dalam penyelenggaraan pesta rakyat ini.
Dalam pemilu, yang dicalonkan sudah ada, tidak lengkap jika tidak ada pemilihnya. Pemilihnya di sini tidak lain dan tidak bukan yaitu masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia harus antusias menyambut pemilu ini. Maka sudah tidak zamannya lagi kata-kata’golput’. Karena pemilu ini sangatlah penting, walaupun hanya lima menit bahkan kurang, itulah nantinya yang akan menentukan nasib Indonesia ke depan. Jika kita acuh, cuek dan paling buruknya lagi ‘golput’ apakah masih pantas disebut sebagai muslim?
Seorang muslim yang mempunyai karakteristik syamil, dalam hal ini tidak memilah-milah dan mau menerima semua ajaran Islam dari berbagai bidang, disebut juga ‘syumuliatul Islam’. Jadi Islam tidak hanya sebatas di masjid saja. Tetapi juga mencangkup bidang pemerintahan dan bernegara. Sehingga menciptakan pemerintahan islam merupakan suatu keniscayaan yang harus selalu diperjuangkan. Dalam buku Manhaj Haroki karangan Syaikh Munir Muh. Al-Ghadban salah satu pondasi yang dibangun oleh Rasulullah ketika hijrah dan salah satu tahapan/periodisasi dakwah yaitu mendirikan negara.
Oleh sebab itu, seorang muslim tentu tidak rela ketika kepemimpinan nantinya jatuh ditangan orang yang mengancam atau bahkan tidak melindungi sama sekali hak dan kepentingan umat Islam. Juga setelah pemimpin terpilih, tidak ada masyarakat di daerah tertentu merasa dirugikan. Maka menjadi seorang muslim sekaligus pemilih, haruslah cerdas, cerdas dalam menentukan pilihan nantinya. Memilih pemimpin yang cerdas, itulah tolak ukur suatu masyarakat dikatakan cerdas pula. Jadi tunggu apalagi, pertimbangkan sebaik mungkin sebelum memilih. Tidak asal ikut-ikutan tetapi juga harus mencari informasi sebanyak-banyaknya dan jangan mudah terpercaya oleh pemberitaan yang terjadi khususnya kampanye hitam. Masyarakat cerdas, wajib memilih pemimpin yang cerdas pula agar dapat membawa perubahan bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi. Indonesia harus bangkit, bangkit menyongsong perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Karena apabila suatu bangsa yang hari esok lebih baik kondisinya daripada hari ini, itulah bangsa yang beruntung
Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi. Mulai dari diri sendiri, saat ini dan yang paling kecil. Yang paling kecil di sini adalah pemilu. Walaupun kelihatannya sepele, tetapi jangan dianggap remeh karena pemilu akan berdampak besar bagi perubahan bangsa untuk mencapai negara Baldatun toyyibatun warafun ghafur. Aamiin ya Rabb...