Senin, 25 Juli 2011

Pesan Terakhir

Kisah ini bermula saat diriku kelas XI di salah satu SMA N di kotaku.Panggil saja aku Tasya karena sebagian besar teman-teman memanggilku demikian. Selain aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, aku juga ikut salah satu organisasi yang ada yaitu Rohis. Mengapa aku memilih rohis karena aku ingin mempelajari dan menambah pengetahuan agama di sana. Selain itu ingin menambah teman juga. Aku bergabung di rohis sejak kelas satu. Banyak sekali manfaat yang bisa kuperoleh. Terutama mengenai nikmatnya jalinan ukhuwah antar anggota di dalamnya
Ketika itu aku mendapatkan amanah untuk menjadi ketua Departemen Kemuslimahan. Dimana salah satu program kerja (proker)nya yaitu mengadakan wakaf seragam jilbab. Sasarannya ditujukan kepada siswi-siswi yang berjilbab khususnya kakak kelas XII untuk menghibahkan seragam jilbabnya. Seragam jilbab itu nanti akan diberikan kepada adik-adik kelas yang ingin berjilbab tetapi tidak ada biaya untuk membuat seragam lagi.
Proker ini alhamdulillah dapat berjalan berkat bantuan teman-teman. Dilakukan dengan cara menyebarkan dan menempelkan pamflet ke tiap-tiap kelas agar informasi yang disampaikan tersebar secara maksimal dan merata. Bagi mereka yang berminat menghibahkan seragam bisa dikumpulkan langsung ke masjid. Sedangkan bagi siswi yang ingin mengetahui info selengkapnya bisa menghubungi nomor yang tertera di pamflet. Ada dua nomor yang bisa dihubungi salah satunya adalah nomorku.
Suatu hari ada sebuah nomor yang masuk ke Hpku. Ketika kubuka isi SMSnya ternyata si pengirim meminta informasi mengenai program wakaf seragam jilbab yang kami adakan. Dengan senang hati kujawab sangat detail. Tidak lupa juga aku menanyakan identitas dari si pengirim. Dia mengaku bernama Yanti kakak kelasku, namun sayang tidak menjelaskan kelas XII apa. Langsung kusimpan nomor itu siapa tahu Mbak Yanti mau menghibahkan jilbabnya itu.
Keesokan harinya kebetulan aku bertemu dengan kakak rohis kelas XII. Teringat dengan kakak kelas yang bernama Mbak Yanti, langsung saja kumenanyakan kepada mereka siapa tahu ada yang kenal dan kalau bisa bertemu dengan orangnya.
“Mbak Heni, kenal sama Mbak Yanti gak?” tanyaku.
“Yanti, siapa Dik?” dia malah balik bertanya.
“Dia ngakunya kelas XII gitu, tapi gak jelasin kelas XII apa,” jelasku.
“Setahuku kelas XII gak ada deh yang namanya Yanti,” begitulah jawaban dari Mbak Heni, kakak kelas di rohisku.
Pertanyaan yang sama kuajukan ke kakak kelas di rohis yang lain, tetapi jawaban yang diberikan selalu sama. Aku malah jadi penasaran sendiri. Mengapa tidak, ngakunya kakak kelasku tetapi di saat kumenanyakan ke kakak kelas yang lain tidak ada yang kenal.
Anehnya lagi yang namanya Mbak Yanti ini semakin sering kirim SMS. Tiap kali kutanya dia kelas XII apa tidak mau ngaku. Isi SMSnyapun semakin aneh juga. Awal-awalnya tanya menganai proker wakaf seragam jilbab, tetapi lama-lama bertanya mengenai masalah agama. Pernah juga suatu hari dia mengirim SMS yang bertuliskan,”I LOVE YOU.” “Wah kok semakin aneh saja sih,”pikirku. Jarang sekali sesama perempuan mengirimkan SMS seperti itu. Namun aku mencoba untuk positive thinking saja. Mungkin dia ingin hubungan kita antara kakak dan adik kelas semakin akrab saja
Selang beberapa hari berkirim SMS sering kami lakukan. Entah itu hanya sekadar mengirim kata mutiara atau bertanya kabar dan sedang apa.”Sesama akhwat kan tidak apa-apa,” batinku. Malahan justru kultur seperti ini yang harus dibangun untuk menjalin dan mempererat ukhuwah antara sesama muslimah.
Suatu ketika kumencoba untuk bertanya mengenai identitasnya secara lengkap. Karena selama ini aku mengenalnya baru sebatas nama panggilan saja. Begitu kagetnya aku saat mengetahui bahwasannya yang selama ini kukenal dengan Mbak Yanti ternyata seorang laki-laki yang nama aslinya Yanto. Dia lantas meminta maaf karena selama ini telah membohongiku. Seketika itu juga aku memberikan pernyataan tanda kekecewaan kepadanya, tidak mau berterus terang sejak awal bahwa dia adalah seorang laki-laki.
Dengan berbagai macam dalih yang intinya kalau misal dia mengaku laki-laki takutnya aku tidak mau membalas SMSnya. Dia juga memohon ketika aku telah mengetahui hal yang sebenarnya aku masih mau menjalin komunikasi dengannya. Karena jujur hubungan kami sudah sedemikian dekatnya, layaknya kakak-beradik.
Itu kan dulu di saat aku belum tahu akan jati diri dia yang sebenarnya. Jadi tidak masalah ketika aku masih mengira dia adalah seorang perempuan SMS antara kami pun berisikan kata-kata yang istilahnya bisa terjalin hubungaan secara dekat. Sebagai contoh ketika dulu dia mengirimkan kata-kata mesra seperti “I LOVE YOU” maka akupun juga membalasnya dengan kata-kata serupa.
Namun setelah mengetahui pengakuan itu, rasa penyesalan langsung menyeruak memenuhi rongga hatiku. Rasanya sakit sekali. Menyesal telah mengirimkan kata-kata mesra kepada seseorang yang kukira juga perempuan tetapi ternyata laki-laki. Sejak saat sikapku terhadapnya langsung berubah 1800. Yang dulunya sangat akrab dikarenakan aku belum mengetahui yang sebenarnya, sekarang tiba-tiba aku harus membuat suatu tembok pembatas yang tebal dan sangatlah tinggi antara aku dan dia. Memang seperti itulah yang harus kulakukan.
Waktu terus berjalan pola komunikasi masih terjalin namun hanya sebatas hal-hal penting yang bisa kujawab. Satu yang masih membuatku risih ketika dia meminta izin untuk telpon dengan alasan mau bertanya sesuatu hal. Aku selalu mengiyakan setiap permintaannya itu walapun jarang sekali dia menelpon. Sayangnya ku tidak sanggup untuk menolaknya, entah mengapa aku juga tidak tahu.
“Dik, hayo siapa tadi yang menelpon?” tanya Mbak Nurul tiba-tiba. Mbak Nurul adalah temanku satu kamar di kos saat diri ini telah menginjak semester dua di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogya.
“Ini Mbak, dia kakak kelasku,” ujarku terus terang. Semenjak itu diriku menjadi lebih terbuka untuk menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan urusan pribadi khususnya mengenai hubungan lawan jenis.
Tibalah suatu hari dia SMS dengan kalimat yang sangat memancing rasa penasaraan orang. Dia SMS sepertinya mau mengabarkan bahwasannya dia sedang jatuh cinta. Aku pun berusaha untuk bertanya untuk mencari-cari tahu akhwat mana dan siapa yang sedang dia taksir. Tidak hanya itu aku juga memberikan beberapa nasihat agar dia bisa mengontrol perasaan dan rasa sukanya itu dan jangan sampai terjerumus ke perbuatan yang namanya pacaran. Memang ku menyadari bahwasannya dia masih awal di dalam mengenal tarbiyah.
Akhirnya usahaku membuahkan hasil, dia akan memberitahukan sesosok akhwat yang tengah dia taksir itu. Dia berjanji untuk memberitahukan lewat SMS. Sedangkan nama akhwat tersebut ada di tengah-tengah kalimat SMS yang dia krimkan. Setelah kubaca, kucari-cari kata apa yang sepertinya menyerupai nama seorang akhwat. Kubaca berulang kali tetapi sepertinya kok tidak ada. Aku tetap mencoba untuk menebak dengan menyodorkan satu kata yang kuambil dari kalimat SMS itu, namun ternyata salah bukan itu.
Lantas aku bertanya sebenarnya nama yang dimakssud itu yang mana. Ternyata nama yang dimaksud tidak langsung terbentuk menjadi satu kata. Tetapi haruss menyusun kata yang diambil dari satu huruf didepan tiap kalimat setelah itu dirangkai sesuai urutan kalimatnya. Betapa kagetnya diriku setelah mengetahui nama berdasarkan rangkaian huruf yang kudapat. Ternyata akhwat yang selama ini dia sukai adalah aku, Tasya. Sepertinya tidak percaya akan hal itu. Langsung saja aku minta penjelasan mengenai benar atau tidaknya pengakuan darinya. Semoga saja itu hanya lelucon yang sengaja dia lakukan. Tetapi ternyata tidak, itu benar.
Ya Allah, Engkau masih memberiku cobaan seperti ini. Respon kepada Mas Yanto, tidak berisikan pernyataan menolak atau malah menerima. Aku berusaha memberikan pemahaman kepadanya bahwasannya jodoh itu di tangan Allah. Untuk saat ini aku memang tidak mau memikirkan yang namanya cinta, nikah dsb. Disamping masih awal-awal masuk kuliah, juga oraang tua belum mengizinkaan bagiku untuk ke sana.
Setelah mengetahui ternyata seperti itu perasaan dia terhadapku aku berusaha menjauh darinya. Secara perlahan tapi pasti. Yang dulunya tiap kali dia SMS pasti kubalas, tetapi sekarang aku berusaha untuk mengontrolnya. Tidak sembarang SMS yang dia kirimkan selalu kubalas. Alhamdulillah dia paham akan prinsip yang selama ini kupegang. Dia juga sependapat denganku untuk tidak pacaran dan mengurangi frekuensi SMSnya.
Tidak terasa sekarang aku sudah menginjak semester empat. SMS darinya sudah jarang dia kirimkan. Pernah dalam beberapa bulan dia sudah tidak mengirim SMS. Kukira komunikasi antara kita sudah putus. Ternyata perkiraanku meleset, padahal nomornya sudah kuhapus. Akhirnya kusimpan lagi nomornya di dalam phonebook.
Aku bersyukur karena hari-hari yang kujalani ke depannya lebih tenang bebas dari yang namanya gangguan cinta. Maka aku berusaha untuk memfokuskan diri di kuliah dan organisasi yang aku geluti. Tibalah di suatu hari disaat aku membuka situs jejaring sosial, di salah satu dinding teman akhwatku terpampang jelas fotoku di sana. Aku mengira temanku ini yang telah menguploadnya. Tetapi ketika aku membaca statusnya ternyata bukan dia yang mengupload. Kubaca lagi dengan saksama, hatiku sungguh sangat sakit. Kuarahkan penunjuk mouse ke alamat blog yang tertera, ternyata yang punya alamat blog itu adalah Mas Yanto
Sungguh aku sangat kecewa. Kenapa dia tega melakukan hal ini terhadapku. Kukira dia adalah seorang ikhwan yang bisa menjaga kehormatan akhwat, tetapi ternyata..Aku yang selama ini berusaha untuk tidak mengupload foto pribadiku di fb, tetapi orang lain seenaknya saja. Ditambah lagi tanpa meminta izin kepadaku terlebih dahulu. Aku berusaha bersabar dan menanyakan hal ini langsung kepada yang bersangkutan. Aku merasa berdosa dan kehormatanku sebagai seorang akhwat roboh. Karena sedari dulu aku menginginkan bahwasannya yang berhak memiliki foto pribadiku hanyalah seorang ikhwan yang sudah jelas adalah suamiku. Sama halnya denganku, aku akan berusaha untuk tidak memiliki foto seorang ikhwan kecuali foto ikhwan yang jelas-jelas telah halal bagiku.
Ya Allah sungguh betapa beratnya menjaga kesucian hati itu. Apalagi yang bersangkutan dengan yang namanya hubungan lawan jenis. Dimana diri ini sedari dulu memiliki sebuah prinsip tidak akan pacaran, namun seiring berjalannya waktu godaan tersebut semakin kuat saja menerpaku. Jujur aku berusaha untuk tidak menolak bagi ikhwan siapapun untuk menyampaikan niatan sucinya itu. Asal melihat-lihat situasi dan kondisi apakah sudah adanya kesiapan antara keduanya atau belum. Tidak menolak bukan berarti menerima. Kalau kondisinya belum memungkinkan jelas aku belum bisa menerima.
Untuk Mas Yanto yang dulu pernah mengungkapkan perasaannya terhadapku. Kalaupun misalnya kelak ketika semuanya sudah siap dan perasaan itu masih ada silakan langsung menemui kedua orang tuaku. Namun kalaupun perasaan itu telah hilang, tidak mengapa Allah tengah mempersiapkan seseorang yang sekiranya aku pantas untuknya.
Sedangkan sekarang ini biarlah waktu yang akan menjawabnya. Kita menjalani rutinitas masing-masing tanpa menimbulkan gangguan satu sama lain. Agar terciptanya ketenangan hati komunikasi antara kita dihentikan dulu saja. Entah sementara waktu atau malah selamanya. Karena bagiku menghilangkan rasa kekecewaan dari hati sangatlah sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Mungkin ini salah satu cara untuk menghilangkannya. Semoga
Terakhir, menyambut bulan suci jangan sampai apa yang terjadi barusan walaupun jujur sangatlah melukai hati masing-masing tetapi mari berusaha untuk saling memaafkan satu sama lain. Maafkan Tasya ya Mas. Ku tahu Mas pasti sakit hati ketika kumeminta untuk menghentikan dulu komunikasi antara kita. Semoga ini menjadi jalan yang terbaik walaupun kenyataannya sakit. Afwan dan jazakallah.
nb: Meskipun sudah tidak ada komunikasi harapannya jalinan ukhuwah yang masih ada tetaplah terjalin

Kareen el-Qalamy

Suhu Bumi Semakin Memanas

Dapat disaksikan di belahan bumi manapun tak terkecuali di Indonesia. Fenomena-fenomena kerusakan alam terus-menerus terjadi. Eksploitasi besar-besaran akan ketersediaan sumber daya alam yang ada. Penebangan hutan, penambangan industri entah itu emas, minyak maupun batu bara. Semuanya dilakukan tanpa pandang bulu. Tidak melihat dampak yang ditimbulkan di belakang itu semua. Padahal kalau dipikir hanya ingin mendapatkan keuntungan semata sampai mengorbankan kesejahteraan hidup orang banyak.
Salah satu contoh kasus adanya kontroversi dan ketegangan antara mahasiswa dan pemerintah suatu daerah. Mahasiswa sampai mengadakan aksi demo besar-besaran untuk menuntut pemerintah setempat. Mereka bertujuan membujuk pemerintah agar menolak perjanjian dengan sejumlah perusahaan penambangan untuk membuka lahan hutan di daerah tersebut. Sudah seharusnyalah pemerintah memikirkan kelestarian lingkungan yang ada daripada hanya ingin mendapatkan keuntungan dari usaha penambangan itu.
Padahal kalau dilihat lebih jauh kesediaan hutan di Indonesia semakin menipis. Dikarenakan banyak penebangan liar yang dilakukanoleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab atau malah si pelaku mengadakan kerja sama dengan pemerintah daerah setempat. Ternyata tidak sedikit pemerintah yang seharusnya berkewajiban untuk melestarikan dan mengolah sumber daya alam yang ada malah bersekongkol mengadakan kerusakan.
Tidak heran jika banyak terjadi bencana alam yang menimpa negeri ini. Lha wong sikap dan perilaku masyarakatnya saja sudah bobrok. Masyarakat sudah tidak lagi memperhatikan keberlangsungan habitat lingkungan yang ada. Apa-apa yang dilakukan oleh masyarakat konsekuensinya akan kembali ke masyarakat pula.
Hal tersebut berujung pada timbulnya pencemaran lingkungan. Pencemaran yang terjadi sudah merambah ke segala aspek, pencemaran air, pencemaran udaradan pencemaran tanah. Aspek yang tidak bisa dikesampingkan semakin meningkatnya frekuensi pencemaran udara. Inilah salah satu penyebab dimana suhu bumi semakin memanas
Memanasnya suhu bumi ini berdampak ke keberlangsungan makhluk hidup di bumi. Diantaranya beberapa jenis satwa terancam punah. Dengan meningkatnya suhu bumi mengakibatkan es di kutub utara dan kutub selatan mencair. Itu berarti volume air laut juga meningkat. Kalau volume air meningkat, beberapa pulau kecil yang menjadi habitat beberapa satwa secara otomatis akan tenggelam.
Masalah lingkungan hidup tidak bisa dianggap remeh. Selama ini pemerintah kurang memberikan perhatian maksimal terhadap kelestarian lingkungan. Mayoritas kebijakan yang dihasilkan sedikit sekali yang menyentuh ke ranah lingkungan. Kasus yang selama ini masih membuat gregetan para aktivis lingkungan hidup adalah pemberlakuan hukuman yang dinilai masih terlalu ringan bagi mereka yang melakukan kerusakan lingkungan. Jauh berbeda apabila dibandingkan dengan kasus kriminal lainnya.
Padahal dampak yang ditimbulkan adanya kerusakan lingkungan yang terus menerus nantinya juga akan dirasakan oleh masyarakatnya sendiri. Dan yang lebih parah lagi yang merasakan bukan hanya masyarakat yang tinggal di lingkungan yang bersangkutan tetapi juga bisa menalar kepada masyarakat global. Seperti terjadinya kebakaran hutan yang berlangsung di suatu daerah namun dampaknya akan dirasakan ke maysrakat global dengan memanasnya suhu bumi secara menyeluruh.
Satu hal lagi yang akhir-akhir ini hampir dilupakan adalah pencemaran udara yang keluar dari asap kendaraan. Tidak terlepas entah itu kendaraan beroda dua maupun kendaraan beroda empat. Di jalan-jalan masih banyak dijumpai kendaraan yang mengeluarkan asap knal pot tidak wajar. Asap yang dikeluarkan banyak, berwarna hitam pekat dan berbau. Hal ini sangatlah mengganggu pengendara yang ada dibelakangnya. Apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja entah bencana apa lagiyang akan muncul. Suhu bumi yang semakin memanas, musim tidak menentu. Berawal dari zat yang dikeluarkan berupa gas CO itulah penyumbang dari pemanasan global.
Harus adanya tindakan keras dari pemerintah untuk menyikapi hal itu. Perlu dibuat suatu kebijakan yang mengatur tentang layak atau tidaknya kendaraan tersebut untuk beroperasi. Jadi dilakukan uji, semacam uji kelayakan. Yang nantinya akan memastikan apakah kendaraan tersebut layak untuk dipakai layak untuk beroperasi atau tidak. Kendaraan yang tidak lulus uji kelayakan misalnya dikarenakan mengeluarkan asap knal pot yang melebihi ambang batas kewajaran harus bditindak tegas dengan dicabutnya surat izin pemakaian kendaraan tersebut. Jadi kendaraan tersebut dilarang atau tidak diperbolehkan untuk digunakan. Dengan adanya kebijakan seperti ini harapannya bisa mengurangi kerusakan lingkungan yang sudah sedemikian parahnya

Kareen el-Qalamy

Senin, 04 Juli 2011

Pudarnya Budaya Ontime

Menghitung hari…
Detik demi detik….(Lho kok malah nyanyi..???)
Iya, emang lagu itu pas banget apabila kita berbicara masalah waktu. Ada apa dengan waktu??? Waktu, berjalan sangat cepat, tidak terasa, tidak akan bisa kembali, sesuatu hal yang sangat misterius. Menjadi salah satu nikmat paling berharga yang telah Allah berikan kepada setiap hambanya. Waktu yang telah terlewati tergantung masing-masing orang akan menjadikannya seperti apa. Apakah akan menjadi saksi sejarah kehidupan, sehingga nantinya bisa kita ceritakan kepada anak cucu dengan bangganya. Apakah hanya terlewati begitu saja tanpa meninggalkan kesan sedikitpum di hati? Ataukah hanya sebagai kenangan yang tersimpan rapi di memori semata? Cukup jawaban tersebut di dalam hati saja.
Bagi hambanya yang tahu dan sadar akan pentingnya nikmat waktu, tentu banyak sekali hal yang ingin dilakukan. Bahkan sampai-sampai ada yang berandai-andai, seandainya bisa meminta pertambahan waktu. Terkadang kegiatan yang dilakukan lebih banyak dibandingakan dengan waktu yang tersedia. Itulah ciri-ciri manusia produktif.
Namun berbeda bagi mereka-mereka yang tidak menyadari akan betapa berharganya nikmat waktu itu. Tentu waktu yang tersedia akan terbuang dengan sia-sia. Dikarenakan waktu yang ada tidak dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Buktinya waktu tidak dimanfaatkan melalui kegiatan-kegiatan yang positif dan tidak mendatangkan mashlahah entah itu untuk diri pribadi maupun orang lain.
Apalagi jika kita perhatikan kebiasaan manusia pada umumnya. lebih suka ditunggu daripada menunggu. Memang menunggu seseorang adalah sesuatu hal yang sangat menyebalkan. Tetapi ketika semua orang maunya ditunggu lantas siapa yang akan menjadi pioner. Pioner untuk membudidayakan kebiasaan ontime di kalangan masyarakat kita. Sehingga wajarlah muncul istilah”jam karet”. Karena di setiap ivent tidak terlepas dari yang namanya molor,
Nampaknya wabah pudarnya budaya ontime ini hampir menjangkiti seluruh elemen masyarakat. Tidak pandang bulu entah itu pejabat pemerintahan, kalangan pelajar dan yang lebih parah lagi kalangan aktivis dakwah juga tidak bisa terhindar darinya. Aktivis dakwah yang notabene lebih paham dengan ajaran agamanya, salah satunya adalah mengenai pentingnya waktu. Dalam Q.S Al-Ashr ():1-3 sering kali disebutkan. Tetapi kenapa mereka juga ikut-ikutan menjadi seperti itu? Kira-kira apanya yang salah? Untuk menyangkut perkara ini tidak serta merta menyalahkan ajaran agamanya, tetapi ada yang perlu dibenahi dari kepribadian setiap individu aktivis dakwah.
Agar pemanfaatan waktu bisa lebih efektif dan tidak terbuang dengan percuma, budaya ontime perlu dilestarikan kembali. Meskipun waktu yang terlewati hanya beberapa menit atau jam untuk menunggu suatu hal entah itu menunggu kedatangan seseorang atau menunggu dimulainya suatu acara tetapi sangatlah disayangkan. Waktu yang terbuang seharusnya lebih bermanfaat apabila hal-hal yang bersangkutan bisa ontime. Karena dengan ontime tentu tidak menggusur jatah waktu yang telah direncanakan untuk kegiatan-kegiatan lain setelahnya. Itu menjadikan agenda lain tiap-tiap individu tidak terganggu. Sebab sudah dipastikan biasanya apabila dimulainya suatu acara saja sudah molor tentu selesainya pun akan molor.
Maka dari itu perlu adanya kesadaran dari dalam pribadi individu menyikapi tentang lunturnya budaya ontime. Mulai dari hal yang terkecil menghadiri rapat misalnya. Banyak orang yang lebih senang menunggu sampai ada orang yang memulai terlebih dahulu baru dia mengikuti di belakangnya alias menyusul. Bisa dimaklumi apabila bersamaan dengan agenda lain yang lebih urgen misalnya tetapi kalau tidak. Kalau hampir semua orang bersikap seperi itu kapan sebuah kebaikan akan mulai dilakukan? Sedangkan Islam menghendaki setiap muslim menjadi pemandu atau pelopor.
Oleh sebab itu mulai dari saat ini dan mulai dari diri sendiri khususnya bagi para aktivis dakwah, di tangan siapa lagi kebaikan itu akan tetap bertahan kalau tidak berada di atas pundak-pundak kalianlah amanah tersebut ditunaikan? Menjadilah pelopor, perintis yang tentunya akan menggoreskan tinta sejarah peradaban demi perbaikan masyarakat menuju arah yang lebih baik tentunya. Mengawali semua bentuk kebaikan walaupun kecil ruang lingkupnya.

Yogya, 5 Juli 2011
Kareen el-Qalamy