Minggu, 14 April 2013

Menit-menit Terakhir




Presented by Kareen el-Qalamy



Ini kisahku. Kisah tentang perjuanganku dalam proses penyelesaian skripsi yang ternyata memang menyita sebagian besar konsentrasi dan perhatianku. Perjuangan ketika harus melalui tahapan seminar proposal skripsi. Saat itu aku bareng dengan seorang teman laki-laki satu kelas. Pertimbangan seminar bareng dengan dia karena dosen pembimbing I-nya sama, selain itu judul skripsi juga hampir sama yaitu berkaitan dengan pengembangan modul matematika dengan materi program linear. Hanya saja yang membedakan adalah ciri khas modul yang kita kembangkan. Aku mengambil pengembangan modul matematika berbasis kearifan lokal yaitu kerajinan keramik, sedangkan dia berbasis enterpreneurship.
            Menjelang hari terakhir pendaftaran seminar proposal, aku masih sibuk mengurus syarat-syarat pendaftaran. Sejak pagi sudah standby di kampus dengan harapan proses pendaftaran segera selesai. Namun, manusia hanya bisa merencanakan dan Allahlah yang menentukan. Padahal sudah dari pagi di kampus karena masih belum mendapatkan tanda tangan dari dosen pembimbing II-ku dan tanda tangan kaprodi. Tetapi ternyata setelah aku menunggu di ruang dosen sampai pukul 14.00 tanda tangan beliau pun belum kudapatkan juga. Masih ada waktu sekitar 2 jam lagi sebelum TU tutup.
            Beberapa saat kemudian aku bertemu dengan salah seorang kakak angkatan. Seperti sudah menjadi kebiasaan ketika bertemu entah itu dengan teman seangkatan,addik angkatan atau kakak angkatan pasti pertanyaan yang terlontar adalah,”Pengen ketemu siapa?” Secara spontan aku pun menjawab ingin ketemu dengan dosen pembimbing II. Pernyataan mengejutkan terlontar dari kakak angkatan bahwasannya dosen pembimbing II sedang nguji munaqosyah (ujian pendadaran skripsi). Padahal durasi waktu nguji munaqosyah itu sekitar 2 jam.
            Padahal saat ini waktu menunjukkan pukul 14.00, 2 jam lagi aku baru bisa mendapatkan tanda tangan beliau. Belum lagi ditambah info bahwa kaprodiku juga masih mengajar sampai sore. Rasa pesimis langsung menyergapku. Masih bisakah aku mendaftar seminar di awal bulan? Kontan saja aku langsung SMS temanku mengabarkan bahwasannya jam 16.00 aku baru mendapatkan tanda tangan beliau dan mempersilakan temanku itu untuk mendaftar duluan kalau seandainya aku tidak bisa mengejar. Namun, teman barenganku seminar terus menerus memotivasiku untuk bersabar dan yakin pasti bisa, selain itu dia memberitahukan jadwal seminar kita di hari Kamis jam 13.00.. Dia juga menyarankan untuk menunggui dosenku di depan ruang munaqosyah.
            Langsung saja aku menaiki tangga ke lantai tiga. Hari semakin senja ditambah lagi hujan mulai turun. Teringat bahwasannya salah satu waktu-waktu mustajab untuk berdo’a yaitu di saat hujan turun. Ya Allah, hujan ini menjadi saksi, sekiranya hari ini adalah hari yang pas dan saat terbaik bagiku untuk mendaftar seminar maka mudahkanlah, tetapi jika sebaliknya maka izinkan diri ini untuk bersabar dan  mempersiapkannya lebih baik lagi....
            Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 16.00, ruang munaqosyah pun terbuka lebar dengan keluarnya orang-orang yang ada di dalam salah satunya dosenku. Langsung saja aku menyusul beliau untuk minta tanda tangan. Akhirnya, alhamdulillah berhasil kudapatkan. Tinggal satu tanda tangan lagi yang belum kuperoleh yaitu tanda tangan dari kaprodi. Dengan setengah berlari aku kembali menaiki tangga ke lantai empat setelah turun dari lantai tiga ke lantai dua. Di depan ruang kelas aku memberanikan diri untuk SMS kaprodi untuk keluar ruangan sekadar tanda tangn karena aku tidak mau mengganggu proses mengajar beliau.
            Alhamdulillah...dengan segera aku kembali turun ke lantai dua menuju ruang TU. Di sana sudah menunggu temanku dari tadi. Lantas kita bersama-sama menuju loket prodi pendidikan matematika dan ternyata petugas TU Pend.Matematika sudah pulang. Namun, seperti tidak mengenal kata menyerah kita tetap nekat mendaaftar seminar walupun di loket prodi lain. Salah satu petugas TU yang ramah langsung saja mempersilakan kita untuk masuk saja ke ruang TU. Lantas aku menyerahkan berkas-berkas persyaratan untuk diperiksa. Sampai-sampai ada salah satu ibu-ibu petugas TU yang mungkin heran melihat tingkah kita sambil berkomentas,”Kalian tuh gak sabaran mau segera munaqosyah ta? Jam segini kok baru daftar seminar.”
            Dalam hati beribu-ribu ucapan syukur kupanjatkan kehadirat Allah atas segala pertolongan yang telah diberikannya. Lantas aku semakin meyakini, tidak ada yang mustahil di hadapan Allah, walaupun dalam batasan akal atau prasangka manusia nampaknya sangat sulit atau bahkan sudah mentok tidak bisa dilakukan. Oleh sebab itu prasangka positif dan optimis selalu ditumbuhkan walaupun itu di menit-menit terakhir ikhtiar kita.