Minggu, 20 September 2015

Pernikahan




Presented by Kareen el-Qalamy





Salah satu tanda kekuasaan Allah
Bagi setiap umat-Nya
Kekuasaan akan makna cinta
Cinta yang terbingkai dalam ikatan suci
            Tidak hanya mengajarkan akan bersatunya dua orang
            Tetapi lebih dari itu
            Tidak hanya sarana untuk menyalurkan hasrat manusiawi
            Tetapi lebih dari itu
Wasilah untuk menggapai cinta-Nya
Cinta-Nya yang lebih hakiki
Berawal dari cinta dua insan
Yang terbingkai dalam cinta dari Sang Maha Cinta
            Nantinya akan menumbuhkan kemashlahatan
            Berawal dari pondasi keluarga
            Hingga terbentuknya peradaban madani.
            Tidak hanya di dunia
            Tetapi juga hingga ke akhirat dan ke surga-Nya
Bersama-sama untuk belajar
Saling mengerti, saling perhatian, saling memahami
Saling membantu, saling mengingatkan, saling memberi dan menerima
Saling mengajak, saling menguatkan, saling menasihati
Sebagai bekal untuk mengarui samudera kehidupan rumah tangga
Menciptakan keluarga Qur’ani Sakinah, Mawaddah, Warahmah.
Berkahi, rahmati, dan ridhoilah ya Rabb...aamiin...

Rabu, 16 September 2015

Pertemuan VS Perpisahan




Presented by Kareen el-Qalamy




             Di dunia ini apa sih yang tidak diciptakan berpasangan? Langit dengan bumi, siang dengan malam, matahari dengan bulan, laki-laki dengan perempuan, senang dengan sedih dan masih banyak lagi. Salah satu pasangan yang silih berganti menghampiri kehidupan setiap manusia yaitu pertemuan dengan perpisahan.
            Mengapa saya memilih untuk membahas pasangan yang satu ini – pertemuan dengan perpisahan – karena pasangan ini memiliki keunikan tersendiri. Keunikan yang dimaksud yaitu pertemuan dengan perpisahan dapat meninggalkan kesan tersendiri di hati setiap manusia. Menorehkan warna-warni kehidupan setiap manusia sehingga kehidupannya semakin bermakna.
            Pasangan ini juga terkadang membuat manusia lalai, lupa atau terlena. Lalai, lupa atau terlena untuk mempersiapkan perpisahan setiap kali menemui atau menjumpai suatu hal. Sebagai contoh dua orang dipertemukan dan sudah menjalani persahabatan sekian lama suatu saat  pasti akan mengalami perpisahan. Jadi setiap kali mengalami pertemuan atau perjumpaan pasti suatu saat harus siap menghadapi perpisahan. Karena pasangan pertemuan dengan perpisahan selalu beriringan, tidak pernah terpisah satu sama lain.
            Tidak hanya pertemuan atau perjuampaan dengan makhluk bernyawa saja, dengan benda mati pun suatu saat pasti akan mengalami perpisahan. Namun, pertemuan dengan perpisahan ini bisa berbeda konteksnya. Terkadang ada yang secara lahirnya berpisah – dipisahkan oleh jarak – namun batin tetap bersatu. Ada yang berpisah di dunia, tetapi bisa saja di akhirat nanti akan dipertemukan kembali.
            Permasalahannya bukan di pertemuan atau perpisahannya, namun bagaimana cara kita menyikapi setiap pertemuan dan perpisahan yang terjadi. Memang perpisahan identik dengan kesedihan karena berpisah dengan suatu hal yang sangat disukainya. Namun apabila perpisahan itu disikapi dengan bijak kesedihan tidak akan melanda berlarut-larut, walaupun memang merasa sedih karena perpisahan merupakan suatu hal yang manusiawi. Sedangkan pertemuan identik dengan kebahagiaan jika dipertemukan dengan suatu hal yang menyenangkan.
            Cara menyikapi pasangan pertemuan dengan perpisahan ini yaitu diantaranya: Ketika pertemuan, jangan sampai membuat kita lupa atau lalai bahwasannya semua yang ada ini Allah yang mempertemukan atau istilah lain sudah menjadi takdir Allah untuk mempertemukan. Dan apapun yang dipertemukan oleh Allah sifatnya hanya titipan, suatu saat pasti akan diambil kembali. Maka terjadilah perpisahan ketika Allah sudah mengambilnya kembali. Kalau kita bisa menyikapi seperti uraian sebelumnya terkait pertemuan, maka kebahagiaan yang dirasakan tidak akan berlebihan dan akan teringat bahwa suatu saat pasti akan mengalami perpisahan. Jadi momen pertemuan yang sedang terjadi akan dimanfaatkan sebaik mungkin sebelum perpisahan datang menghampiri.
            Sedangkan ketika perpisahan datang menyapa, sikap yang harus kita lakukan tidak usah larut dalam kesedihan yang berkepanjangan karena itu juga sudah menjadi takdir Allah. Selain itu juga semua yang ada di dunia ini adalah semata-mata hanyalah titipan Allah SWT. Istri, suami, orang tua, teman, harta benda dan lain sebagainya hanyalah titipan Allah dan suatu saat Allah berhak untuk mengambilnya. Setelah meyakini bahwa itu adalah takdir Allah, semua titipan Allah lantas selalu memohon berdoa kepada Allah agar kelak bisa dipertemukan kembali. Kalaupun tidak bisa dipertemukan kembali di dunia dan dalam keadaan lebih baik, memohon agar masih bisa dipertemukan di akhirat lebih khususnya minta dipertemukan lagi di surga-Nya.
            So, yang sekarang ini masih merasakan momen pertemuan khususnya dengan orang-orang yang kita sayangi dan yang kita cintai, yuk manfaatkan waktu-waktu pertemuan ini semaksimal mungkin. Salah satunya dengan membahagiakan orang-orang tersayang dan tercinta Agar tidak sia-sia dan mumpung sebelum perpisahan datang menghampiri. Memanfaatkan waktu pertemuan agar lebih berkenan dan lebih bermakna tentunya. Kalau tidak bisa-bisa kecewa dan sedih melanda karena perpisahan sudah datang namun belum bisa memanfaatkan waktu pertemuan dengan sebaik mungkin. Karena perpisahan mengajarkan arti akan pertemuan Wallahu’alam.

Kamis, 27 Agustus 2015

Kenangan Itu...



Presented by Kareen el-Qalamy



          Lama rasanya jari jemari ini tidak menuliskan apapun. Padahal baru bulan kemarin tulisan terakhir diposting di blog. Bulan ini belum ada satu pun tulisan yang muncul. Hampir saja kehabisan ide, kira-kira apa yang mau ditulis. Kalau ingat dulu apapun bisa dijadikan sebagai tema tulisan. Hingga akhirnya berhasil menemukan sebuah tema di tengah-tengah krisis ide melanda.
            Berawal dari ketidaksengajaan saya membuka FB yang lama sekali tidak saya tengok. Tidak sengaja karena awalnya mencari sumber bacaan di Google, e...tidak tahunya link yang saya klik menghubungkan langsung ke FB. Selesai membaca sumber bacaan yang saya inginkan, sekalian saja saja menengok ada kabar berita apa di FB. Melihat di beranda banyak sekali foto teman-teman yang baru saja melangsungkan walimah-an.
            Di tengah asyik melihat-lihat kabar berita di FB, tiba-tiba ada yang men-chat saya. Setelah saya lihat ternyata dik Nia, salah seorang remaja masjid tempat KKN saya dulu di Dusun Sawah, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul. Lama sekali tidak bersua sejak Ramadhan tahun 2012 yang lalu. Dik Nia lantas meminta no. HP saya. Langsung saya berikan.
            Tidak lama kemudian terdengar suara HP berdering. Sebuah nomor asing. Dengan rasa penasaran langsung saya angkat. Terdengar suara perempuan di seberang sana. Setelah tanya identitas si penelepon, ternyata itu suara dik Nia. Sungguh sangat berbeda sekali dengan suara dik Nia tiga tahun yang lalu. Sekarang dik Nia pasti sudah besar, pikirku.
            Di tengah-tengah asyiknya mengobrol pikiranku lantas melayang teringat kembali dengan kenangan itu. Kenangan indah yang tidak akan terlupa dalam sejarah kehidupanku dan aku sangat bersyukur bisa memperoleh kenangan tersebut. Ingin rasanya bisa mengulang kembali kenangan itu.
            Kenangan saat KKN di Dusun Sawah, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul sungguh menimbulkan rasa kangen yang teramat sangat. Kangen dengan suasana pedesaannya, keramahan masyarakatnya dan keakraban warganya. Sungguh diri ini ingin sekali pergi ke sana. Insha Allah suatu saat nanti jika sudah ada seseorang yang bisa kuajak ke sana, pikirku.
            Dari obrolan yang terjadi antara saya dan dik Nia, dapat dibayangkan banyak sekali perubahan yang terjadi di sana. Adik-adik remaja masjid yang dulunya imut-imut, sekarang sudah tumbuh besar. Sebagian besar diantara mereka banyak yang merantau. Adik-adik remaja masjid di sana sudah kuanggap seperti adik saya sendiri. ingin rasanya suatu saat nanti dipertemukan kembali dengan mereka. Teringat dulu saat KKN mengajar TPA bersama, jalan-jalan menyusuri pesawaha dan ladang, mengaji dan tadarus bersama, belajar bersama dan masih banyak lagi kenangan itu.
            Keluarga Pak Dukuh dan Bu Dukuh sekarang sudah bertambah satu anggota baru dengan kelahiran putri ketiga beliau. Penasaran, pasti sangatlah cantik seperti Bu Dukuh. Teman-teman KKN dulu yang sekarang beberapa sudah menemukan pasangan hidupnya masing-masing, bahkan ada yang sudah memiliki momongan. Jadi teringat dulu adik-adik remaja masjid sering sekali menjodohkan saya dengan salah seorang teman KKN. Tetapi laki-laki teman KKN yang dijoodohkan dengan saya sekarang sudah menikah dan memiliki anak. Jika teringat masa-masa itu ingin ketawa saja. Kenangan itu sungguh sangat sayng jika dilupakan.
            Ikatan kekeluargaan yang sungguh sudah terjalin sangat kental. Akan sulit hilang bahkan tidak akan hilang ditelan waktu walaupun kami sudah lama tidak bersua. Alhamdulillah....bersyukur atas kehadirat-Mu ya Rabb...Atas izin-Mu Engkau pertemukanku dengan orang-orang yang menambah warna dalam hidupku. Semakin bertambah keluarga yang kumiliki. Pertemukan saya dengan mereka semua suatu saat nanti, aamiin....

Rabu, 29 Juli 2015

Ramadhan Perjuangan



Presented by Kareen el-Qalamy




          Lama sekali rasanya jari jemari ini tidak menari di atas key board. Minimal sekadar untuk meluapkan seluruh isi hati atau ide yang ada di kepala. Mungkin dikarenakan kesibukan lain yang cukup menyita perhatian, pikiran waktu dan tenagaku, namun aku tidak mau mengkambinghitamkan apapun itu. Aku ingin menggiatkan kembali aktivitas menulisku yang beberapa bulan vakum sejenak. Semoga tetap istiqomah menjadi pejuang pena.
            Vakum menulis membuat beberapa ide yang memenuhi pikiranku lewat begitu saja. Tidak sempat tertuang menjadi sebuah tulisan yang harapannya bisa menginspirasi setiap orang yang membacanya. Walaupun begitu, aku akan tetap mencoba merangkai ide-ide itu kembali.
            Dimulai dari datangnya bulan mulia, bulan penuh barakah, rahmat dan ampunan yaitu bulan Ramadhan. Sungguh diri ini sangat bersyukur kepada Allah karena telah mempertemukanku dengan bulan yang sangat kunanti-nanti kehadirannya. Bulan Ramadhan yang baru beberapa minggu meninggalkan kita merupakan Ramadhan penuh kesan yang sangat mendalam bagiku. Karena di bulan Ramadhanlah Engkau mengajarkan aku akan arti perjuangan, mengajarkan aku akan arti keikhlasan, mengajarkan aku akan arti berserah diri, mengajarkan aku akan arti berbagi.
Aku sangat merasakan perjuangan yang sangat luar biasa selama Ramadhan. Tidak salah jika Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan perjuangan buatku. Mengapa? Di saat orang lain mencurahkan seluruh jasad, hati dan pikiran untuk bisa khusyuk beribadah kepada Allah, aku tidak semudah itu. Selain aku harus fokus beribadah, aku juga dituntut harus fokus dalam penyelesaian studi Magisterku. Sungguh perjuangan yang sangat berat yang kurasakan saat itu, ditunutu harus bisa tawazun keduanya, antara ibadah dan studi.
Penyelesaian studi tidak semata-mata hanya ingin memperoleh nilai bagus dan mendapat gelar M.Pd, bukan itu. Dibalik penyelesaian studi ada makna mendalam yang memang harus kuperjuangkan, sehingga aku rela tidak merasakan kebersamaan Ramadhan di rumah dengan adik, orang tua dan teman-teman di desa. Makna mendalam tersebut adalah adanya unsur birul walidain di sana. Aku rela mengorbankan segalanya waktu, tenaga, pikiran dan hati demi senyuman yang terlukis di wajah orang tuaku yang ingin melihat anaknya berhasil. Selain itu aku juga tidak ingin menyusahkan orang tuaku lagi. Cukup ini yang terakhir kalinya aku menyusahkan mereka, atas segala pengorbanan yang orangtua berikan untukku, demi kebahagiaan anak-anaknya. Sebagai seorang anak, aku ingin sekali membahagiakan mereka. Akan tetapi sampai sekarang aku merasa belum bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka bahagia, belum bisa membalas semua pengorbanan mereka, walaupun itu tidak mungkin. Karena bagaimanapun juga kasih orang tua sepanjang jalan, sedangkan kasih anak hanya sepanjang galah.
Walaupun begitu aku tetap ingin berusaha untuk membahagiakan orang tuaku. Minimal dengan menuruti dan mengabulkan permintaan mereka. Asalkan tidak menyalahi perintah dan larangan-Nya, hal itu akan selalu kuperjuangkan. Termasuk salah satu keinginan orang tuaku adalah mereka ingin aku bisa menyelesaikan studi di semester ini, tepat tiga semester saja. Ramadhan juga merupakan waktu mustajab terkabulnya doa dengan niat awal penyelesaian studi demi birul walidain-ku, demi baktiku, demi cinta dan sayangku kepada kedua orang tuaku. Lantunan doa memohon kelancaran dan kemudahan selalu kupanjatkan. Juga intensitas interaksiku dengan Al-Qur’an semakin kutingkatkan. Walaupun aku disibukkan dengan penyelesaian studi, lantas tidak mengurangi semangat ibadahku untuk mendapatkan malam Lailatul Qodr. Target khatam Qur’an sebanyak dua kali alhamdulillah masih bisa kuraih meskipun tidak lepas dari yang namanya perjuangan.
Ditambah berkah Ramadhan yang kurasakan, alhamdulillah setiap proses yang kulalui serasa semakin dimudahkan oleh Allah hingga akhirnya aku bisa melalui proses sidang tesis di minggu terakhir Ramadhan. Rasa haru, senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang dan haru karena akhirnya aku bisa menjalani sidang tesis dengan hasil yang sangat memuaskan. Sedih karena mau tidak mau aku harus melewatkan momen i’tikaf di masjid saat kebanyakan orang berbondong-bondong melakukannya.
Ramadhan perjuangan, kesan yang kurasakan. Walaupun Ramadhan telah pergi, aku tetap merindukannya untuk bisa berjumpa kembali. Mungkin dengan kondisi yang masih sama (single) atau dengan kondisi berbeda dimana Allah telah mengirimkanku seorang imam yang nantinya bisa membimbing dan menuntunku untuk bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah, untuk bisa lebih mencintai Allah. Wallahu’alam. Mudahkan dan lancarkan proses ini ya Rabb... Aku hanya ingin laki-laki terbaik menurut pilihan-Mu. Izinkan aku untuk memantaskan diri, mempersiapkan diri dan untuk memperbaiki diri agar diri ini pantas bersanding dengan hamba-Mu yang sholih. Karena aku yakin, skenario-Mu yang lebih indah atas setiap hamba-Mu.