Presented by Kareen el_Qalamy
Indonesia, penuh dengan kekayaan alam dan pesonanya yang memukau. Sampai-sampai ada yang menyebut bahwa Indonesia itu bagaikan surga di dunia. Surga dimana dapat dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Menanam kayu pun bisa tumbuh menjadi tanaman yang dapat dinikmati untuk menuhi kehidupan sehari-hari.
Luasnya hutan yang dimiliki sehingga berbagai macam flora dan fauna nyaman tinggal di sana. Kehidupan di bawah air juga tidak bisa diragukan lagi keelokannya. Keindahan terumbu karang diiringi berbagai macam jenis ikan yang tengah bermain dengan asyiknya. Menambah semarak kehidupan di laut. Keelokan yang dipersembahkan sangatlah ampuh menarik minat para wisatawan karena tidak mau ketinggalan menikmati suasana alam yang sangat mempesona.
Pendapatan atau kas negara salah satu penopangnya adalah di sektor pariwisata. Semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah wisata semakin banyak pula pemasukan yang akan didapat. Apalagi sekarang berlaku sistem otonomi daerah. Jadi setiap daerah berlomba-lomba mempromosikan objek-objek wisata yang ada.
Tidak hanya promosi saja yang gencar dilakukan tetapi juga harus dibarengi dengan perbaikan di sarana dan prasarana yang menunjang. Jangan sampai realitas yang terjadi sangatlah bertolak belakang dengan apa yang dipromosikan. Karena itu nantinya akan membuat wisatawan kecewa dan akibatnya mereka tidak mau berkunjung ke objek wisata tersebut.
Khususnya bagi wisatawan manca negara, seandainya hal iu benar-benar terjadi maka nama baik Indonesia akan dipertaruhkan di kancah internasional. Bisa-bisa karena hal sepele misalnya dengan kurang terawatnya objek wisata yang ada akan memperburuk citra Indonesia dengan negara-negara lain. Apalagi sekarang sudah memasuki era globalisasi. Wisatawan manca tidak harus langsung berkunjung ketika ingin menikmati keindahan alam Indonesia karena informasi mengenai seluk beluk suatu objek wisata tertentu bisa segera diketahui dengan mudah dan cepat
Disebabkan banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk bisa mendapatkan kepuasan tersendiri ketika ingin menghabiskan liburan. Dengan bertandang ke objek wisata tertentu misalnya. Tentu dengan menghindari hal-hal yang bisa menimbulkan kekecewaan hati. Apakah sudah sesuai dengan keinginan dan kriteria tempat yang ingin dituju.
Sekarang ini marak mempromosikan tempat wisata dengan sistem voting atau dengan polling SMS. Objek wisata dengan hasil voting terbanyak akan menyandang gelar tertentu. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh suatu instansi yang mengatasnamakan dirinya ”New7Wonder”. Dimana instansi tersebut mengadakan sebuah sayembara penentuan objek wisata dari negara mana yang bisa masuk ke dalam kategori tujuh keajaiban dunia.
Tentu ini merupakan sebuah moment yang sangat menggiurkan khususnya bagi mereka-mereka yang berkecimpung di dunia pariwisata. Indonesia tidak mau ketinggalan dengan adanya event tersebut. Indikatornya adalah dengan masuknya salah satu objek wisata bergengsi di Indonesia sebagai nominasinya yaitu objek wisata Pulau Komodo.
Pulau Komodo memiliki daya tarik tersendiri untuk memikat wisatawan manca maupun domestik yang penasaran ingin menyaksikan satu-satunya fauna yang lain dari pada yang lain. Karena fauna satu ini disebut-sebut sebagai fauna yang pernah hidup di zaman purba hingga bertahan sampai saat ini. Hewan ini tidak bisa ditemui kecuali di pulau Komodo yang berada di Indonesia.
Tentu ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia karena dianugrahi keindahan alam yang sungguh sangat luar biasa. Namun permasalahan yang muncul apakah kita bisa menjaga dan merawatnya dengan baik? Itulah tantangan yang selalu dihadapi sampai kapanpun.
Dan hal yang lebih mengejutkan lagi, setelah diselidiki ternyata instansi ”New7Wonder” itu hanyalah fiktif belaka. Hal tersebut diketahui setelah mengkroscek langsung di alamat yang tertera di salah satu tempat di negara Swiss. Tempat yang dimaksud ternyata tidak ada. Padahal event tersebut tidak lantas terlepas dari yang namanya pendanaan. Negara-negara peserta diwajibkan harus membayarkan uang dengan nominal yang tidak sedikit. Lebih anehnya lagi penyelenggaraan event tersebut tidak transparan karena tidak diperbolehkan mengetahui hasil sementara dari polling SMS yang diadakan.
Sepertinya kok sia-sia sekali mengikuti event yang tidak jelas asal-muasalnya. Sebenarnya dengan tidak masuk menjadi salah satu nominasinya pun Pulau Komodo sudah diakui secara internasional sebagai salah satu cagar alam internasional dengan dua pengakuan dari UNESCO. Kalaupun misalnya benar-benar bisa masuk dalam daftar tujuh keajaiban dunia apakah nantinya tidak akan menggangu habitat yang ada di pulau Komodo juga mengganggu ketenangan ekosistem yang ada karena secara otomatis akan banyak orang yang berbondong-bondong berkunjung ke sana.
Alangkah lebih efektif jika dana yang tersedia tidak hanya digunakan untuk biaya promosi saja. Tetapi juga untuk melestarikan ekosistem yang ada di Pulau Komodo. Agar lebih terawat dan terjaga keasriannya. Terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh tangan-tangan jahil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar