Rabu, 26 Juni 2013

Gak Nyangka


Created by Kareen el-Qalamy



Cinta, memang tidak bisa ditebak. Datang tidak dijemput, pulang gak dianter. Aneh, benar-benar aneh. Ini berkaitan dengan pengalaman seorang akhwat aktivis dakwah kampus yang tidak mau disebutkan identitasnya. Semoga bisa dijadikan pembelajaran bagi akhwat pada umumnya.
            Si akhwat sejak awal sudah menceburkan diri di dunia dakwah. Semenjak semester satu bahkan hampir menginjak tahun ketiga  di usia perkuliahannya, dia masih tetap istiqomah di jalan dakwah. Lika-liku, suka-duka kehidupan dakwah sudah ia jalani dengan penuh perjuangan. Alhamdulillah, semua itu berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan berarti. Apalagi yang berkaitan dengan VMJ (Virus Merah Jambu) antar aktivis.
            Selama ini si akhwat memang aman dari masalah cinta. Buktinya, tidak pernah ada kasus dia dekat dengan seorang ikhwan. So aman-aman saja. Dia juga tidak muncul sedikitpun rasa suka kepada lawan jenis seperjuangan di dakwah kampus. Jadi, selama ini dia merasa enjoy aja. Enjoy menikmati perjalanan dakwah di kampus.
            Sampai suatu ketika dia dikejutkan dengan pernyataan seorang ikhwan. Secara blak-blakkan ikhwan tersebut menyampaikan niatan untuk mengkhitbah si akhwat. Secara spontan, si akhwat kagetnya minta ampun. Sampai-sampai si akhwat tidak bisa berkonsentrasi saat syuro’karena efek dari pernyataan mengagetkan itu.
            Herannya, satu kalimat yang membuatnya tidak fokus,”gak nyangka”. Gak nyangka kenapa, karena ikhwan yang barusan menyampaikan niatannya itu dulu pernah satu divisi dengannya. Perasaan ikhwannya gak kelihatan kalau dia memang suka dengan si akhwat. Ingat masa lalu dulu juga ikhwan itu sikapnya biasa-biasa saja. Malahan si akhwat mengira ikhwan itu suka dengan temannya. Mengatakannya pun di saat  ikhwannya sudah lulus dan si akhwat masih semester enam.
            Di samping itu, si akhwat juga gak bisa ngebayangin kalau ikhwannya menyampaikan hal yang sama ketika masih satu divisi dulu. Sudah barang tentu si akhwat akan mengambil langkah seribu, sebisa mungkin sembunyi sejauh-jauhnya agar tidak bertemu lagi dengan si ikhwan. Dikarenakan hal itu akan membuatnya merasa tidak nyaman.
            Begitulah kisah”gak nyangka”dari seorang akhwat. Kalau kita perhatikan, dilihat dari sudut pandang ikhwannya, kita acungi jempol karena ikhwan itu bisa mengatur dan memendam rasa sukanya sampai dia lulus. Dapat mengutarakan ketika posisi ikhwan sudah mapan. Itu menunjukkan sesosok ikhwan yang tanggung jawab terhadap segala konsekuensi yang ada, walaupun belum jelas apakah nantinya akan diterima atau tidak.
            Berbeda dengan kebanyakan fenomena yang terjadi saat ini. Ketika ada ikhwan yang sudah mempunyai keinginan kuat untuk menikah, namun belum siap dari segi materinya. Kalau ikhwan yang seperti ini tidak bisa mengendalikan perasaannya, tentu ikhwan tersebut akan melampiaskan dengan cara-cara yang bertentangan dengan syari’at. Misalkan dengan dengan berani menjalin komitmen nikah dengan seorang akhwat.
Padahal jodoh kuasa Allah, kalau benar menjadi pasangannya kelak sih alhamdulillah, tapi kalau enggak? Kasihan si akhwat, dibiarkan menggantung, menunggu tanpa adanya kepastian. Kita juga tidak bisa memprediksi kira-kira apa yang akan terjadi. Takutnya si akhwat sudah terlanjur menunggu komitmen terlalu lama, e..ternyata terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. So, kalau ikhwan itu benar-benar gentlement maka ia akan langsung mendatangi orang tua si akhwat untuk langsung mengkhitbah, tanpa adanya embel-embel kita komitmen dulu yuk...(Enak aje, ogah ah...)

Senin, 17 Juni 2013

Pro Kontra Kenaikan Harga BBM









Presented by Kareen el-Qalamy


Nampaknya berita yang sekarang lagi panas-panasnya yaitu tentang kenaikan harga BBM. Takpelak lagi, kenaikkan harga BBM yang memang digadang oleh pemerintah menuai kontroversi. Ada yang pro, tidak sedikit pula yang kontra. Memang, dari dulu sampai sekarang kenaikkan harga BBM menjadi hal yang sangat sensitif. Tahu sendiri, BBM pangkalnya semua harga. Jika harga BBM naik, secara otomatis harga-harga kebutuhan pokok seperti sembako juga ikut-ikutan naik.
            Bagi mereka yang pro dengan alasan kenaikkan harga BBM akibat dicabutnya subsidi BBM. Sedangkan subsidi BBM nantinya akan dialokasikan kepada mereka yang pantas menerimanya – khususnya bagi masyarakat kurang mampu – sehingga tepat sasaran. Menurut fraksi partai atau sebagian pemerintah yang pro beranggapan bahwa penyaluran subsidi BBM selama ini hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas – terutama mereka-mereka pemilik mobil mewah – sehingga salah sasaran.
Penyaluran subsidi BBM ke depannya untuk memajukan sektor lain, diantaranya sektor pendidikan, sektor pemberdayaan masyarakat, dll. Oleh sebab itu subsidi BBM menjadi lebih bermanfaat bagi yang layak menerimanya dan tidak terbuang sia-sia alias mubadzir.
Berbeda lagi bagi mereka yang kontra terhadap kenaikkan BBM. Mereka yakin bahwasannya kenaikkan BBM akan semakin menyengsarakan rakyat. Itu terjadi karena naiknya harga BBM akan berimbas pada naiknya sejumlah barang-barang kebutuhan pokok. Ditambah lagi moment kenaikkan BBM kurang pas waktunya. Alasannya kenaikkan BBM bertepatan menjelang Ramadhan (BBM tidak naik saja harga kebutuhan pangan di bulan Ramadhan dari tahun-ke tahun pasti naik, apalagi BBM naik. Bisa dibayangkan harga kebutuhan pangan akan mengalami kenaikan berapa kali lipat ya).
Selain bertepatan menjelang bulan Ramadhan juga bertepatan dengan menjelang tahun ajaran baru. Bagi para orang tua yang masih mempunyai tanggungan anak sekolah tentu akan semakin terhimpit, memikirkan bagaimana caranya membiayai anak sekolah di tengah-tengah kenaikkan BBM. Rakyat boleh dibilang mengalami kesengsaraan yang berlipat-lipat akibat naiknya harga BBM.
Terlepas dari statement baik itu pro maupun kontra, kalaupun menginginkan penyaluran subsidi BBM yang tepat sasaran tentu harus dipersiapkan segalanya dengan baik pula. Entah itu sistem atau konsepannya maupun teknis di lapangannya. Jangan sampai terjadi kesalahan dan ketidaksiapan di dalam tataran konsep atau teknisnya. Juga diperlukan adanya transparansi di dalamnya. Asal tahu saja tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah mengalami penurunan sebagai akibat kasus korupsi yang sudah membudaya di negeri ini. Transparansi diperlukan agar masyarakat percaya apakah pengalihan subsidi BBM dapat tepat sasaran atau malah salah alamat alias dikorupsi oleh tikus-tikus berdasi.
Sebagai masyarakat sudah seharusnya selalu mendo’akan para pemimpin kita agar dapat mengemban amanah berupa jabatan pemerintahan dengan baik. Jangan sampai menyalahgunakan, karena itu semua akan dimintai pertanggungjawaban di mahkamah Allah. Dimana disanalah uang sudah tidak berdaya untuk dijadikan sebagai penyumbat mulut dan semuanya pasti akan terbongkar sekecil apapun itu kasusnya.
           

Selasa, 11 Juni 2013

Pendidikan Karakter Perlu Dukungan


Presented by Kareen el-Qalamy


Sekarang ini, pendidikan sudah termasuk kebutuhan primer. Semua kalangan – tidak hanya bagi mereka yang menengah ke atas – tentu memerlukan pendidikan. Masyarakat sangatlah meyekini bahwasannya melalui pendidikanlah jalan satu-satunya untuk lebih memanusiakan manusia.
            Konteks pendidikan di sini sangatlah luas. Tidak hanya sebatas pada tataran di sekolah saja. Keluarga dan lingkungan masyarakat juga bisa menjadi fasilitas pendidikan. Pendidikan terbagi menjadi tiga macam: pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan informal tidak lain yaitu pendidikan yang dilakukan sejak anak di dalam kandungan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya alias pendidikan yang dilakukan di dalam keluarga (lingkup kecil). Pendidikan formal pendidikan yang dilakukan di bangku-bangku sekolah. Sedangkan, pendidikan non formal yaitu pendidikan yang dilakukan oleh instansi-instansi di luar sekolah, contohnya Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), Bimbingan Belajar/les dll.
            Dunia pendidikan Indonesia saat ini masih mengedepankan aspek kognitif. Baru sebatas pada peningkatan dari segi kuantitas, salah satunya adalah nilai. Belum mencangkup aspek yang lain diantaranya masih ada aspek afektif dan psikomotorik. Kalaupun hanya mencangkup satu aspek saja itu tidak adil karena manusia diberi kelebihan oleh Allah berbeda-beda/tidak hanya pada satu aspek.  Hal itu mengakibatkan lahirnya generasi yang hanya cerdas di intelektualnya. Padahal manusia tidak hanya cukup cerdas secara intelektual saja, namun juga harus cerdas secara emosi dan hati.
            Berdasarkan pengamatan selama ini terhadap kelemahan sistem pendidikan yang ada, munculnya istilah,”Pendidikan Karakter”. Pendidikan yang tidak hanya memperhatikan aspek kognitif tetapi sekaligus mengakomodir aspek yang lain. Pendidikan karakter selain mengasah kecerdasan intelektual juga mengasah kecerdasan perilaku atau akhlak. Jadi, diharapkan melalui pendidikan karakter inilah terlahirnya generasi cerdas dan humanis.
            Namun, ada beberapa hal yang perlu dijadikan evaluasi pada tataran aplikatif. Bahwa sejatinya mereka yang mengamalkan pendidikan karakter ini tidak hanya mereka-mereka yang nota bene civitas akademik atau orang-orang yang memang menekuni dunia pendidikan. Akan tetapi diperlukan partisipasi dari semua kalangan agar pendidikan karakter ini terlihat output yang diharapkan.
            Salah satunya partisipasi dari para insan media. Masyarakat bisa menilai tayangan-tayangan yang disuguhkan melalui media cetak maupun elektronik setidaknya belum selaras dengan pendidikan karakter yang diusung. Pendidikan karakter mengusung nilai-nilai budi pekerti yang luhur. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai-nilai yang ditayangkan media. Prosentase tayangan media yang mengandung unsur pendidikan khususnya berkaitan dengan nilai budi pekerti masih sangatlah minim. Malahan yang paling banyak berkaitan dengan hiburan dan penanaman budaya Barat yang jelas-jelas sangatlah bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan. Salah satu contohnya sekarang ini di sekolah-sekolah mulai diberlakukannya seragam sekolah mengenakan rok panjang, namun di sisi lain peserta didik disuguhi tontonan yang mengumbar aurat dan syahwat.
            Oleh sebab itu diperlukan kerja sama yang sifatnya integratif agar pendidikan karakter dapat terealisasi sebagaimana mestinya. Tanpa adanya pihak yang dirugikan karena ini demi kebaikan bersama dan demi masa depan anak cucu. Bisa dibayangkan jika kita meninggalkan generasi yang bobrok secara moral walaupun cerdas intelektualnya. Hal itu akan percuma bahkan menimbulkan kerugian bagi semua. Sebaik-baik generasi adalah generasi yang memikirkan dan mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa mendatang
           
            

Senin, 10 Juni 2013

Antara Harapan dan Ketidakpastian



Created by Kareen el-Qalamy

Memasuki usia 20n tahun tema mana lagi yang paling asyik dibahas kalau bukan tentang,”Jodoh”. Mengapa tidak? Karena diusia inilah usia paling ideal untuk membentuk mahligai RT.
            Zaman dahulu dengan sekarang tentu berbeda. Dahulu adat perjodohan masih menjadi hal yang lumrah. Akan tetapi, akan sangat berbeda jauh kondisinya jika melihat kondisi sekarang. Menjadi hal yang aneh jika zaman sekarang masih ada orang tua yang menjodohkan anaknya.
            Terkait perjodohan sebenarnya penulis tidak serta-merta menolak atau tidak sepakat, malahan setuju. Hal ini dikarenakan orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Toh pada zaman Rosulullah pun banyak sahabat yang mencarikan jodoh bagi putrinya.
            Bisa dibayangkan jika hal ini dialami oleh seorang akhwat, aktivis dakwah. Bagaimana jika anti sendiri yang mengalaminya? Apakah akan menolak atau sebaliknya? Mungkin ini dapat dijadikan bahan renungan karena bisa saja suatu saat hal yang serupa terjadi pada kita, kaum hawa.
            Ada seorang teman orang tua yang sering sekali menyinggung-nyinggung masalah perjodohan dengan anaknya. Belum diketahui kebenarannya, apakah teman orang tua itu bersungguh-sungguh atau hanya bercanda. Padahal di sisi lain, si akhwat (anak dari orang tua) juga sudah memasukkan proposal nikah ke murabbiyahnya.
            Si akhwat tentu berada dalam kondisi yang membingungkan. Kalau saja teman dari orang tuanya itu sudah memberikan kepastian akan niat baiknya itu, terkait proposal nikah bisa ditunda terlebih dahulu. Kekhawatiran lain juga sering melanda si akhwat, di tengah-tengah ketidakpastian dari teman orang tuanya jikalau proposal nikahnya di ACC, lalu dia menerima. Selang kemudian ternyata niatan teman dari orang tuanya ternyata sungguhan. Apa yang mesti dilakukan?
            Di sisi lain, timbul rasa takut pada si akhwat, takut kalau timbul harapan dalam hatinya akan niatan dari teman orang tuanya walaupun masih tanda tanya. Kalaupun boleh berharap, si akhwat akan terus memanjatkan do’a agar dimudahkan untuk dipertemukan dengan anak dari teman orang tuanya. Namun apa mau dikata, manusia boleh berencana Allah yang menentukan. Toh sekaligus meminimalisir timbulnya rasa kecewa dan sakit hati jika kenyataan tidak sesuai dengan harapan.
            Sekarang ini, si akhwat hanya bisa memasrahkan semuanya kepada Allah terutama soal jodoh. Dia yakin bahwa Allah sudah menetapkan siapakah yang akan menjadi jodohnya. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja untuk dipertemukan. Dalam tiap bait do’a yang ia panjatkan,

Ya Allah, tumbuhkanlah rasa cinta kepada calon suami hamba, begitu juga sebaliknya
Walaupun hamba sekarang belum tahu siapakah orangnya.
Walaupun Engkau belum mempertemukan kami di alam nyata, maka pertemukanlah kami di dalam do’a.
Tumbuhkanlah rasa cinta kepada keluarga calon suami hamba, begitu juga sebaliknya.
Aamiin ya Rabb...