Ramadhan 1434 H
telah tiba. Umat Islam di seluruh penjuru dunia menyambutnya dengan suka cita.
Bulan yang sangat dinanti-nanti kedatangannya karena setiap muslim
berlomba-lomba meraih predikat takwa dengan melakukan amalan ibadah
sebanyak-banyaknya.
Di Indonesia khususnya, mempunyai
tradisi tersendiri untuk memeriahkan Ramadhan dibandingkan dengan negara-negara
lain. Apalagi terdapat banyak suku yang mendiami Indonesia, tenu menambah
semarak Ramadhan 1434 H. Setiap suku biasanya mempunyai tradisi tersendiri yang
memang diselenggarakan secara khusus di bulan Ramadhan. Tradisi tersebut salah
satunya ditandai dengan terdapat menu makanan yang berbeda-beda antara suku
yang satu dengan yang lain sebagai hidangan sakral yang harus disajikan selama
bulan Ramadhan.
Akan tetapi, nampaknya masyarakat
Indonesia untuk Ramadhan tahun ini mau tidak mau harus merasakan nuansa yang
berbeda, yakni dengan ditetapkannya kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Hal
tersebut secara otomatis berdampak pada harga kebutuhan pokok yang tentunya
ikut-ikutan naik. Padahal seperti sudah menjadi hal yang biasa ketika memasuki
bulan Ramadhan naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Apalagi ini didahului
dengan naiknya harga BBM pra Ramadhan.
Memang, hal tersebut sangatlah
menguji kesabaran ketika melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Mengapa
tidak? Bisa dibayangkan, para suami selaku pencari nafkah dalam keluarga harus
memutar otak untuk bekerja lebih giat lagi demi tercukupinya kebutuhan
sehari-hari. Para ibu rumah tangga juga tidak lantas menyerahkan urusan
kebutuhan hidup kepada suami, justru mereka juga dituntut untuk lebih bisa
mengendalikan anggaran rumah tangga sebaik mungkin agar tetap stabil, tidak
boros juga tidak terlalu pelit.
Orang berpuasa agar staminanya tetap
terjaga tentu harus diimbangi dengan asupan makanan bergizi. Baik itu ketika
berbuka dan saat sahur. Ini pula yang menjadi salah satu permasalahan bagi
setiap keluarga ketika dituntut harus bisa mengelola keuangan secara bijak,
selain itu juga berusaha untuk memenuhi gizi keluarga. Bagi keluarga yang
termasuk dalam kategori menegah ke bawah hal tersebut sangatlah sulit karena
pemenuhan gizi keluarga dihadapkan dengan kondisi minimnya penghasilan.
Setidaknya, kondisi ekonomi yang
kurang lantas tiidak menyurutkan semangat untuk tetap melaksanakan ibadah
Ramadhan dengan khusyuk. Yakinlah bahwa Allah sudah mempersiapkan
kantong-kantong rezeki bagi siapa saja yang ingin menjemputnya. Puasa juga
tidak menghalangi bekerja lebih giat lagi. Ketika pekerjaan tersebut diniatkan
untuk beribadah mengharap ridho-Nya, insyaAllah
Allah tidak akan menyia-nyiakan ikhtiar para hamba-Nya dengan menambah
keberkahan yang berlipat-lipat.
Asal
tahu saja rezeki itu ada dua jenisnya, rezeki yang datangnya sudah bisa
diperkirakan, misal upah dari jerih payah selama bekerja. Satunya lagi rezeki
yang datangnya tidak disangka-sangka. Maka, percayalah akan janji Allah.
Terkait
pemenuhan gizi, perlu ditekankan di sini makanan bergizi itu tidak harus mewah
dan mahal. Apa-apa yang ada disekeliling kita secara tidak sadar ternyata juga
bisa dijadikan sebagai makanan bergizi. Sebagai contoh sayuran yang ada di
halaman rumah itu juga bisa dimanfaatkan dan praktis, tinggal petik. Di samping
itu juga alami. Tidak perlu bersusah payah menghidangkan makanan yang mahal,
yang penting sehat, bergizi dan yang lebih penting lagi amalan ibadah kita bisa
diterima oleh Allah SWT. Maka tidak salah jika Ramadhan bisa dijadikan sebagai moment untuk belajar hemat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar