Selasa, 23 Juli 2013

Ramadhan, Belajar Hemat

Presented by Kareen el-Qalamy



Ramadhan 1434 H telah tiba. Umat Islam di seluruh penjuru dunia menyambutnya dengan suka cita. Bulan yang sangat dinanti-nanti kedatangannya karena setiap muslim berlomba-lomba meraih predikat takwa dengan melakukan amalan ibadah sebanyak-banyaknya.
            Di Indonesia khususnya, mempunyai tradisi tersendiri untuk memeriahkan Ramadhan dibandingkan dengan negara-negara lain. Apalagi terdapat banyak suku yang mendiami Indonesia, tenu menambah semarak Ramadhan 1434 H. Setiap suku biasanya mempunyai tradisi tersendiri yang memang diselenggarakan secara khusus di bulan Ramadhan. Tradisi tersebut salah satunya ditandai dengan terdapat menu makanan yang berbeda-beda antara suku yang satu dengan yang lain sebagai hidangan sakral yang harus disajikan selama bulan Ramadhan.
            Akan tetapi, nampaknya masyarakat Indonesia untuk Ramadhan tahun ini mau tidak mau harus merasakan nuansa yang berbeda, yakni dengan ditetapkannya kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Hal tersebut secara otomatis berdampak pada harga kebutuhan pokok yang tentunya ikut-ikutan naik. Padahal seperti sudah menjadi hal yang biasa ketika memasuki bulan Ramadhan naiknya harga-harga kebutuhan pokok. Apalagi ini didahului dengan naiknya harga BBM pra Ramadhan.
            Memang, hal tersebut sangatlah menguji kesabaran ketika melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Mengapa tidak? Bisa dibayangkan, para suami selaku pencari nafkah dalam keluarga harus memutar otak untuk bekerja lebih giat lagi demi tercukupinya kebutuhan sehari-hari. Para ibu rumah tangga juga tidak lantas menyerahkan urusan kebutuhan hidup kepada suami, justru mereka juga dituntut untuk lebih bisa mengendalikan anggaran rumah tangga sebaik mungkin agar tetap stabil, tidak boros juga tidak terlalu pelit.
            Orang berpuasa agar staminanya tetap terjaga tentu harus diimbangi dengan asupan makanan bergizi. Baik itu ketika berbuka dan saat sahur. Ini pula yang menjadi salah satu permasalahan bagi setiap keluarga ketika dituntut harus bisa mengelola keuangan secara bijak, selain itu juga berusaha untuk memenuhi gizi keluarga. Bagi keluarga yang termasuk dalam kategori menegah ke bawah hal tersebut sangatlah sulit karena pemenuhan gizi keluarga dihadapkan dengan kondisi minimnya penghasilan.
            Setidaknya, kondisi ekonomi yang kurang lantas tiidak menyurutkan semangat untuk tetap melaksanakan ibadah Ramadhan dengan khusyuk. Yakinlah bahwa Allah sudah mempersiapkan kantong-kantong rezeki bagi siapa saja yang ingin menjemputnya. Puasa juga tidak menghalangi bekerja lebih giat lagi. Ketika pekerjaan tersebut diniatkan untuk beribadah mengharap ridho-Nya, insyaAllah Allah tidak akan menyia-nyiakan ikhtiar para hamba-Nya dengan menambah keberkahan yang berlipat-lipat.
Asal tahu saja rezeki itu ada dua jenisnya, rezeki yang datangnya sudah bisa diperkirakan, misal upah dari jerih payah selama bekerja. Satunya lagi rezeki yang datangnya tidak disangka-sangka. Maka, percayalah akan janji Allah.
Terkait pemenuhan gizi, perlu ditekankan di sini makanan bergizi itu tidak harus mewah dan mahal. Apa-apa yang ada disekeliling kita secara tidak sadar ternyata juga bisa dijadikan sebagai makanan bergizi. Sebagai contoh sayuran yang ada di halaman rumah itu juga bisa dimanfaatkan dan praktis, tinggal petik. Di samping itu juga alami. Tidak perlu bersusah payah menghidangkan makanan yang mahal, yang penting sehat, bergizi dan yang lebih penting lagi amalan ibadah kita bisa diterima oleh Allah SWT. Maka tidak salah jika Ramadhan bisa dijadikan sebagai moment untuk belajar hemat.

           
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar