Presented by Kareen el-Qalamy
Ramadhan,
akhirnya datang juga. Bulan yang sangat spesial, tentunya bukan hanya untukku
tetapi juga umat muslim di seluruh dunia. Bulan yang sangat dinanti-nanti
kehadirannya dan meninggalkan kesedihan yang sangat ketika pergi. Bulan yang
penuh berkah dan maghfirah-Nya. Membuat setiap orang berlomba-lomba ingin
mendapatkannya.
Tidak terasa sudah memasuki Ramadhan
1434. Tidak terasa satu tahun berlalu – sepertinya baru kemarin Ramadhan 1433
pergi meninggalkan kita – dan terucap syukur masih dipertemukan dengan Ramadhan
1434 H. Namun tetap saja Ramadhan 1433 H sangatlah berkesan bagi penulis
pribadi, mengapa? Kita simak bersama flash
back Ramadhan 1433 H.
Ramadhan 1433 H, tepatnya puasa
tahun kemarin. Memang ada apa sih? Nampaknya
kok spesial banget?? Yups....betul sekali, memang benar kalau Ramadhan
tahun lalu dirasa sangatlah spesial, meninggalkan berjuta kenangan indah yang
mungkin tidak akan terjadi lagi. Tepatnya ketika aku memutuskan mengambil SP
(Semester Pendek) untuk menjalani liburan, mengisinya dengan kegiatan KKN. Pada
awalnya terasa sangat berat kujalani. Mau seperti apa nanti jadinya tidak bisa
aku bayangkan.
Diawali dengan proses pendaftaran,
pembagian kelompok KKN, pembekalan sampai penerjunan di tempat KKN. Saat
pendaftaran, alhamdulillah tidak ada
hambatan, lancar-lancar saja. Setelah itu pengumuman pembagian kelompok+lokasi
KKN. Ternyata tanpa disangka aku memperoleh kelompok yang beranggotakan 9
orang, yang terdiri dari 4 putra dan 5 putri. Ketika diminta untuk ngumpul per
kelompok orang-orangnya sih kelihatannya kok pada serius-serius kayak gitu. Aku
berusaha mengenali mereka satu per satu. Namanya Iqbal, Ridwan, Rio, Umam,
Shofi, Nila, Asya, Mulat dan aku. Lalu pembentukan pengurus kelompok yang saat
itu terpilihlah Umam sebagai Pak Ketua, aku – secara terpaksa – jadi sekretaris,
Asya jadi Bu bendahara dan sie-sie yang lain. Sampai-sampai aku lupa sie-nya apa saja. Setelah pertemuan pertama
dengan teman kelompok setelah berkenalan dan saling bertukar no.HP,
pertemuan-pertemuan selanjutnya sering kami lakukan.
Hingga sampailah kami sepakat untuk
mensurvei lokasi KKN sebelum penerjunan. Kami mendapatkan lokasi KKN di Gunung
Kidul. Nama dukuhnya Sawah, desa Girisekar, kecamatan Panggang. Jalan yang
berkelok, naik turun, pemandangan serba pegunungan di mana-mana, itulah gambaran
yang ada di benakku. Sesampainya di sana kami lantas berkenalan dengan keluarga
Pak Dukuh yang nantinya akan digunakan sebagai tempat tinggal kami selama KKN.
Pak Anjar, begitulah sapaan akrab beliau selaku ketua dukuh Sawah. Ibu Rita,
istri dari Pak Anjar dan 2 orang anaknya Anggit yang saat itu duduk di bangku
SMP kelas 1 dan Bagus yang masih TK.
Beberapa lama kami bercengkrama,
taklupa diawali dengan menyampaikan maksud kedatangan kami dengan didampingi
oleh DPL (Dosen Pendamping Lapangan) lanjut berkenalan satu persatu. Keluarga Pak
Dukuh terlihat sangat ramah menyambut kami. Pada akhirnya survei pun selesai
dilakukan. Namun ada satu yang bergelayut di benakku, yakni setelah mengetahui
bahwasannya antara putra dan putri ditempatkan dalam satu rumah, hanya
dipisahkan oleh ruang-ruang kamar. Bisa-bisa
bakalan gak pernah lepas kaos kaki nih kecuali di dalam kamar, pikirku. Maklum,
dari kelima teman putriku hanya aku sendiri yang penampilannya lain dari pada
yang lain.
Ternyata perjalanan dari
Yogya-Panggang menghabiskan waktu selama 1 jam. Ditambah lagi medannya yang
ekstrem. Dari kelima teman putriku, hanya aku satu-satunya yang berani bawa
motor. Nekad ya...
Menjelang
H-1 sebelum penerjunan kami bagi-bagi tugas untuk membawa barang. Ada barang
bawaan yang ditujukan untuk kelompok, ada juga yang ditujukan untuk individu. Tiba-tiba
salah satu teman putri yaitu Shofi mendadak minta ganti kelompo karena dia
alergi terhadap dingin. Maklum di GK terkenal dengan hawanya yang dingin,
apalagi di musim kemarau. Selain itu juga langka air. Kami harus menyediakan budget yang tidak sedikit untuk membeli
air.(To be continue...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar