Presented by Kareen el-Qalamy
Lanjut
. . . . .
Nuansa pedesaan yang asri, nyaman,
tenang dan damai. Begitulah yang aku rasakan setelah selang satu minggu sejak
penerjuan KKN. Nampaknya aku sudah mulai bersahabat dengan lingkungan alam di
sini, Sawah, Girisekar, Panggang. Walaupun hawa dingin sering kali menyergapku,
namun itu tidak mengurangi akan ikatan kekeluargaan yang mulai terjalin antara
kami, mahasiswa KKN dengan warga setempat.
Sungguh sangat berbeda dengan apa
yang selama ini aku rasakan ketika Ramadhan di rumah. Ramadhan kali ini memang
spesial. Apa yang aku rasakan semuanya berbeda. Dari bapak-bapaknya yang ramah,
ibu-ibunya yang baik, apalagi remaja dan adik-adik TPAnya lucu-lucu. Terkadang menjengkelkan
juga ketika kami mengajar TPA tidak sedikit yang ramai sendiri. Sampai-sampai
suara kami dibuat habis oleh mereka karena harus mengkondisikan supaya tenang.
Di minggu pertama kami masih dalam
tahap menganalisis kondisi masyarakat sekitar. Kira-kira apa yang mereka
butuhkan. Warga Sawah terkenal dengan mata pencahariannya sebagai seorang
petani. Mereka mempunyai banyak ladang. Jenis tanaman pertaniannya saat itu
adalah ketela. Maklum memasuki musim kemarau, tanaman yang cocok dan dapat
bertahan hidup di tanah gersang tidak ada pilihan lain selain ketela. Maka tidak
mengherankan jika hampir setiap rumah pasti terdapat ketela – baik itu yang
sudah dikupas kulitnya atau baru saja dicabut dari ladang atau kebun –
bertebaran di halaman depan rumah mereka.
Dari situlah kami berinisiatif membuat
program bagaimana agar usaha pertanian ketela mereka maju. Di sisi lain,
ternyata mereka masih awam terkait pengolahan ketela. Warga mengolah ketela
sebatas diolah menjadi beras ketela, gaplek
dan tiwul. Padahal kalau kita
melihat di kota, ketela dapat diolah menjadi variasi menu makanan. Oleh sebab
itu, kami berinisiatif untuk membuka wawasan masyarakat setempat untuk dapat
mengolah ketela lebih variatif lagi. Atau sekaligus dijadikan sebagai peluang
bisnis yang menjanjikan.
Program yang kami buat sangatlah
banyak. Mulai dari program individu maupun kelompok. Untuk program individu, ada
yang harus berkaitan dengan program studi masing-masing dan ada yang sifatnya
bebas. Berhubung program studiku pendidikan matematika, mau tidak mau aku
membuat program yang ada kaitannya dengan pendidikan matematika juga. Aku sadar
betul salah satu potensi yang harus di bangun di masyarakat Sawah berawal dari
anak-anak. Lantas aku muncul ide untuk membuat program yang sasarannya cocok untuk
anak-anak. Alhamdulillah, di dusun
Sawah sarana pendidikannya lumayan lengkap, ada TK dan SD. Saat itu terbersit
dalam benakku membuat program bimbel (bimbingan belajar) khusus matematika
untuk anak SD dan membuat alat peraga matematika berupa bangun ruang di SD
kelas 5. Untuk program yang sifatnya bebas, aku berinisiatif membuat kelompok
pengajian ibu-ibu dan lomba TPA.
Sedangkan, untuk program kelompok
yang paling berkesan saat itu adalah mengenai seminar ketela diiringi dengan
lomba masak berbahan dasar ketela dan pengajian akbar memperingati malam
Nuzulul Qur’an. Untuk lomba masak dan seminar ketela, kami menjalin kerja sama
dengan salah satu restoran ketela di Yogya. Sedangkan, untuk pengajian Nuzulul
Qur’annya bisa dibilang sukses karena jumlah peserta pengajian yang hadir
sungguh di luar perkiraan. Mengapa? Selain gabungan dari tiga masjid dalam satu
dusun, juga kondisi alam yang memang saling berjauhan antara RT satu dengan RT
yang lain. Kami mengambil tempat di balai dusun dengan pertimbangan agar tidak
menimbulkan kecemburuan antar jamaah masjid. Di samping itu juga sekaligus
mengakrabkan antar jamaah di tiga masjid tersebut. Maklum, di desa nuansa ormas
Islamnya masih sangat kuat. Satu masjid bernuansakan Muhammadiyah, sedangkan
duanya lagi NU.
Sungguh, sangatlah menyenangkan
menjalani hari-hari Ramadhan di Sawah, Panggang, GK. Tidak terasa hampir tiga
minggu. Padahal KKN jangka waktunya dua bulan. Itu saja belum terkurangi libur
lebaran. Ah...terasa mempunyai tambahan keluarga baru. ..... To be continue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar