Selasa, 16 Juli 2013

Bertemu di Pra Ramadhan



Created by Kareen el-Qalamy



            Jodoh, memang kekuasaan Allah. Tidak ada yang bisa menebak. Allahlah yang Maha Menentukan apa-apa yang terbaik terutama terkait pasangan hidup. Walaupun sudah menjalin hubungan sekian lama, kalau tidak jodoh tidak bakalan bertemu.
            “Fatimah, apa yang kamu lakukan di sini sendirian?”tanya Eva membuyarkan lamunanku.
            “Eh...enggak...Enggak ngapa-ngapain kok Va,”ekspresiku nampak gugup melihatnya.
            “Hayo...jangan-jangan ngelamun lagi nih, akhir-akhir ini aku sering melihatmu melamun. Ada apa ta sebenarnya?Mbok ya cerita,”Eva melihatku dengan wajah serius.
            “Aku lagi bingung Va,”balasan atas pernyataan Eva yang memintaku untuk cerita. Di siang hari yang sangat terik di sebuah sudut fakultas sambil menikmati taman yang dipenuhi bunga warna-warni. Lantas akupun dengan terpaksa menceritakan permasalahan yang selama ini menggelayut di pikiranku.
            “Apa?Dijodohin?Serius Fa?”Eva nampak terkejut setelah mendengar ceritaku.
            “Serius Va. Apa aku pernah bohong kepadamu?”aku berusaha meyakinkan sahabatku satu-satunya yang paling dekat denganku.
            “Terus bagaimana dengan perasaanmu dengan ikhwan itu?Bukannya kamu menyukai ikhwan lain?”
            “Iya, aku memang menyukai ikhwan lain, tetapi aku tidak bisa melakukan apapun Va. Memang sebaiknya rasa suka itu lebih baik aku simpan dan aku pendam dalam-dalam”seketika itu juga wajahku berubah memerah dan pada akhirnya air mataku tidak terbendung juga.
            “Sudah-sudah, sebaiknya diistikharahkan dulu, minta petunjuk ke Allah, semoga dipilihkan jalan terbaik,”Eva berusaha menenangkanku.
            Eva memang sahabat terbaikku. Dia mengenal betul akan kepribadianku. Pribadi yang sangat kuat memegang prinsip yang telah dimilikinya. Selama ini aku mempunyai cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke S2 terlebih dahulu daripada menikah. Terkait perasaanku dengan ikhwan lain, itu juga tidak bisa aku pungkiri.
            Aku secara diam-diam menaruh rasa suka kepada salah satu ikhwan sesama aktivis dakwah kampus. Selama ini yang tahu hanya aku, Eva dan Allah. Itu pun aku juga tidak tahu menahu apakah ikhwan tersebut juga mempunyai perasaan yang sama terhadapku. Sampailah di saat Abi menyodorkanku sebuah blangko biodata seorang ikhwan. Sejak saat itu aku sudaah bisa menerka apa yang ada di jalan pikiran Abi dan Umi. Menjodohkanku, iya menjodohkanku dengan ikhwan yang ada di biodata itu.
            Sekilas ketika aku membaca biodata itu, sekilas aku sangat terpukau dengan kepribadiannya. Pribadi yang sudah tidak diragukan lagi, ikhwan yang notabene juga seorang aktivis dakwah kampus. Dia juga sekaligus menjadi mentor untuk tutorial keagamaan yang diadakan di kampusnya. Di dalam biodata tersebut juga tertempel sebuah foto yang menunjukkan parasnya. Kalau aku yang menilai, aku tidak bisa mengira-ira apakah wajah di dalam foto itu tampan atau tidak.
            Lantas aku pun berkali-kali melakukan sholat istikharah terkait dua pilihan yang mana yang terbaik buatku. Setelah selang tiga hari aku meminta waktu kepada Abi untuk memberikan jawaban.
            “Gimana Fa?Keputusanmu?”tanya Eva ketika itu berkunjung ke kosku.
            Bismillah, atas jawaban dari sholat istikharah yang telah aku lakukan, nampaknya aku semakin yakin akan pilihan kedua orang tuaku Va,”jawabku.
            “Berarti kamu menerima ikhwan pilihan orang tuamu?”Eva setengah terkejut mendengar pernyataanku.
            “Iya, kamu pasti memikirkan bagaimana perasaanku dengan ikhwan yang selama ini aku sukai? Sudahlah, aku sudah membuang jauh-jauh rasa suka itu. Aku ikhlas dengan apa yang Allah pilihkan untukku karena aku yakin itulah yang terbaik,”sambil memeluk Eva yang selama ini sangat perhatian terhadapku.
            Setiap orang pasti sudah Allah tentukan terkait jodoh. Tinggal menunggu saja saat yang tepat untuk dipertemukan. Itupun juga tidak lepas dari yang namanya ikhtiar. Akhir bulan Juni menjadi saksi akan perjalanan hidupku. Waktu yang kurang dari lima menit namun sangat sakral bagiku akhirnya mengubah semuanya. Mengubah akan statusku, akan hak dan kewajibanku. Tepat H-9 Ramadhan aku menyempurnakan separuh dien. Tidak menyangka aku bisa mempunyai kesempatan lebih untuk meraih berkahnya ketika statusku sudah menjadi seorang istri. Dikarenakan secara otomatis semua amalan ibadah akan dilaksanakan bersama dan tentu itu akan terasa lebih nikmat.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah akan surprise yang telah Engkau berikan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar