Presented by Kareen el-Qalamy
Pernikahan dini...
Bukan cintanya yang terlarang...
Namun waktu saja belum tepat...
Merasakan semua...
Saya yakin,
pembaca semua tidak asing dengan satu bait syair di atas. Apalagi bagi Anda
yang sering menonton televisi. Salah satu – yang saya temui – stasiun televisi
swasta sering sekali menampilkan iklan yang intinya menganjurkan untuk tidak
melakukan pernikahan dini, akan tetapi melakukan pernikahan ideal dimana
masing-masing pasangan telah memenuhi kriteria usia ideal untuk menikah.
Saya sempat
tergelitik juga, sehingga ingin menuliskannya di sini. Khususnya yang berkaitan
dengan free sexs. Atau dalam bahasa
Indonesianya dikenal dengan istilah pergaulan bebas. Mencuplik dari isian kultum
saat tarawih, sang ustadz yang notabene bekerja di kantor Pengadilan Agama
mengabarkan bahwasannya sampai saat ini dalam catatan Pengadilan Agama Yogyakarta
telah terdapat sebanyak 40 pasangan yang menikah dini di Kabupaten Kota Yogya. Itu
belum dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada di DIY, seperti kabupaten
Bantul, Kulonprogo dan Gunung Kidul. Jika dibandingkan dengan dengan kabupaten
lain, angka tersebut masih kalah. Justru di daerah Bantul, Kulonprogo apalagi
GunungKidul lebih tinggi jumlahnya.
Bagi para
orang tua sudah semestinya timbul kekhawatiran terhadap putra-putrinya yang mau
menginjak dewasa. Secara otomatis harus bisa meningkatkan pengawasan terhadap
pergaulan anak-anaknya. Selain itu juga semakin memperbesar porsi perhatian ke
anak agar anak tidak kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Karena
kalau sampai anak kekurangan cinta dan kasih sayang dari orang tuanya,
bisa-bisa mereka melampiaskan kepada hal-hal yang negatif dengan tujuan agar
mereka bisa mendapatkan perhatian.
Padahal,
pemuda adalah tiang negara. Apa jadinya masa depan negara ini jika kondisi
peemuda dan remajanya sudah bobrok? Kelak, mau tidak mau di tangan para
pemudalah yang akan menggantikan posisi-posisi strategis (kekuasaan) di negara
ini. Tidak bisa dibayangkan jika kelak negara ini dipimpin oleh orang-orang
yang rusak akhlaknya.
Namun,
di sisi lain terkait dengan program pemerintah kalau dipikir dengan melihat
kondisi real masyarakat sekarang
sangatlah tidak sesuai. Di satu sisi pemerintah menganjurkan masyarakatnya
untuk tidak melakukan pernikahan dini. Akan tetapi di sisi lain, seiring dengan
perkembangan teknologi dan media yang begitu pesat – seakan-akan pemerintah
tidak kuasa membendungnya – masuklah budaya Barat salah satunya free sexs.
Sungguh tidak sinkron, para remaja
diminta untuk menjaga pergaulan dengan menahan diri untuk tidak nikah dini,
akan tetapi remaja sendiri hampir setiap mata memandang tidak terlepas dari
tontonan yang menyuguhkan syahwat, istilah populernya tontonan porno. Entah itu
lewat media cetak, media elektronik sampai jejaring sosial. Tak ayal jika
banyak remaja yang tidak bisa mengendalikan nafsunya lantas melakukan perbuatan
dosa (zina).
Kalau hal tersebut terjadi, maka
dengan terpaksa remaja tersebut harus dinikahkan walaupun dengan kondisi mental
dan materi yang belum siap. Kalau fenomena seperti ini dibiarkan dan membudaya,
tidak bisa dibayangkan kengerian yang akan terjadi, siap-siap menunggu
datangnya azab Allah ketika perbuatan zina telah merajalela.
Perlu upaya serius untuk mencegah
agar jumlah married by accident (MBA)
tidak terus bertambah. Baik itu pemerintah maupun masyarakat harus saling bahu
membahu bekerja sama untuk menanganinya. Pemerintah dengan kekuasaannya,
setidaknya memfilter tontonan atau tayangan yang ada juga menyeleksi kira-kira
tayangan seperti apa yang tidak hanya sekadar tontonan tetapi juga sekaligus
tuntunan yang baik bagi generassi muda. Untuk masyarakat khususnya keluarga/orang
tua, harus lebih perhatian terhadap putra/i-nya. Tidak hanya sibuk mencari uang
untuk kebutuhan keluarga. Asal tahu saja, anak-anak tidak semata-mata bahagia
hanya dengan harta yang melimpah, tetapi juga membutuhkan perhatian dan kasih
sayang dari para orang tuanya. So, nikah dini or free sexs? Mending gak milih saja. Milihnya nikah ketika
sudah siap, siap dalam segala hal. Dengan menikah, akan terjaga kehormatannya. Selain
itu keberlimpahan barokah akan didapat. Dari pada free sexs terus
ujung-ujungnya nikah dini atau MBA. Bukan keberkahan yang didapat, tetapi
menanggung ddosa seumur hidup dan tentu hal tersebut tidak akan mendatangkan
kabahagiaan, yang ada hanyalah kesedihan dan penyesalan tiada ujung.