Created by Kareen el-Qalamy
Memasuki
semester akhir, itulah yang aku rasakan sekarang. Bukannya baru menyadari bahwa
diri ini sudah tua – jika dibandingkan dengan kebanyakan mahasiswa sekarang –
namun memang dirasa waktu ini berjalan begitu cepat. Perasaan baru kemarin ikut
pendaftaran ujian tulis universitas, tahu-tahu sudah harus menyelesaikaan
skripsi. KKN dan PLP juga tidak terasa telah usai kujalani.
“Kalau tahu kayak gini aku mending ambil kuliah lagi
6 SKS Na,”komentar Intan salah satu temanku ketika menjalani proses skripsi
yang dinilainya tidaklah mudah.
Aku pun awal-awal tahapan
penyelesaian skripsi juga merasakan hal yang sama, rasanya kok sulit banget ya. Tetapi aku segera menyadari bahwa itu
semua adalah salah satu proses kehidupan yang harus aku jalani. Aku berusaha
untuk menikmati setiap proses yang ada walaupun dirasa sulit. Aku yakin itu
semua akan menempaku menjadi sesosok muslimah kuat yang siap menghadapi segala
problematika kehidupan ke depannya.
Selain kegalauan menghadapi proses
skripsi juga ada godaan lain yang selalu menghantui pikiranku. Apakah mbak-mbak terdahulu juga merasakan
hal yang sama? Sesekali aku membayangkan karena sewaktu awal-awal masuk
kuliah selalu satu kos dengan mbak-mbak yang notabene sudah semester tua.
Apalagi kalau bukan masalah jodoh.
Maklum sudah memasuki usia berkepala dua – walaupun masih awal memasuki usia
20n – tetapi itu cukup membuatku resah. Resah memikirkan siapakah gerangan yang
akan kudampingi kelak. Menjadikannya sebagai separuh jiwaku. Namun, ketika
perasaan itu datang menghinggapi, dengan segera aku melakukan tindakan
preventif agar perasaan seperti itu tidak berlarut-larut kurasakan.
Jangan sampai membiarkan waktu yang ada kosong tanpa
adanya kegiatan yang bermanfaat, maka dari itu aku sering mengisi waktu
luangku. Banyak hal yang bisa kulakukan, ditambah lagi masih aktifnya aku di
beberapa organisasi kampus. Sehingga, tidak melulu waktu yang ada hanya sebatas
memikirkan skripsi dan jodoh saja, karena kalau demikian lama-lama stres
sendiri. Sekaligus sebagai sarana untuk refreshing
setelah mengerjakan skripsi.
Pernah suatu malam HPku berbunyi....
Siapa sih jam
segini SMS, batinku. Rasa heran muncul karena waktu
sudah menunjukkan di atas pukul 21.00. Padahal aku sudah bersiap-siap untuk
merenda bulu mataku. Setelah kubuka SMS ternyata . . .
“Rin, galau nih . . .,”Pesan singkat dari Ria,
sahabat karibku sejak SMP. Tetapi sekarang dia kuliah di salah satu PT di
Surakarta.
“Galau kenapa?”balasku segera.
“Galau umur segini belum ada tanda-tanda datangnya
jodoh, sampe-sampe bapakku mo jodohin aku segala lagi,”wah tumben dia berpikiran kayak gitu,batinku. Seingatku dia belum
pernah mikirin hal kayak gitu. Jadi pengen ketawa sendiri membaca pesannya.
“Aku juga ngerasain hal yang sama kayak kamu Ria,
tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan dan menyerahkan urusan jodoh
ke Allah, malahan aku kemarin baru saja nolak tawaran ta’aruf seorang
ikhwan,”aku berusaha menenangkannya.
“Kenapa ditolak Rin?”tanyanya penasaran.
“Ya karena Allah belum menggerakkan hatiku untuk
memilihnya Ria,”
Setelah itu dia sudah tidak membalas SMSku. Sudah tidur kali, pikirku. Lantas aku
bergegas memejamkan mata tidak sabar ingin segera menyongsong hari esok yang
lebih baik tentunya, harapanku.
Ditambah lagi aktivitas harianku yang cukup menguras energi selama seharian
tadi.
Kurang lebih empat jam waktuku untuk mencharger
kembali energi. Seiring adzan Subuh mulai membelai-belai lembut di telingaku.
Bergegas bangun dan mengambil air wudhu. Tidak lupa membangunkan teman-teman
satu kos untuk kuajak sholat berjamaah. Salah satu keutamaan sholat Subuh
berjamaah adalah seakan-akan melakukan sholat selama sehari semalam suntuk.
Maka dari itulah kesempatan tersebut sangat sayang jika terlewatkan begitu
saja.
Seusai sholat berjamaah, lantas membaca surat
cinta-Nya seperti sudah menjadi santapan rohaniku setiap pagi. Memang kalau
tidak melakukan serasa ada suatu hal yang hilang dari diri ini. Di
tengah-tengah asyiknya merasakan getaran saat tilawah, tiba-tiba pesan singkat
pertamaku mendarat di HPku. Saat kubuka . . .
“Dik Rina, sekarang di rumah atau di Yogya?
Erni,”terheran-heran aku dibuatnya. Mbak Erni, salah satu mbak kos yang
sekarang sudah menyelesaikan kuliah dan sekarang kembali ke kampung halamannya
di Sragen.
“Di Yogya mbak, ada apa ya mbak?” sambil menyalurkan
rasa penasaranku karena memang sungguh aneh, tumben beliau SMS padahal sudah
lama sekali tidak pernah menjalin komunikasi.
“Gini dik, ada seorang ikhwan yang ingin mengkhitbah
anti,”gubrakkk......hati ini serasa
ingin copot setelah membaca SMS itu. Sungguh pagi yang mencengangkan buatku.
Mengapa tidak? Belum lama aku menolak tawaran seorang ikhwan – yang juga
melalui perantara temanku – sekarang harus dikejutkan dengan sebuah pesan yang
mengabarkan ada seorang ikhwan lagi yang ingin mengkhitbahku. Beribu pertanyaan
tentang siapakah sesosok ikhwan tersebut langsung bercokol di pikiranku. Ya Allah....apakah ini termasuk ujian
seberapa besar keteguhan hati ini demi sebuah penantian mengharapkan cinta
sejati. Cinta yang bisa mengantarkanku untuk lebih mencintai-Mu. Hamba
pasrahkan semuanya kepada-Mu, mencoba ikhlas siapa pun yang Engkau pilihkan
untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar