Jumat, 15 Februari 2013

Angka 3 (Tiga) Angka Istimewa


Presented by Kareen el-Qalamy


Tidak terasa kehidupan ini sudah berada dalam era demokrasi. Era dimana arti ‘kebebasan’dijunjung tinggi. Salah satunya adalah mengenai kebebasan berpendapat. Mengapa? Sekarang banyak sekali kita jumpai fenomena kebebasan berpendapat melalui penyampaian aspirasi kepada pemerintah.
            Kondisi seperti ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan zaman orde baru. Sejarah telah mencatat bagaimana situasi pemerintahan di era orde baru. Era saat itu memang terkenal akan pembatasan hak asasi manusia oleh kekuasaan. Peemerintah yang berkuasa saat itu memang sangat membatasi khususnya hak berpendapat. Ibaratnya ada sistem pembungkaman secara paksa bagi siapa saja yang ingin menyalurkan aspirasinya. Apalagi menyalurkan aspirasi berkaitan dengan kritikan yang ditujukan kepada pemerintah, pasti langsung dibinasakan.
            Di era orde baru juga mengenal sistem mono partai atau partai tunggal. Jadi hanya ada satu partai yang mendominasi jalannya roda pemerintahan. Tidak seperti sekarang bermunculan banyak partai atau multi partai. Satu partai menandakan kekuasaaan mutlak (kediktatoran), hanya ada satu kekuatan yang bisa berkuasa. Seolah-olah tidak ada kekuatan lain yang bisa merebut kekuasaan tersebut. Sehingga, terjadilah pemegang kekuasaan yang sangat lama sampai berpuluh-puluh tahun. Hal ini berefek munculnya rasa jenuh oleh masyarakat. Rasa jenuh tersebut berakumulasi mengakibatkan munculnya gelombang demonstrasi besar-besaran karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi pemerintahan yang semakin tidak memihak kepada rakyat.
Oleh sebab itu munculah gerakan-gerakan reformasi yang saat itu diusung oleh mahasiswa untuk menggulingkan pemerintahan yang ada. Akhirnya rezim yang bercokol sekian lama di negara ini runtuh menandakan memasuki era baru, era reformasi. Terjadi perubahan besar-besaran terutama di struktur pemerintahan. Hal ini terlihat sangat jelas ketika memasuki pemilihan umum perdana yang bernuansakan demokrasi. Baru pertama kalinya Indonesia menyelenggarakan pemilihan kepala negara secara langsung. Itu menjadi pencapaian luar biasa yang dialami oleh Indonesia. Pengekangan akan hak asasi hilang sudah.
 Kebebasan berpendapat menyuarakan aspirasi tumbuh subur seiring dengan mulai bermunculannya beraneka ragam partai politik. Mengapa tidak? Penyampaian aspirasi lebih manjur jika penyampaiannya disalurkan melalui partai politik. Hal inilah yang menjadi peranan suatu partai. Dari sekian macam partai mempunyai perbedaan masing-masing. Ada yang mengusung semangat nasionalisme, ada yang menjunjung slogan demokrasi, bahkan ada juga yang berasaskan Islam (memperjuangkan syariat Islam untuk bisa diaplikasikan dalam bernegara)
Dari sekian banyak partai, sepertinya partai yang berasaskan Islam mempunyai keunikan tersendiri. Sebenarnya gerakan-gerakan Islam saat orde baru sudah ada. Namun, karena adanya kebijakan yang diambil pemerintah berkaitan dengan pemberlakuan asas Pancasila sebagai asas tunggal. Sehingga, gerakan-gerakan yang tidak berasaskan Pancasila menjadi ilegal dan harus dihilangkan. Oleh sebab itu M. Natsir yang memang salah satu tokoh gerakan Islam saat itu merubah haluan gerakan Islam yang bergerak di bidang politik menjadi gerakan sosial keagamaan. Maka munculah DDII (Dewan Dakwah Islam Indonesia)
Era reformasi seolah-olah membawa angin segar bagi gerakan Islam. Hal ini ditandai dengan munculnya partai politik Islam sebagai representasinya seiring dengan sudah tidak diberlakukannya lagi asas Pancasila sebagai asas satu-satunya oleh BJ. Habibie. Beliau memang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mendirikan perkumpulan-perkumpulan. Partai politik Islam yang muncul memang tidak hanya satu, banyak malah. Hal ini tidak memungkiri adanya perpecahan dari gerakan Islam terdahulu sehingga mengakibatkan munculnya banyak partai.
Salah satu partai Islam yang layak mendapat sorotan adalah PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang dulunya bernama Partai Keadilan. Terbukti bahwasannya PKS memang sudah layak disejajarkan dengan partai politik lainnya. Hal ini ditunjukan dengan perolehan suara di pemilu (pemilihan umum) di tahun 2004 tidak main-main yaitu sebesar 7,34% suara sehingga bisa menempatkan 45 kadernya di kursi DPR. Rasa percaya diri dan semakin solidnya PKS berakibat semakin naiknya prestasi yang diraih. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya perolehan suara di pemilu 2009 yaitu sebesar 8% menandakan semakin banyak pula kader yang menempati kursi DPR yaitu sebanyak 57 kursi. Sungguh prestai yang tiak bisa dianggap remeh.
Tidak terasa kurang beberapa tahun lagi perhelatan akbar, pesta demokrasi akan diselenggarakan lagi. Berbagai persiapan tentunya mulai dilaksanakan oleh PKS. Mengatur kembali strategi agar hasil yang diraih semakin baik lagi. Itulah salah satu harapan yang ingin dicapai. Pendaftaran keikutsertaan PKS di pemilu 2009 menempatkan posisi PKS diurutan nomor delapan. Dan sekarang PKS mendapat nomor urut tiga. Semoga ini menjadi salah satu pertanda baik akan keberhasilan yang akan diperoleh PKS sendiri. Angka tiga termasuk angka istimewa karena angka ganjil setelah angka satu. Rosulullah junjungan pun sangat menyukai angka ganjil.
Tidak ada salahnya mempunyai pengharapan semoga PKS untuk pemilu ke depan bisa menempati posisi tiga besar – sesuai dengan nomor urut partainya – jika  dilihat dari perolehan suaranya. Karena kalau PKS bisa menempati posisi tiga besar dalam perolehan jumlah suara maka dampak yang ditimbulkan sangatlah besar. Tidak hanya peningkatan jumlah kursi DPR tetapi juga jalan menuju orbit selanjutnya yaitu orbit mihwar daulah akan semakin terbuka lebar. Termasuk salah satu tolak ukur kesiapan akan menuju ke tingkatan mihwar daulah adalah sudah berhasil menunaikan pekerjaan-pekerjaan besar pada tiga mihwar sebelumnya. Sedangkan adanya partai politik berada di mihwar mu’assasi (sebelum mihwar daulah)
Oleh sebab itu diperlukan kerja keras untuk bisa mewujudkan impian menuju tiga besar mengingat mashlahat yang ditimbulkan pun sangatlah menjanjikan yaitu menuju mihwar daulah. Sehingga proses memperbaiki pemerintahan akan lebih massive dan dapat memainkan perannya sebagai pelayan serta pekerja umat demi kemashlahatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar