Sabtu, 23 Februari 2013

Dipanggil,”IBU”


Presented by Kareen el-Qalamy


Sebuah SMS tiba-tiba mendarat di HPku. Padahal hari sudah larut malam. Setelah kubaca ternyata SMS itu datang dari mbak Murku.
            “Dik,besok jam 14.30 kosong tidak? Mbak mau minta tlong antarkan anaknya Bu Tika,” isi SMS itu. Langsung saja kubalas,”Insya Allah bisa mbak,” kebetulan siang besok aku tidak ada acara.
            Keesokan harinya aku meluncur dari rumah menuju Yogya. Seperti biasa, segera menyelesaikan skripsiku yang ingin segera kuselesaikan. Tidak terasa sudah pukul 14.30, aku pun bergegas menuju SDIT dekat kos. Sesampainya di sana aku langsung menghubungi mbak Mur untuk menjelaskan bahwa aku sudah di tempat.
            Akhirnya aku bertemu dengan beliau, lantas beliau menyuruhku untuk menunggu karena dik Farah baru dipanggilkan dulu. Setelah ketemu, langsung saja aku memboncengkan dik Farah. Sebelum berangkat tak lupa mbak Mur berpesan,”Dik hati-hati ya, rumahnya lumayan jauh dekat Jombor, anaknya ini ngantukan, sering diajak ngobrol sj.” “OK mbak,” aku langsung menghidupkan sepeda motor lalu melaju di jalanan.
            Sepanjang perjalanan aku berusaha untuk mengajak ngobrol dik Farah. Serasa menjadi ummahat nih,batinku. Taklupa juga aku meminta dik Farah untuk berpegangan di pinggangku. Ketika berhenti di sebuah lampu lalu lintas tiba-tiba,
            “Bu....Bu...anaknya tidur......,” seorang pria yang membonceng sepeda motor berkata seperti itu kepadaku. Hampir saja sesuatu yang tidak diinginkan terjadi apabila pria tersebut tidak mengingatkan. Langsung saja aku memegangi tangan dik Farah ketika terasa dia mau tidur. Di dalam hati ingin rasanya tertawa, apakah aku sudah pantas dipanggil Ibu, sampai segitunya....penampilanku saja kayak gini. Serasa tidak percaya, masak ummahat berpenampilan layaknya akhwat yang masih single.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar