Presented by Kareen el-Qalamy
Di jalan dakwah anti menikah,
kalimat itu membuatku merinding setelah membacanya. Sebuah pesan singkat masuk
di HPku yang sarat akan makna. Seakan – akan menjadi sebuah pengharapan yang
sangat amat mendalam kepada sang Maha Cinta, maha Pemilik Cinta.
Memang untuk para pemuda yang masih
lajang khususnya, tidak ada topik pembicaraan lain yang lebih menarik
dibandingkan dengan topik’pernikahan’. Baru sekadar mendengar saja sudah bisa
membuat angan-angan melambung jauh.
Membayangkan berjuta keindahan di dalamnya – atau malah tak terhingga jumlahnya
– berkaitan dengan pernikahan. Kalau mencari tahu dari segi pemaknaan katanya
menyiratkan kesakralan dan kesucian. Karena menikah termasuk salah satu dari
sunnah Rosulullah SAW yang harus dijalankan buat mereka yang ngakunya sebagai
umat beliau.
Nah, oleh sebab itu untuk menjalani
proses pernikahan baik itu sejak pra sampai pasca tentu harus dilakukan dengan
cara-cara atau langkah-langkah yang sakral pula. Alias sesuai dengan syariat
yang telah ditentukan. Maka dari itu untuk menuju ke jenjang pernikahan
membutuhkan persiapan-persiapan. Untuk awalan meluruskan niat terlebih dahulu.
Kira-kira niatan menikah itu untuk apa. Apakah hanya sekadar untuk menyalurkan
hasrat biologis semata? Ataukah memiliki niatan dalam rangka untuk beribadah
kepada Allah sekaligus menyempurnakan setengah dien?
Kalaupun niatan menikah agar bisa
menyalurkan hasrat biologis saja, hal itu menandakan tidak ada bedanya dengan
binatang. Namun, alangkah lebih mulianya jika menikah itu diiringi dengan niat
yang benar. Setelah itu berusaha melakukannya sesuai dengan tuntunan yang telah
disyariatkan (ittiba’Rosul).
Setelah menentukan niatan awal,
perlu menentukan tujuan-tujuan apa saja yang mau diraih saat menikah. Menikah
juga harus mempunyai orientasi kira-kira selain bernilai ibadah menikah juga
bisa mengandung nilai lebih/nilai-nilai yang lain. Hal tersebut membuat
pernikahan menjadi bertambah keberkahannya. Inilah yang menjadikan sebuah
pernikahan yang tidak biasa/spesial.
Salah satu tujuan yang membuat
pernikahan yang dilakukan berbeda dengan pernikahan-pernikahan pada umumnya
yaitu pernikahan tersebut mengandung orientasi dakwah. Inilah yang disebut
deengan menikah di jalan dakwah. Jadi, baik itu dari kedua belah pihak – baik
itu dari pihak laki-laki maupun perempuan – yang semasa single menjadi aktivis dakwah, akan sangat disayangkan jika setelah
menikah tidak dilanjutkan atau berhenti dari aktivitas dakwahnya. Oleh sebab itu untuk menuju sebuah pernikahan
di jalan dakwah membutuhkan banyak persiapan khusus, baik itu berawal dari
proses pencarian pasangan sampai ke akad nikahnya.
Akan lebih memuluskan lagi orientasi
menikah di jalan dakwah apabila mendapatkan atau dipertemukan dengan jodoh yang
mempunyai visi dan misi yang sama. Karena keduanya sudah sama-sama paham dan
sepakat, tinggal menjalani prosesnya tanpa adanya perdebatan. Maka dari itu
kriteria pasangan yang dipilih turut andil juga untuk semakin memudahkan
terealisasikannya tujuan yang dimiliki.
Untuk mendapatkan kriteria calon
pasangan yang pas, ada trik-trik yang bisa dilakukan. Salah satunya
banyak-banyaklah bergaul dengan orang-orang sholeh. Mengapa demikian? Banyak
bergaul dengan orang sholeh membuat kita lebih banyak mengenal dan mempunyai
teman-teman sholeh. Bisa jadi jodoh datang dari teman-teman sholeh yang sudah
menjadi teman seperjuangan dalam dakwah. Padahal orang-orang sholeh identik
dengan hidup berjamaah. Karena dengan hidup berjamaah pulalah orang-orang
sholeh tersebut bisa saling menguatkan dan saling mengingatkan satu sama lain.
Diibaratkan jamaah itu adalah sapu
lidi yaang sangat ampuh membersihkan dedaunan yang jatuh ke tanah dibandingkan
dengan sebatang lidi. Dakwah akan bergerak masssive jika dilakukan secara
berjamaah. Sama halnya menikah, dimana menikah itu tidak hanya mempertemukan
dua individu tetapi juga mempertemukan dua keluarga yang mungkin awalnya tidak
saling kenal. Bisa dibayangkan jika dua keluarga yang dipersatukan adalah
keluarga yang sudah akrab dengan kegiatan dakwah, tentu kekuatan yang
diperlukan untuk berkontribusi di jalan dakwah akan semakin besar pula.
Oleh sebab itu tidak menyangka jika
menikah berkorelasi dengan berjamaah, khususnya pernikahan yang berorientasikan
dakwah. Hal ini sungguh menjanjikan ladang pahala yang sangat luar biasa. Pesan
khusus untuk para muslimah – yang masih single
dan tengah berada dalam masa penantiannya – jangan pernah berputus asa untuk
merealisasikan tujuan,”Di jalan dakwah anti menikah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar