Created by Kareen el-Qalamy
Cinta, memang tidak
bisa ditebak. Datang tidak dijemput, pulang gak dianter. Aneh, benar-benar
aneh. Ini berkaitan dengan pengalaman seorang akhwat aktivis dakwah kampus yang
tidak mau disebutkan identitasnya. Semoga bisa dijadikan pembelajaran bagi
akhwat pada umumnya.
Si akhwat sejak awal sudah menceburkan diri di dunia
dakwah. Semenjak semester satu bahkan hampir menginjak tahun ketiga di usia perkuliahannya, dia masih tetap
istiqomah di jalan dakwah. Lika-liku, suka-duka kehidupan dakwah sudah ia jalani
dengan penuh perjuangan. Alhamdulillah,
semua itu berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan berarti. Apalagi yang
berkaitan dengan VMJ (Virus Merah Jambu) antar aktivis.
Selama ini si akhwat memang aman dari masalah cinta. Buktinya,
tidak pernah ada kasus dia dekat dengan seorang ikhwan. So aman-aman saja. Dia
juga tidak muncul sedikitpun rasa suka kepada lawan jenis seperjuangan di
dakwah kampus. Jadi, selama ini dia merasa enjoy aja. Enjoy menikmati
perjalanan dakwah di kampus.
Sampai suatu ketika dia dikejutkan dengan pernyataan
seorang ikhwan. Secara blak-blakkan ikhwan tersebut menyampaikan niatan untuk
mengkhitbah si akhwat. Secara spontan, si akhwat kagetnya minta ampun. Sampai-sampai
si akhwat tidak bisa berkonsentrasi saat syuro’karena efek dari pernyataan
mengagetkan itu.
Herannya, satu kalimat yang membuatnya tidak fokus,”gak
nyangka”. Gak nyangka kenapa, karena ikhwan yang barusan menyampaikan niatannya
itu dulu pernah satu divisi dengannya. Perasaan ikhwannya gak kelihatan kalau
dia memang suka dengan si akhwat. Ingat masa lalu dulu juga ikhwan itu sikapnya
biasa-biasa saja. Malahan si akhwat mengira ikhwan itu suka dengan temannya.
Mengatakannya pun di saat ikhwannya
sudah lulus dan si akhwat masih semester enam.
Di samping itu, si akhwat juga gak bisa ngebayangin kalau
ikhwannya menyampaikan hal yang sama ketika masih satu divisi dulu. Sudah barang
tentu si akhwat akan mengambil langkah seribu, sebisa mungkin sembunyi
sejauh-jauhnya agar tidak bertemu lagi dengan si ikhwan. Dikarenakan hal itu
akan membuatnya merasa tidak nyaman.
Begitulah kisah”gak nyangka”dari seorang akhwat. Kalau kita
perhatikan, dilihat dari sudut pandang ikhwannya, kita acungi jempol karena
ikhwan itu bisa mengatur dan memendam rasa sukanya sampai dia lulus. Dapat
mengutarakan ketika posisi ikhwan sudah mapan. Itu menunjukkan sesosok ikhwan
yang tanggung jawab terhadap segala konsekuensi yang ada, walaupun belum jelas
apakah nantinya akan diterima atau tidak.
Berbeda dengan kebanyakan fenomena yang terjadi saat ini.
Ketika ada ikhwan yang sudah mempunyai keinginan kuat untuk menikah, namun
belum siap dari segi materinya. Kalau ikhwan yang seperti ini tidak bisa
mengendalikan perasaannya, tentu ikhwan tersebut akan melampiaskan dengan
cara-cara yang bertentangan dengan syari’at. Misalkan dengan dengan berani
menjalin komitmen nikah dengan seorang akhwat.
Padahal
jodoh kuasa Allah, kalau benar menjadi pasangannya kelak sih alhamdulillah, tapi kalau enggak? Kasihan
si akhwat, dibiarkan menggantung, menunggu tanpa adanya kepastian. Kita juga
tidak bisa memprediksi kira-kira apa yang akan terjadi. Takutnya si akhwat
sudah terlanjur menunggu komitmen terlalu lama, e..ternyata terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. So, kalau ikhwan itu benar-benar gentlement maka ia akan langsung mendatangi orang tua si akhwat
untuk langsung mengkhitbah, tanpa adanya embel-embel kita komitmen dulu yuk...(Enak aje, ogah ah...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar