Senin, 10 Juni 2013

Antara Harapan dan Ketidakpastian



Created by Kareen el-Qalamy

Memasuki usia 20n tahun tema mana lagi yang paling asyik dibahas kalau bukan tentang,”Jodoh”. Mengapa tidak? Karena diusia inilah usia paling ideal untuk membentuk mahligai RT.
            Zaman dahulu dengan sekarang tentu berbeda. Dahulu adat perjodohan masih menjadi hal yang lumrah. Akan tetapi, akan sangat berbeda jauh kondisinya jika melihat kondisi sekarang. Menjadi hal yang aneh jika zaman sekarang masih ada orang tua yang menjodohkan anaknya.
            Terkait perjodohan sebenarnya penulis tidak serta-merta menolak atau tidak sepakat, malahan setuju. Hal ini dikarenakan orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Toh pada zaman Rosulullah pun banyak sahabat yang mencarikan jodoh bagi putrinya.
            Bisa dibayangkan jika hal ini dialami oleh seorang akhwat, aktivis dakwah. Bagaimana jika anti sendiri yang mengalaminya? Apakah akan menolak atau sebaliknya? Mungkin ini dapat dijadikan bahan renungan karena bisa saja suatu saat hal yang serupa terjadi pada kita, kaum hawa.
            Ada seorang teman orang tua yang sering sekali menyinggung-nyinggung masalah perjodohan dengan anaknya. Belum diketahui kebenarannya, apakah teman orang tua itu bersungguh-sungguh atau hanya bercanda. Padahal di sisi lain, si akhwat (anak dari orang tua) juga sudah memasukkan proposal nikah ke murabbiyahnya.
            Si akhwat tentu berada dalam kondisi yang membingungkan. Kalau saja teman dari orang tuanya itu sudah memberikan kepastian akan niat baiknya itu, terkait proposal nikah bisa ditunda terlebih dahulu. Kekhawatiran lain juga sering melanda si akhwat, di tengah-tengah ketidakpastian dari teman orang tuanya jikalau proposal nikahnya di ACC, lalu dia menerima. Selang kemudian ternyata niatan teman dari orang tuanya ternyata sungguhan. Apa yang mesti dilakukan?
            Di sisi lain, timbul rasa takut pada si akhwat, takut kalau timbul harapan dalam hatinya akan niatan dari teman orang tuanya walaupun masih tanda tanya. Kalaupun boleh berharap, si akhwat akan terus memanjatkan do’a agar dimudahkan untuk dipertemukan dengan anak dari teman orang tuanya. Namun apa mau dikata, manusia boleh berencana Allah yang menentukan. Toh sekaligus meminimalisir timbulnya rasa kecewa dan sakit hati jika kenyataan tidak sesuai dengan harapan.
            Sekarang ini, si akhwat hanya bisa memasrahkan semuanya kepada Allah terutama soal jodoh. Dia yakin bahwa Allah sudah menetapkan siapakah yang akan menjadi jodohnya. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja untuk dipertemukan. Dalam tiap bait do’a yang ia panjatkan,

Ya Allah, tumbuhkanlah rasa cinta kepada calon suami hamba, begitu juga sebaliknya
Walaupun hamba sekarang belum tahu siapakah orangnya.
Walaupun Engkau belum mempertemukan kami di alam nyata, maka pertemukanlah kami di dalam do’a.
Tumbuhkanlah rasa cinta kepada keluarga calon suami hamba, begitu juga sebaliknya.
Aamiin ya Rabb...
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar