Presented by Kareen el-Qalamy
Tidak terasa hampir mendekati tahun 2014. Nuansanya pun
terasa semakin memanas. Mengapa tidak? Entah itu di media masa atau di
lingkungan sekitar tempat tinggal sudah marak bertebaran foto-foto dengan
slogannya masing-masing. Orang yang ada di foto tersebut tentu berharap dengan
sangat mayoritas masyarakat memilihnya.
Apabila
mencoba untuk flash back, berarti
Indonesia akan memiliki presiden untuk yang ke-8 kalinya. Dari masa
pemerintahan presiden pertama sampai ke-7 tentu mempunyai gaya kepemimpinan
masing-masing. Kesekian gaya kepemimpinan tersebut tentu juga membawa dampak
tersendiri bagi kondisi bangsa selanjutnya.
Gaya kepemimpinan
berdasarkan motivasi terbagi menjadi dua, yaitu gaya kepemimpinan bersifat
ekstrinsik dan gaya kepemimpinan bersifat intrinsik (Fry, 2003 & 2005)
Kalau dicermati lebih lanjut, gaya kepemimpinan presiden Indonesia sejak dulu
termasuk dalam kategori gaya kepemimpinan ekstrinsik. Sepertinya, untuk
presiden yang akan terpilih mendatang perlu mencoba gaya kepemimpinan
intrinsik.
Gaya kepemimpinan
intrinsik perlu dicoba untuk diterapkan di Indonesia karena melihat kondisi
bangsa yang semakin terpuruk apabila dilihat dari segi moralnya. Maraknya kasus
korupsi dan tindak kriminal yang terjadi salah satu penyebabnya bisa jadi dikarenakan
kesalahan pemilihan gaya kepemimpinan. Selama ini gaya kepemimpinan yang
diterapkan bersifat ekstrinsik dimana belum belum menyentuh sisi terdalam dari
individu maupun pemimpin itu sendiri, yaitu aspek spiritual (rohaniah), padahal
dalam diri manusia terdapat aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual yang tidak
terpisahkan satu sama lain.
Salah
satu jenis gaya kepemimpinan intrinsik yaitu gaya kepemimpinan profetik. Kepemimpinan
profetik memiliki kesamaan sumber dengan gaya kepemimpinan spiritual, yaitu
nilai-nilai dan keyakinan individu terhadap nilai-nilai agama atau paham
lainnya. Kemudian kepemimpinan profetik melibatkan kesadaran otonomi dan
intrinsik individu dalam melakukan aktivitasnya. Gaya kepemimpinan profetik
tidak lepas dari nilai kepemimpinan yang ada pada Nabi Muhammad saw. Sifat
kepemimpinan Rasulullah yang sangat terkenal ialah 1) Shidiq (benar), 2)
Tabligh (menyampaikan), 3) Amanah (dapat dipercaya/jujur), dan 4)
Fathanah (cerdas dan bijaksana). Lebih dari itu, keberhasilan
kepemimpinan Rasulullah adalah karena ia memiliki akhlak yang terpuji (akhlaq
karimah).
Perbedaan
gaya kepemimpinan spiritual tentu ada jika dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
intrinsik yang lain. Perbedaannya yaitu gaya kepemimpinan intrinsik bersifat syar’iyyah. Kepemimpinan profetik yang bersifat
intrinsik plus syariah (Pro+) ini merupakan integrasi antara motivasi intrinsik
individu dengan motivasi Ilahiyah yang keduanya berdimensi dunia (hasanah
– happines) dan akhirat (salamah – salvation), sehingga hal itu
memunculkan aktivitas kehidupan individu, kelompok dan organisasi secara
intrinsik. Gaya kepemimpinan profetik inilah yang sangat diperlukan oleh setiap
individu dan bangsa Indonesia dalam menata karakter bangsa menghadapi problematika
yang semakin beragam.
So,
sebagai warga negara yang baik hati dan tidak sombong sangat dianjurkan untuk
bisa mengenali calon-calon pemimpin kita. Minimal memberikan penilaian dari
sepak terjang mereka selama ini apakah mereka sudah bisa mengamalkan
nilai-nilai kepemimpinan Rosulullah ataukah belum atau malah pernah melukai
hati rakyatnya? Jangan sampai memilih kucng dalam karung ya...
Sumber: Ahmad Yasser Mansyur,” PERSONAL
PROPHETIC LEADERSHIP SEBAGAI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER INTRINSIK ATASI
KORUPSI Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun
III, Nomor 1, Februari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar