Minggu, 15 September 2013

Budaya Kekerasan di Kalangan Pelajar



Presented by Kareen el-Qalamy


           Akhir-akhir ini pemberitaan di media massa marak berisikan terkait kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Banyaknya tawuran yang terjadi di kalangan pelajar memunculkan pertanyaan,”Ada apa dengan pelajar kita sekarang?” Pelajar sekarang sangat mudah tersulut emosi hanya dikarenakan hal sepele, misal saling ejek yang berujung pertikaian bahkan sampai memakan korban jiwa. Tidak hanya tawuran, oknum kepolisian sering menangkap basah pelajar yang membawa senjata tajam ke sekolah. Itu kan sangat berbahaya apabila disalahgunakan.
            Hal tersebut tentu membuat miris khususnya bagi para orang tua. Tidak sedikit nyawa melayang sia-sia. Padahal pelajar adalah tumpuan sebuah bangsa yang nantinya akan menjadi pelaku peradaban selanjutnya. Kalau permasalahan sepele saja mereka menghadapinya dengan kekerasan apalagi menyikapi permasalahan besar kelak jika menempati posisi-posisi strategis dalam tataran negara. Mau menjadi apa negara ini?
            Lantas siapa yang patut bertanggung jawab terhadap kondisi demikian? Tidak usah jauh-jauh deh. Coba kita tengok kondisi keluarga yang ada di sekeliling kita atau malah keluarga kita sendiri. Budaya kekerasan sering muncul dikarenakan pelajar - yang berkedudukan sebagai anak di sebuah keluarga -  kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua sehingga mereka melampiaskan rasa kekurangperhatiannya kepada hal-hal yang tidak semestinya.
Anak juga membutuhkan belaian kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Tidak hanya sekadar pemenuhan kebutuhan dan fasilitas hidup yang lengkap. Karena kalau hanya seperti itu hanya akan membentuk anak menjadi pribadi yang tidak mempunyai perasaan. Anak akan mempunyai rasa cinta, sayang ketika mereka juga bisa merasakannya dari orang tuanya karena orang yang pertama kali dilihat ketika anak lahir ke dunia adalah orang tua. Jadi, sudah sepantasnyalah orang tua yang memberikan porsi perhatian yang lebih besar untuk senantiasa mendidik, mengawasi dan mengerti perasaan mereka. Berawal dari kondisi keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang terlahirlah anak-anak yang humanis pula.
            


Tidak ada komentar:

Posting Komentar