Senin, 29 Oktober 2012

Idul Adha, Sarat Akan Makna



Presented by Kareen el-Qalamy


Allahu Akbar....Allahu Akbar....Allahu Akbar
            Lantunan suara takbir menggema di seantero jagad raya ini menjelang malam hari raya Idul Adha. Seketika itu juga ingatan langsung tertuju pada suatu kisah yang sarat akan makna. Sungguh sangat menyentuh kalbu bagi siapa saja yang memang benar-benar menghayatinya.
            Mengapa tidak, apabila dipikir menggunakan akal sehat, mana ada seorang bapak tega-teganya akan menyembelih anaknya sendiri? Sang anak yang jelas-jelas ingin disembelih juga bukannya lari menyelamatkan diri malah mendukung seratus persen perbuatan yang akan dilakukan oleh ayahnya itu. Ya, itulah kisah antara Nabi Ibrahim dengan anaknya, Nabi Ismail. Mereka ikhlas menjalankan perintah Allah walupun itu sangat berat.
            Dari kisah tersebut, manusia dituntut untuk mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya. Terutama dengan satu kata,’ikhlas’. Iya, ikhlas. Kata iu sering terdengar di dalam kehidupan sehari-hari karena sudah menjadi kebiasaan setiap manusia dengan mudah mengucapkan kata itu.
Memang sangat sederhana untuk diucapkan, namun dibalik itu untuk mengaplikasikannya dalam keseharian tidaklah mudah. Sangat membutuhkan tidak sedikit pengorbanan. Karena dengan pengorbanan itulah menjadi salah satu tolak ukur apakah sudah ikhlas atau belum.
Mengorbankan segala hal tentunya. Pengorbanan harta, waktu, tenaga, pikiran bahkan sampai tetesan darah keluar dari dalam tubuh. Terutama pengorbanan dalaam hal-hal yang sangat disukai. Tentu itu membutuhkan usaha yang sarat akan perjuangan. Perjuangan melawan nafsu diri pribadi khususnya. Dimana diri pribadi secara otomatis akan timbul rasa berat hati untuk melepaskan sesuatu apalagi sesuatu itu adalah hal yang sangat disukai.
Itulah esensi dari momen Idul Adha. Idul Adha mengajarkan manusia untuk bisa bersikap ikhlas. Ikhlas berkorban dalam bentuk hewan ternak karena hewan ternak merupakan salah satu kesenangan hidup di dunia (Tercantum dalam Q.S Al-Imran (3) :14). Sekaligus Allah akan menguji sekiranya hamba manakah yang bisa menjalani kurban dengan rasa ikhlas.
Karena sudah tentu menjadi hal yang lumrah jika timbul rasa berat hati ketika ingin berkurban. Namun disaat rasa berat hati bisa dilawan dengan rasa ikhlas, maka gelar ketakwaan akan diraih  perlu diperhatikan juga bahwa bukan darah dan daging yang akan sampai kepada Allah, tetapi hanya keimanan dan ketakwaan dari seorang hamba saja.
 Berkurban selain melatih keikhlasan juga sekaligus menguji sudah seberapa besar  rasa kepedulian terhadap sesama muslim, dengan mengikhlaskan sebagian rezeki berupa hewan ternak untuk dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Oleh sebab itu momen-momen seperti ini sangat sayang apabila dilewatkan begitu saja. Mari berlomba-lomba mencurahkan kepedulian terhadap sesama karena semua umat muslim bersaudara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar