Kamis, 07 Juni 2012

Trans Spesial



By Kareen el-Qalamy


                Allah memang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Itulah yang terbersit dalam benakku di suatu ketika merenungi segala apa yang terjadi dan apa yang aku miliki selama ini. Semua kesempatan dan segala fasilitas yang aku punya, setiap orang belum tentu memilikinya juga. Mengapa tidak, kesempatan mengenyam pendidikan sampai dengan Perguruan Tinggi, fasilitas-fasilitas dari yang berupa kebutuhan primer sampai kebutuhan tersier tercukupi. Inilah yang menjadi alasan tumbuhnya rasa syukur yang semakin subur.
            Namun suatu ketika Allah juga menunjukkan keadilannya. Semua kesempatan dan fasilitas yang aku miliki tidak serta merta dapat aku rasakan selamanya. Ada saatnya salah satu diantaranya hilang atau rusak. Karena segala yang ada hanyalah titipan dari Allah dan Allah berhak untuk mengambilnya, kapanpun jika Allah berkehendak.
            Seperti itulah yang pernah terjadi di dalam kehidupanku. Merasakan bagaimana rasanya kehilangan barang yang selama ini mempermudah gerak langkah kemanapun aku mau. Sepeda motor, iya barang itu sempat menghilang dalam keseharianku. Dan hari-hari tanpa sepeda motor merupakan bentuk perjuangan yang tidak mudah. Karena mau tidak mau dipaksa untuk berpikir bagaimana caranya pergi ke suatu tempat walaupun terkadang menempuh jarak yang jauh.
            Namun aku tidak putus asa, banyak jalan menuju Roma. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, aku berusaha membuat diri ini tegar menjalaninya. Yang biasanya keinginan pergi ke suatu tempat tinggal tancap gas saja, untuk kali ini harus memutar otak terlebih dahulu. Sering muncul dua cara, entah itu mencari boncengan teman atau menaiki sarana transportasi umum yang aku sebut dengan trans yogya.
            Alhamdulillah  kemudahan-kemudahan masih bisa aku jumpai. Sepertinya ada saja pertolongan Allah datang menghampiri hamba-Nya. Menuju tempat perkuliahan dengan membonceng seorang teman asrama, walaupun nantinya harus membawa helm kemana-mana. Tetapi itu merupakan kemudahan yang patut untuk disyukuri. Saat jam kuliah selesai, pasti memikirkan bagaimana caranya diri ini untuk pulang. Kalaupun ada teman yang mau aku boncengi tak masalah buatku. Namun ketika boncengan yang diharapkan tidak ada, apa boleh buat menaiki trans yogya menjadi alternatif selanjutnya.
            Suatu saat mengawali hari dengan menjalani rutinitas seperti biasanya. Di pagi hari bertanya ke teman-teman asrama kira-kira siapa yang mau berangkat di jam yang sama denganku. Kalaupun tidak ada terkadang membonceng salah satu teman kelas yang kebetulan rute rumahnya melewati asramaku.
            Sesampainya di kampus kembali dengan menenteng helm ke dalam fakultas lalu aku titipkan di pos satpam walaupun sebenarnya itu bukan tempat penitipan helm. Akan tetapi aku pasrahkan kepada Allah dan itu yang membuatku tenang. Seharian penuh berkutat dengan mata kuliah yang memang sesuai dengan program studi yang aku geluti.
            Tidak terasa tibalah waktu di sore hari yang mengakhiri semua aktivitas perkuliahan. Namun bukan berarti itu menjadi pertanda bahwasannya bisa segera pulang menuju asrama. Ternyata selesainya kegiatan perkuliahan, masih ada agenda rapat organisasi yang menanti. Rutin setiap minggu ada saja agenda rapat organisasi minimal satu kali, terkadang lebih dari satu kali. Mau tidak mau hari ini  pulang malam lagi. Tentu sudah tidak adanya teman yang bisa aku boncengi. Jalan terakhir yang bisa kutempuh yaitu dengan naik trans, iya naik trans yogya.
            Tidak terasa adzan Maghrib berkumandang. Rapat telah usai, akan tetapi aku tidak bisa langsung menuju shelter tempat pemberhentian trans yogya. Kebutuhanku harus aku tunaikan terlebih dahulu, sholat Maghrib berjamaah di masjid kampus. Suasana gelap telah menyelimuti semua yang ada. Yang tertinggal hanyalah kilatan lampu yang bersahut-sahutan.
            Setelah kebutuhan aku penuhi, tak lupa diakhiri dengan sholat rawatib. Bersiap-siap untuk pulang menuruni tangga masjid kampus berjalan menyusuri trotoar menuju shelter. Nuansanya begitu sunyi senyap. Bahkan hampir tidak ada pejalan kaki, yang ada hanyalah pengguna sepeda motor. Perasaan takut semakin menyelimuti hatiku. Lantas aku mencoba untuk berdzikir dan mengulang-ulang kembali beberapa hafalan surat yang sudah kuhafal untuk mengusir rasa takut sekaligus agar memberi ketenangan hati.
            Beberapa menit berjalan, sampailah di pertigaan jalan raya Yogya-Solo. Dari kejauhan aku melihat trans yang biasanya menjadi langgananku, jalur 1B berhenti tepat di depan shelter. Tetapi masih sempat tidak aku mengejarnya? Sepertinya tidak bisa, karena aku harus berusaha untuk menyeberangi jalan raya yang sangat padat oleh lalu lalang kendaraan baik itu yang beroda empat maupun yang beroda dua. Ya sudahlah, mau tidak mau harus mengikhlaskan trans langgananku melenggang pergi, lalu menunggu beberapa menit sampai trans dengan jalur yang sama datang. Tidak mengapa, untuk menguji kesabaranku.
            Kuamati terus menerus trans yang berhenti, sepertinya aneh. Trans tersebut tidak seperti biasanya berhenti agak lama di shelter dan tidak segera berjalan kembali. Ya Allah masih sempat tidak diriku menaikinya. Dan Alhamdulillah dengan cepat aku bisa menyeberangi jalan raya. Sang petugas shelter akhirnya mengetahui bahwasannya masih ada penumpang yang ingin naik trans. Akhirnya beliau memberikan kode kepada supir trans untuk menungguku untuk segera memasuki trans.
            Alhamdulillah akhirnya aku bisa segera sampai di kos. Allah memang Maha Mendengar apa yang dinginkan dan apa yang dialami oleh hamba-Nya sehingga Allahlah yang menahan beberapa saat agar trans tersebut tidak segera berjalan dan aku tidak kemalaman sampai di kos. Kalau kita sering  mengingat Allah, maka Allah juga akan mengingat kita dengan selalu mendengar apa yang kita pinta. Ingatlah Allah kapan pun dan dimana pun kita berada.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar