Created by Kareen el-Qalamy
Siapa yang tidak mau menjadi orang pandai? Bahasa kerennya orang intelek. Merupakan hal yang lumrah apabila manusia berlomba-lomba mengenyam pendidikan Pendidikan pun sekarang sudah menjadi kebutuhan primer, jadi tidak hanya sebatas kebutuhan akan sandang, pangan dan papan saja. Oleh sebab itu wajar jika para orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anaknya setinggi mungkin.
Begitu urgennya pendidikan sampai-sampai pemerintah juga tidak bisa lepas tangan akan hal ini. Bahkan sebesar 20% dari APBN dialokasikan seluruhnya di bidang pendidikan. Sungguh jumlah nominal yang tidak tanggung-tanggung. Harapannya ke depan bangsa Indonesia dapat unggul di bidang pendidikan sehingga tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan bangsa lain. Karena sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-empat,”Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Tidak sebatas pemerintah namun semua elemen masyarakat juga harus turut serta mewujudkannya.
Tidak hanya pendidikan, salah satu yang menjadi kebutuhan primer yang lain adalah mengenai hiburan. Iya, hiburan karena dengan hiburan manusia dapat melepas semua kepenatan dan kejenuhan yang ada setelah berinteraksi dengan segudang aktivitas rutin sehari-hari. Jadi tidak heran jika di akhir minggu di hari Minggu misalnya tempat-tempat rekreasi penuh sesak oleh pengunjung entah itu wisatawan domestik maupun wisatwan asing.
Ada banyak sekali jenis-jenis hiburan yang ditawarkan. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang menjanjikan kehidupnya akan terjamin apabila terjun di dunia hiburan. Sebagai contoh bisa ditengok kehidupan para artis. Para artis yang biasa disebut sebagai entertainer ini memang dilihat secara sekilas kehidupannya bergelimang harta. Tidak hanya tercukupinya kebutuhan harian bahkan lebih. Mereka bisa membeli apa-apa yang mereka mau dan mereka inginkan. Tidak hanya sebatas membeli apa-apa yang mereka butuhkan.
Fenomena-fenomena seperti inilah yang sering dijadikan cerminan khususnya bagi masyarakat yang berada di kalangan menengah ke bawah. Mulai dari berandai-andai ingin menjadi selebritis sampai ingin menjadi orang terkenal. Maka dari itu sekarang ini banyak sekali bermunculan artis dadakan hanya karena video unik mereka diupload lewat situs YouTube sehingga memungkinkan semua orang dapat mengaksesnya.
Hal tersebut didukung pula dengan maraknya media pertelevisian yang secara langsung memfasilitasi semakin mudahnya jika ingin menjadi artis terkenal. Lihat saja berbagai audisi ramai digelar. Audisi yang sedang digandrungi dimana sasarannya adalah kaum ABG tersebut salah satunya audisi boyband dan girlband. Karena apabila dilihat memang cukup menjanjikan apalagi bagi penyelenggara audisi tersebut. Sungguh bisnis yang bisa mendatangkan keuntungan yang tidak tanggung-tanggung banyaknya.
Hal tersebut berdampak pada semakin bermunculannya kelompok-kelompok boyband dan girlband seperti halnya jamur di musim penghujan. Dengan iming-iming kepopuleran dan honor yang tidak sedikit, ternyata sangatlah ampuh menyedot perhatian remaja saat ini. Sehingga mereka hanya bermodalkan penampilan menarik, suara baguspun tidak menjadi prioritas utama karena semuanya dapat disetting sedemikian rupa.
Menjadi sosok yang digemari, mempunyai banyak fans dan digandrungi semua orang siapa yang tidak tergiur. Hal tersebut juga berimbas pada industri hiburan di tanah air yang berlomba-lomba menampilkan acara semacam itu demi menyedot perhatian pemirsa. Secara otomatis mesin pencetak uang pun bisa mereka miliki. Sehingga tidak salah jika acara-acara tersebut menempati rating teratas dengan jumlah pemirsa paling banyak.
Sangatlah berbeda jika tayangan yang disajikan oleh insan pertelevisian tersebut adalah acara-acara yang berbau pendidikan. Padahal efek yang ditimbulkan pun sangatlah berbeda. Hal tersebut secara tidak langsung menganaktirikan hal-hal yang berbau nonhiburan. Bisa dilihat dengan sangat terbatasnya acara-acara yaang menyajikan unsur pendidikan di situ.
Image yang ditimbulkan pun juga berubah terlebih bagi masyarakat awam. Beranggapan bahwasannya mengapa harus bersusah payah bersekolah setinggi mungkin jika dengan bermodal penampilan menarik, harta melimpah bisa diraih yaitu dengan menjadi seorang artis. Hal tersebut berdampak adanya kesenjangan antara kedua profesi yang sangat berbeda. Profesi sebagai artis yang sangat dielu-elukan oleh sebagian besar masyarakat daripada ilmuwan atau orang-orang pandai.
Banyak sekali contohnya ilmuwan yang lebih memilih mengabdikan diri di luar negeri daripada di dalam negeri. Pak BJ. Habibie yang notabene orang dengan IQ tertinggi di Indonesia lebih memilih tinggal di Jerman dan mengaplikasikan ilmunya di sana daripada di Indonesia. Nampaknya pemerintah kurang memberikan apresiasi atau semacam penghargaan untuk mereka yang memiliki segudang prestasi di bidang akademik Karena orang-orang ahli dan cakap di bidangnya lebih dibutuhkan terutama untuk mengatasi problem-problem yang sedang dihadapi oleh bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar