Minggu, 22 Januari 2012

Potret Pemimpin Ideal

Presented by Kareen el-Qalamy

“Sungguh beruntung sekali jika negeri ini memiliki seorang pemimpin layakny Umar bin Khattab”,pikirku setelah melihat film Umar bin Khattab. Subhanallah, sungguh kepribadian yang mencerminkan sesosok pemimpin yang ideal. Mengapa tidak, beliau sang Amirul Mukminin sangatlah tidak rela jika masih ada rakyatnya yang menderita, hidup di bawah garis kemiskinan. Oleh karena itu hampir tiap malam dengan ditemani seorang sahabat, beliau berkeliling melihat kondisi masyarakatnya. Apakah ada yang masih memerlukan bantuan ataukah tidak.
Sampailah beliau di salah satu rumah seorang warga. Dikarenakan terkejut mendengar suara tangisan anak dari luar, akhirnya Umar bin Khattab memutuskan untuk singgah sejenak di rumah tersebut. Setelah dibukakan pintu, munculah seorang wanita paruh baya ditemani dengan dua orang anaknya. Sang anak sudah tertidur pulas sedangkan ibu terlihat sedang memasak. Akan tetapi masakannya tersebut tidak akan pernah matang, karena ternyata yang dimasak adalah batu. Ibu melakukan itu agar menenangkan hati buah hatinya supaya tidak terus-menerus merengek minta makan dan akhirnya tertidur dengan sendirinya dikarenakan terlalu lama menunggu masakannya matang
Dengan meluapkan kekesalannya, ibu tersebut menyalahkan sang Khalifahlah yang membuat keadaan perekonomian keluarganya seperti sekarang ini. Ibu tersebut beranggapan sebagai seorang pemimpin, Umar sudah selayaknya melayani masyarakat yaang masih sangat membutuhkan bantuan. Sang ibu tidak tahu bahwasannya seseorang yang ada dihadapannya tersebut adalah Umar bin Khatab. Timbullah rasa bersalah dibenak sang Khalifah, beliau lantas segera berpamitan untuk kembali. Disertai langkah cepat beliau menuju lumbung tempat penyimpanan persediaan bahan makanan. Sang Khalifah takut kalau tidak segera memberi bantuan kepada warganya, tidak ada yang bisa menjamin bahwasannya beliau masih hidup sampai besok pagi. Bisa saja Allah mencabut nyawanya kapanpun. Sungguh kepribadian yang sangat menakjubkan, segera menyelesaikan urusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak khususnya bagi warganya tanpa sedikitpun ada niatan untuk menunda-nunda.
Tidak tanggung-tanggung, Umar dengan tangannya sendiri memasukkan gandum ke dalam karung dan beberapa bahan makanan yang lain. Setelah itu beliau sendiri juga yang mengantarkan karung yang sudah penuh dengan bahan makanan tersebut menuju rumah sang ibu. Sesampainya di sana, alangkah bahagianya sang ibu. Tidak hanya sampai di situ pelayanan yang diberikan oleh sesosok pemimpin kepada rakyatnya. Bahkan beliau sendiri yang memasak bahan makanan yang dibawanya tadi agar segera dapat dinikmati. Akhirnya anak-anak dan ibu tersebut dapat menghilangkaan rasa lapar yang sedari tadi sudah sangat mendera. Sang ibu mengucapkan banyak terima kasih tanpa mengetahui bahwasannya Umar bin Khattab yang telah memberi bantuan adalah pemimpinnya selama ini.
Kisah yang sangat luar biasa. Cocok sekali untuk cerminan dan bahan renungkan tentang sosok pemimpin ideal itu seperti apa. Apabila kita bandingkan dengan mereka-mereka yang duduk di kursi pemerintahan, bagaimana pendapatnya? Pasti sudah bisa menafsirkan sendiri. Seperti yang telah dikatakan di awal paragraf pertama, berandai-andai sejenak jika negeri ini mempunyai pemimpin seperti Umar, kondisi yang dialamipun pasti sangat berbeda. Tentu tidak ada rakyat yang menderita dengan alasan tidak bisa tercukupinya kebutuhan sehari-hari.
Memang kondisinya sangatlah berbeda. Jika mengamati tingkah polah para pemimpim negeri ini sangatlah membuat pusing tujuh keliling. Mengapa tidak? Sebagai contoh di tengah-tengah keadaan perekonomian carut marut seperti sekarang, masih sempat-sempatnya para anggota dewan melakukaan hal yang tidak penting, yaitu merenovasi ruang sidang hingga menelan biaya yang sangat tidak sedikit. Padahal di luar sana masih banyak permasalahan di masyarakat yang harus diprioritaskan untuk diselesaikan.
Kira-kira di mana kepekaan para pemimpin terhadap permasalahan yang dialami oleh rakyat sehingga mereka bisa mengambil keputusan yang seharusnya memihak rakyat. Infrastruktur, fasilitas, sarana dan prasarana umum yang mestinya diprioritaskan. Jalan-jalan rusak, jembatan putus, gedung-gedung sekolah tidak layak pakai dan lain-lain, banyak dijumpai bahkan hampir di setiap daerah tidak segera diperbaiki. Anggaran yang ada seharusnya bisa dialokasikan untuk memperbaiki apa-apa yang secara langsung bisa dinikmati oleh rakyat malah dipakai untuk memenuhi kebutuhan pribadi para pemimpim tanpa memperhatikan bagaimana nasib rakyat kecil.
Tidak mengherankan karena sudah terlalu jengkel dengan ulah para pemimpin tersebut, bahkan ada yang rela melakukan aksi bakar diri di depan istana kepresidenan demi menuntut hak-hak rakyat yang sudah semestinya mereka dapatkan. Hal tersebut menandakan apakah kepekaan pemimpin terhadap penderitaan rakyat semakin berkurang atau malah para pemimpin sudah tidak lagi memiliki perasaan sehingga mereka seenaknya melakukan apa saja sesuka hati mereka tanpa memperhatikan nasib hajat hidup orang banyak?
Entah rakyat sendiri harus berbuat seperti apa lagi untuk menyadarkan pemimpin mereka. Salah satunya dengan do’a yang dipanjatkan oleh seluruh rakyat agar para pemimpin segera sadar kembali ke jalan yang benar dan dapat memimpim secara bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar