Minggu, 31 Agustus 2014

Antara Keluarga, Karir dan Dakwah



Presented by Kareen el-Qalamy



           Terkadang aku bingung. Bingung dengan kondisi dan lingkungan yang kuhadapi sekarang. Karena memang sangatlah berbeda. Dunia yang kuhadapi dahulu dengan sekarang. Dulu duniaku penuh akan idealisme yang menggebu-gebu, berkobarnya semangat akademis untuk menggapai cita-cita yang tinggi. Dibandingkan dengan sekarang, seakan-akan semuanya berubah. Sekarang, idealisme yang pernah kujaga tidak sedikit terbentur dengan realitas kehidupan. Sepertinya menuntut ketrampilan tersendiri untuk mensinergikan idealisme yang ada dengan realitas yang terjadi di lapangan.
            Dulu, dunia dimana aku dituntut untuk fokus pada akademis dan berkontribusi penuh untuk dunia dakwah kampus. SDMnya pun secara otomatis teman-teman seusiaku kebanyakan. Kalaupun ada yang lebih tua atau lebih muda, paling – paling empat tahun di atasku atau di bawahku.
Sekarang, aku lebih dituntut untuk fokus memikirkan masa depanku. Jadi, apa – apa yang kulakukan sekarang mau tidak mau juga sebagai tahapan untuk meraih masa depan yang kuinginkan. Dilihat dari SDMnya, aku sekarang berinteraksi dengan mereka – mereka yang rentang usianya jauh di atasku atau bahkan jauh di  bawahku. Jauh di atasku karena aku berinteraksi dengan para ummahat – ummahat yang notabene sudah mempunyai anak. Sedangkan jauh di bawahku yaitu dengan adik – adik seusia SMP-SMA. Kalau sudah dibenturkan dengan kondisi seperti ini memang dituntut lebih bisa menempatkan posisi untuk mengembangkan kapasitas bersosialisasi dengan luwes.
Di sisi lain aku bersyukur karena menjumpai masa-masa seperti ini. Masa – masa di mana aku bisa belajar pengalaman dari para ummahat, terutama dalam bidang mengurus keluarga, karir dan dakwah. Karena ummahat – ummahat yang kujumpai bukanlah sekadar ummahat sembarangan. Bukanlah sekadar ummahat yang mengurusi kehidupan rumah tangganya saja. Di samping mengurusi kehidupan rumah tangga, mereka juga dituntut untuk membantu suami dalam hal menopang perekonomian keluarga dan hal yang lebih spesial lagi, mereka juga masih meluangkan waktunya untuk memikirkan kondisi umat. Jadi, kegiatan yang dilakukan oleh para ummahat tidak sekadar kegiatan yang berbau keduniawian semata, tetapi juga kegiatan yang bernafaskan dakwah.
Melihat fenomena seperti ini nampaknya semakin menambah rasa optimisku. Optimis bahwasannya kelak aku juga harus bisa seperti mereka. Tawazun antara keluarga, karir dan dakwah. Namun, itu semua juga tidak terlepas dari laki-laki yang akan kudampingi nanti. Apakah memberikan izin bagiku untuk berkarir dan berdakwah selain mengurusi keluarga. Oleh sebab itu pemilihan calon suami hendaknya dilakukan secara selektif. Dilihat dulu apakah nantinya sang suami akan bisa mendukung masa depan yang sudah kurancang. Masa depan yang menggabungkan tiga dunia, keluarga, karir dan dakwah. Maka dari itu berikhtiar untuk mendapatkan suami yang sevisi dan semisi harus terus dilakukan agar masa depan yang kuimpikan bisa kuraih bersama dengan suami. Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar