Dinamika pendidikan di tanah air semakin menarik saja
kalau disimak lebih lanjut. Apalagi di hadapkan dengan perkembangan zaman.
Perkembangan zaman yang mengharuskan sistem pendidikan yang ada harus bisa
mengakomodir apa-apa yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Kalau
melihat dari segi kondisi peserta didik, tidak semua peserta didik memiliki
kondisi baik itu fisik dan psikis yang sama. Tidak menjadi halangan jika apa
yang dihadapi adalah peserta didik yang mempunyai kesehatan jasmani dan ruhani
yang sehat dan normal. Namun akan menjadi tantangan tersendiri jika apa yang
dihadapi adalah peserta didik yang lain dari pada yang lain. Lain daripada yang
lain yang dimaksudkan di sini adalah peserta didik yang memiliki kebutuhan
khusus.
Anak
Kebutuhan Khusus (ABK) di sini adalah peserta didik yang mengalami kondisi
abnormal. Mempunyai perbedaan dibandingkan dengan kondisi peserta didik pada
umumnya, entah dilihat dari kesehatan jasmani atau kesehatan emosionalnya.
Misal peserta didik yang memiliki cacat fisik, cacat mental atau bahkan
kecerdasan yang melebihi standar.
Karena tidak semua kebutuhan khusus ini mengarah ke
hal-hal yang bersifat cacat atau kekurangan. Anak yang hiperaktif juga bisa
digolongkan menjadi ABK. Salah satunya adalah dengan mengubah sistem yang ada
disesuaikan dengan kondisi mereka. Bukannya malah mereka yang harus
mmenyesuaikan dengan sistem yang ada, karena itu sangatlah mustahil
Oleh
sebab itu ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan, bagaimana
caranya bisa mengakomodir mereke secara keseluruhan. Sehingga sekarang ini
munculah istilah sekolah inklusif yang memang dikhusukan bagi mereka agar tetap
isa membaur dengan peserta didik yang normal. Pembahasan selanjutnya mencoba
menjelaskan terkait tentang pendidikan inklusif.
A. Pentingnya
Pendidikan Inklusif
Pendidikan
inklusif sangat penting demi menunjang kemajuan pendidikan bagi siswa
berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusif sebagai upaya pemerintah untuk
memfasilitasi siswa berkebutuhan khusus agar mampu menyesuaikan pembelajaran
seperti pada siswa normal.
B. Landasan
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Aturan
dari dinas pendidikan nasional kepada sekolah- sekolah dalam hal ini masih
terbatas pada sekolah tertentu yang mampu untuk memfasilitasi pelayanan
pendidikan bagi siswa inklusi.
C. Perkembangan
Pendidikan Inklusi Di Dunia Dan Indonesia
Seperti diketahui bersama, pendidikan
inklusi di Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan pendidikan
inklusi di Negara maju. Hal ini karena keterbatasan perhatian pemerintah
terhadap siswa berkebutuhan khusus dari psikologi dan kognitif.
Di Indonesia, siswa dibebankan dengan
kurikulum yang sangat memberatkan terhadap siswa karena mereka dituntut untuk
memahami dan wajib lulus ujian mata pelajaran yang kemungkinan besar tidak
sesuai dengan bidang yang diminatinya. Sementara itu, di Negara maju siswa
dibebaskan memilih bbidang yang diminatinya sehingga siswa tersebut sudah
diarahkan sejak awal agar mampu menyerap ilmu secara maksimal.
Untuk pendidikan inklusi di Negara maju
siswa telah difasililtasi dengan berbagai macam sarana dan prasarana yang
mendukung berlangsungnya pendidikan inklusi. Sedangkan di Indonesia pendidikan
inklusi masih memiliki banyak kendala. Seperti kurikulum yang belum sesuai, system
pendidikan inklusi, tenaga pengajar serta fasilitas pendukung pendidikan
inklusi yang belum memadai.
D. Urgensi
Pendidikan Matematika Inklusi
Pendidikan
matematika inklusif sangat penting dalam mamaksimalkan potensi anak
berkebutuhkan khusus dalam hal ini pada pembelajaran matematika. Pendidikan
matematika inklusif juga berperan dalam pemberian porsi yang sesuai dengan
kemampuan masing-masing siswa.
E. Perbedaan
Pembelajaran Matematika Biasa dengan Pembelajaran Matematika Inklusif
Dalam
pembelajaran matematika biasa, guru cenderung manganggap sama kemampuan masing-
masing siswa sehingga untuk siswa berkebutuhan khusus (dalam hal ini siswa slow
learner) dan siswa dengan kemampuan diatas rata- rata kurang mendapatkan
perhatian. Sedangkan dalam pembelajaran matematika inklusif, pembelajaran
dilakukan dengan memberikan pendekatan khusus dalam pembelajarannya.
Berdasarkan
observasi yang dilakukan di MAN Maguwoharjo, pembelajaran matematika inklusif
dilakukan dengan pendekatan terhadap siswa secara langsung. Guru memberikan
perhatikan lebih kepada siswa berkebutuhan khusus. Alat peraga digunakan dalam
memudahkan pembelajaran, mengingat siswa berkebutuhan khusus di MAN Maguwohajo
adalah siswa tunanetra.
F. Perubahan
Yang Diperlukan Untuk Menjadi Pendidikan Matematika Inklusif
Dari
segi fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan inklusif. Tenaga pengajar siswa
berkebutuhan khusus diambil dari mata pelajaran matematika (normal). Namun
demikian disediakan pula tenaga ahli yang menangani siswa berkebutuhan khusus
tersebut. Misalnya pada saat ujian, siswa berkebutuhan khusus mendapatkan
fasilitas penunjang berupa pembacaan soal oleh guru pendamping serta guru
khusus yang bertugas dalam mengoreksi jawaban ujian. Selain itu, sekolah
menyediakan tanda khusus berupa lantai dengan model khusus untuk mempermudah
siswa berkebutuhan khusus mengetahui ruangan yang ada didekatnya.
G. Hambatan
dan Tantangan Pendidikan Matematika Inklusif
1. Hambatan
Penyelenggaraan Pendidikan Matematika Inklusif di MAN Maguwoharjo
a. Sarana
dan prasarana yang masih terbatas.
b. Tenaga
pendidik umumnya berasal dari guru mata pelajaran (secara umum) sehingga kurang
berkompeten dalam menangani siswa berkebutuhan khusus.
c. System
pendidikan inklusif yang belum sesuai sebagaimana model sekolah inklusif.
d. Penyelenggaraan
ujian siswa berkebutuhan khusus sebagian telah dikelompokkan, namun demikian
ada pula siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti ujian bersama dengan siswa
normal.
e. Soal
antara siswa berkebutuhan khusus disamakan dengan soal untuk siswa normal
sehingga menyulitkan bagi siswa slow learner.
2. Tantangan
pendidikan matematika inklusif
a. Guru
mata pelajaran (normal) dituntut untuk bisa mengajar siswa normal dan siswa
berkebutuhan khusus secara bersamaan.
b. Guru
dituntut agar mampu memahami kondisi psikologi siswa secara keseluruhan (baik
dari siswa normal maupun siswa berkebutuhan khusus).
Dinamika pendidikan di tanah air semakin menarik saja
kalau disimak lebih lanjut. Apalagi di hadapkan dengan perkembangan zaman.
Perkembangan zaman yang mengharuskan sistem pendidikan yang ada harus bisa
mengakomodir apa-apa yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Kalau
melihat dari segi kondisi peserta didik, tidak semua peserta didik memiliki
kondisi baik itu fisik dan psikis yang sama. Tidak menjadi halangan jika apa
yang dihadapi adalah peserta didik yang mempunyai kesehatan jasmani dan ruhani
yang sehat dan normal. Namun akan menjadi tantangan tersendiri jika apa yang
dihadapi adalah peserta didik yang lain dari pada yang lain. Lain daripada yang
lain yang dimaksudkan di sini adalah peserta didik yang memiliki kebutuhan
khusus.
Anak
Kebutuhan Khusus (ABK) di sini adalah peserta didik yang mengalami kondisi
abnormal. Mempunyai perbedaan dibandingkan dengan kondisi peserta didik pada
umumnya, entah dilihat dari kesehatan jasmani atau kesehatan emosionalnya.
Misal peserta didik yang memiliki cacat fisik, cacat mental atau bahkan
kecerdasan yang melebihi standar.
Karena tidak semua kebutuhan khusus ini mengarah ke
hal-hal yang bersifat cacat atau kekurangan. Anak yang hiperaktif juga bisa
digolongkan menjadi ABK. Salah satunya adalah dengan mengubah sistem yang ada
disesuaikan dengan kondisi mereka. Bukannya malah mereka yang harus
mmenyesuaikan dengan sistem yang ada, karena itu sangatlah mustahil
Oleh
sebab itu ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan, bagaimana
caranya bisa mengakomodir mereke secara keseluruhan. Sehingga sekarang ini
munculah istilah sekolah inklusif yang memang dikhusukan bagi mereka agar tetap
isa membaur dengan peserta didik yang normal. Pembahasan selanjutnya mencoba
menjelaskan terkait tentang pendidikan inklusif.
A. Pentingnya
Pendidikan Inklusif
Pendidikan
inklusif sangat penting demi menunjang kemajuan pendidikan bagi siswa
berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusif sebagai upaya pemerintah untuk
memfasilitasi siswa berkebutuhan khusus agar mampu menyesuaikan pembelajaran
seperti pada siswa normal.
B. Landasan
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Aturan
dari dinas pendidikan nasional kepada sekolah- sekolah dalam hal ini masih
terbatas pada sekolah tertentu yang mampu untuk memfasilitasi pelayanan
pendidikan bagi siswa inklusi.
C. Perkembangan
Pendidikan Inklusi Di Dunia Dan Indonesia
Seperti diketahui bersama, pendidikan
inklusi di Indonesia masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan pendidikan
inklusi di Negara maju. Hal ini karena keterbatasan perhatian pemerintah
terhadap siswa berkebutuhan khusus dari psikologi dan kognitif.
Di Indonesia, siswa dibebankan dengan
kurikulum yang sangat memberatkan terhadap siswa karena mereka dituntut untuk
memahami dan wajib lulus ujian mata pelajaran yang kemungkinan besar tidak
sesuai dengan bidang yang diminatinya. Sementara itu, di Negara maju siswa
dibebaskan memilih bbidang yang diminatinya sehingga siswa tersebut sudah
diarahkan sejak awal agar mampu menyerap ilmu secara maksimal.
Untuk pendidikan inklusi di Negara maju
siswa telah difasililtasi dengan berbagai macam sarana dan prasarana yang
mendukung berlangsungnya pendidikan inklusi. Sedangkan di Indonesia pendidikan
inklusi masih memiliki banyak kendala. Seperti kurikulum yang belum sesuai, system
pendidikan inklusi, tenaga pengajar serta fasilitas pendukung pendidikan
inklusi yang belum memadai.
D. Urgensi
Pendidikan Matematika Inklusi
Pendidikan
matematika inklusif sangat penting dalam mamaksimalkan potensi anak
berkebutuhkan khusus dalam hal ini pada pembelajaran matematika. Pendidikan
matematika inklusif juga berperan dalam pemberian porsi yang sesuai dengan
kemampuan masing-masing siswa.
E. Perbedaan
Pembelajaran Matematika Biasa dengan Pembelajaran Matematika Inklusif
Dalam
pembelajaran matematika biasa, guru cenderung manganggap sama kemampuan masing-
masing siswa sehingga untuk siswa berkebutuhan khusus (dalam hal ini siswa slow
learner) dan siswa dengan kemampuan diatas rata- rata kurang mendapatkan
perhatian. Sedangkan dalam pembelajaran matematika inklusif, pembelajaran
dilakukan dengan memberikan pendekatan khusus dalam pembelajarannya.
Berdasarkan
observasi yang dilakukan di MAN Maguwoharjo, pembelajaran matematika inklusif
dilakukan dengan pendekatan terhadap siswa secara langsung. Guru memberikan
perhatikan lebih kepada siswa berkebutuhan khusus. Alat peraga digunakan dalam
memudahkan pembelajaran, mengingat siswa berkebutuhan khusus di MAN Maguwohajo
adalah siswa tunanetra.
F. Perubahan
Yang Diperlukan Untuk Menjadi Pendidikan Matematika Inklusif
Dari
segi fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan inklusif. Tenaga pengajar siswa
berkebutuhan khusus diambil dari mata pelajaran matematika (normal). Namun
demikian disediakan pula tenaga ahli yang menangani siswa berkebutuhan khusus
tersebut. Misalnya pada saat ujian, siswa berkebutuhan khusus mendapatkan
fasilitas penunjang berupa pembacaan soal oleh guru pendamping serta guru
khusus yang bertugas dalam mengoreksi jawaban ujian. Selain itu, sekolah
menyediakan tanda khusus berupa lantai dengan model khusus untuk mempermudah
siswa berkebutuhan khusus mengetahui ruangan yang ada didekatnya.
G. Hambatan
dan Tantangan Pendidikan Matematika Inklusif
1. Hambatan
Penyelenggaraan Pendidikan Matematika Inklusif di MAN Maguwoharjo
a. Sarana
dan prasarana yang masih terbatas.
b. Tenaga
pendidik umumnya berasal dari guru mata pelajaran (secara umum) sehingga kurang
berkompeten dalam menangani siswa berkebutuhan khusus.
c. System
pendidikan inklusif yang belum sesuai sebagaimana model sekolah inklusif.
d. Penyelenggaraan
ujian siswa berkebutuhan khusus sebagian telah dikelompokkan, namun demikian
ada pula siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti ujian bersama dengan siswa
normal.
e. Soal
antara siswa berkebutuhan khusus disamakan dengan soal untuk siswa normal
sehingga menyulitkan bagi siswa slow learner.
2. Tantangan
pendidikan matematika inklusif
a. Guru
mata pelajaran (normal) dituntut untuk bisa mengajar siswa normal dan siswa
berkebutuhan khusus secara bersamaan.
b. Guru
dituntut agar mampu memahami kondisi psikologi siswa secara keseluruhan (baik
dari siswa normal maupun siswa berkebutuhan khusus).
Dari
pemaparan di atas, telah diketahui seluk beluk sekolah inklusif. Mulai dari
perkembangannya sampai hambatan dan rintangan yang dihadapi. Perkembangan
sekolah inklusif yang memang dipelopori di luar negeri hingga akhirnya merambah
ke Indonesia. Sampai sekarang pun masih perlu banyak perbaikan dari segala
sisi. Entah itu dari kurikulum yang diberlakukan sampai sarana dan prasarana
yang dibutuhkan apa saja.
Persiapan
untuk menuju sekolah inklusif memang banyak hal yang perlu dipersiapkan.
Harapannya setelah diketahui hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh sekolah
inklusif, bisa segera dicari penyelesaian terbaik khususnya dalam pembelajaran
matematika.
Memang dibutuhkan perhatian khusus kepada siswa ABK
ketika belajar matematika. Semoga pemerintah dapat mengambil kebijakan terbaik
demi terselenggaranya pendidikan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.