Rabu, 08 Februari 2012

Dilema BBM

Created by Kareen el-Qalamy


Indonesia terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya. Beraneka ragam sumber daya alam tersedia di sini. Baik itu yang berjenis sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Tinggal bagaimana warga negara Indonesia entah itu pemerintah dan masyarakat dapat mengelola sumber daya alam tersebut dengan semestinya.
Sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi,”Sumber daya alam dikelola oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”, sangat jelas bahwasannya yang mempunyai wewenang untuk mengelola sumber daya alam yang adalah pemerintah. Itu pun ditujukan demi kemakmuran masyarakatnya. Namun, yang masih menjadi tanda tanya di sini adalah apakah benar sumber daya alam tersebut sudah diperuntukkan demi kesejahteraan masyarakatnya? Sepertinya masih ada yang perlu dikoreksi.
BBM (Bahan Bakar Minyak) sudah menjadi istilah yang populer, bahkan sejak dulu malah. Apalagi di dunia perekonomian Indonesia tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Naik turunnya kondisi ekonomi internasional juga tidak bisa terlepas dari pengaruh harga penjualan minyak dunia. Salah satu jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ini memang menyita perhatian masyarakat dunia. Sampai-sampai negara adidaya seperti Amerika Serikat tergiur untuk menguasai tambang minyak terbesar yang ada di negara Timur Tengah, sehingga timbul beberapa konflik dengan beberapa negara seperti Irak dan Iran.
Memang tidak mengherankan demi mendapatkan sumber minyak sampai timbul konflik bahkan peperangan atau gencatan senjata. Konspirasi-konspirasi besar pun turut ikut campur di balik layar setiap konflik yang terjadi.
Melihat realita yang terjadi membuktikan bahwa betapa pentingnya BBM bagi kehidupan manusia. Terlebih lagi di dunia transportasi, hampir tidak bisa terlepas dengan yang namanya ketersediaan BBM. Tidak bisa dibayangkan jika BBM tiba-tiba menghilang dari muka bumi. Hal tersebut dapat terjadi mengingat BBM termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Jadi, ketersediaannya di bumi pun terbatas.
Fenomena kelangkaan BBM yang sering melanda Indonesia saja sudah menyebabkan masyarakat kalang kabut. Kalaupun ada, tentu harganya selangit. Untuk mengantisipasi melonjaknya harga BBM upaya yang dilakukan pemerintah sejak dahulu selain mencari sumber energi alternatif juga memberikan subsidi terhadap kenaikan harga BBM.
Pemberian subsidi memang memberikan keuntungan tersendiri terhadap masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Karena, masyarakat tidak perlu membeli BBM dengan patokan harga yang relatif mahal. Hal tersebut tentunya sangat sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat yang rata-rata berpenghasilan di bawah standar pendapatan perkapita yang layak.
Memang, satu persatu permasalahan dapat tertangani dengan pemberian subsidi BBM. Namun, di sisi lain timbul beberapa permasalahan yaitu berkenaan dengan anggaran negara yang semakin membengkak. Karena pemberian subsidi BBM ternyata mengakibatkan pemborosan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nassional (APBN). Ditambah lagi mayoritas masyarakat yang menikmati subsidi BBM adalah mereka-mereka yang notabene keadaan ekonominya menengah ke atas atau para konglomerat.
Pemerintah lantas mencari solusi lain atas munculnya permasalahan tersebut. Seperti halnya permasalahan kelangkaan minyak tanah, yang akhirnya pemerintah mengambil tindakan untuk mengkonversikan minyak tanah ke pemakaian gas LPG. Itu pun usaha yang tidak mudah karena mempertimbangkan banyak hal. Dan, kebijakan tersebut nampaknya akan diterapkan kembali pada pemakaian BBM, yang rencananya akan dikonversikan ke BBG.
Dari segi kuantitas memang ketersediaan gas di alam lebih banyak dibandingkan dengan minyak. Dari segi pemakaian dan pemanfaatannya pun gas masih kalah populer dengan minyak, sehingga perlu adanya usaha pendayagunaan gas agar lebih bermanfaat di kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu bisa sekaligus menjadikan gas sebagai upaya energi alternatif pengganti minyak.
Namun, sepertinya usaha pemerintah tersebut bukannya tanpa kendala. Karena kalau melihat kendaraan transportasi yang beroperasi di Indonesia semuanya masih menggunakan BBM yang berjenis premium. Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan suatu alat yang bisa dipakai untuk mengubah bahan bakar mobil yang awalnya memakai premium diganti memakai gas, dan pemerintah telah menyediakannya tentu dengan harga yang sangat mahal. Bagi mereka yang tidak memilih untuk membeli alat konversi tersebut, diberi alternatif untuk mengganti bahan bakar premium menjadi pertamax yang harganya juga lebih mahal.
Kebijakan ini dilakukan karena pemerintah ingin mengurangi subsidi BBM dan diberlakukan bagi pemilik kendaraan pribadi beroda empat. Nampaknya, pemerintah sudah bulat dengan keputusan ini yang katanya akan diberlakukan pada bulan April 2012. Semoga dengan waktu yang tinggal beberapa bulan lagi ini pemerintah dapat mempersiapkan segalanya dengan baik. Jangan sampai masyarakat dibuat pusing atas kebijakan yang telah diberlakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar