Presented by Kareen el-Qalamy
Terkadang
masih belum percaya, apakah ini kenyataan atau hanya sekadar mimpi? Hari Jum’at
tanggal 25 September pukul 08.00 menjadi salah satu hari bersejarah dalam
hidupku. Ikrar yang tidak lebih dari tiga menit itu secara tidak langsung
mengubah seluruh kehidupanku selanjutnya. Mendampingi seseorang yang sebelumnya
asing buatku.
Berawal dari kegagalanku dari proses
pertama dengan seorang ikhwan. Itu lantas tidak membuatku berputus asa untuk
terus berikhtiar menjemput jodoh. Teringat dengan tawaran ikhwan dari seorang
ustadz sebelum aku memutuskan untuk menjalani proses pertama. Aku pun
memberanikan diri menanyakan apakah ikhwan yang beliau tawarkan itu masih
sendiri atau tidak. Ternyata ustadz memberikan jawaban bahwasannya ikhwan yang
beliau tawarkan dahulu masih sendiri. Dengan niatan karena Allah, akhirnya aku
memutuskan untuk bersedia beliau proseskan dengan ikhwan tersebut.
Proses kedua tahap pertama pun
dimulai. Dengan ustadz sebagai perantara atau orang ketiga, aku meminta untuk
bertukar biodata terlebih dahulu. Biodata yang tidak hanya berisikan identitas
saja tetapi lebih mendetail sekaligus hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
pasca menikah. Tidak lupa juga mencantumkan foto full badan dan setengah badan.
Awalnya biodataku yang aku kirimkan terlebih dahulu kepada ikhwan tersebut agar
dia bisa mempertimbangkan untuk lanjut ke tahap selanjutnya atau tidak. Tidak
disangka-sangka setelah membaca biodata dariku, ikhwan tersebut memutuskan
untuk lanjut ke tahap selanjutnya.
Setelah itu giliran biodata ikhwan
tersebut dikirimkan kepadaku. Taklupa aku memberikan tenggang waktu tiga hari
untuk memberikan jawaban atas keputusanku. Selesai aku membaca biodata ikhwan
tersebut, giliran orang tuaku yang membaca. Aku ingin orang tuaku tahu sejak
awal terkait siapa ikhwan yang bersedia meminangku. Sehingga jawaban yang aku
berikan tidak hanya datang dari keputusanku sendiri tetapi juga berdasarkan
pertimbangan orang tuaku. Ternyata orang tuaku setuju jika aku menikah dengan
ikhwan itu, alhamdulillah....
Restu dari orang tua sudah
kuperoleh. Namun aku tidak tergesa-gesa untuk segera menyampaikan jawabanku
kepada ustadz perihal proses dengan ikhwan tersebut. Walaupun jujur dalam hati
aku sendiri juga siap untuk lanjut ke tahap selanjutnya. Lantas aku berusaha untuk
menanyakan terlebih dahulu kepada sang pemilik hati yaitu Rabb semesta alam.
Karena Dia-lah yang Maha Tahu apa-apa yang terbaik buatku. Toh doa yang
kupanjatkan selama ini, aku hanya ingin meminta yang terbaik dalam segala
urusan. Apalagi urusan jodoh, aku memohon dipilihkan seorang ikhwan terbaik
menurut Allah untuk menjadi imamku. Sedikitpun aku tidak pernah meminta secara
khusus dengan menyebutkan nama salah seorang ikhwan misalnya, walaupun dulu aku
mengenal banyak ikhwan di kampus.
Setiap selesai sholat aku
mencurahkan isi hatiku dan menceritakan proses keduaku kepada Rabbku. “Jika memang ikhwan ini adalah yang terbaik
buatku ya Rabb...maka lancarkan dan mudahkan proses ini hingga hari-H, jika
ikhwan ini tidak baik buatku maka jauhkanlah, Engkau pasti akan memberikan yang
terbaik buatku.” Dengan berurai air mata selalu kupanjatkan isi doa
tersebut, berharap memperoleh jawaban terbaik dari-Nya.
Hari ketiga yang kujanjikan pun
datang. Aku harus segera memberikan keputusan. Bismillah....akhirnya aku memutuskan untuk lanjut ke tahap kedua.
Tahap kedua orang tuaku ingin berkenalan secara langsung dengan ikhwan
tersebut. Lantas aku meminta tolong kepada ustadz untuk mengkomunikasikan
dengan ikhwan tersebut. Ditentukan hari dimana ikhwan tersebut datang pertama
kalinya ke rumahku. Pada tahap kedua alhamdulillah
diberikan kelancaran oleh-Nya. Orang tuaku juga semakin mantap setelah
melihat akhlak dan kepribadian ikhwan tersebut. Lanjut ke tahap tiga, aku
meminta ikhwan tersebut datang untuk kedua kalinya dengan mengajak orang
tuanya.
Ikhwan tersebut datang bersama
dengan bapaknya selang sebulan setelah tahap kedua. Setelah berbincang-bincang
lama antar orang tua dari kedua belah pihak, dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya orang tua ikhwan tersebut menginginkan kakaknya terlebih dahulu
yang menikah. Ikhwan tersebut anak kedua, mesih mempunyai kakak laki-laki yang
juga belum menikah. Saat itu aku merasakan ini adalah ujian yang harus kutempuh
untuk proses keduaku di samping aku harus menyelesaikan studi Magister. Aku pun
merasakan tingkat kepasrahan kepada Rabbku semakin meningkat. Toh kalaupun ikhwan tersebut Engkau ciptakan
untukku, pasti akan bertemu suatu saat nanti.
Hari-hari pun berlalu, hingga tiba
saatnya aku dapat menyelesaikan studi Magister ditandai dengan upacara wisuda.
Rasa syukur kupanjatkan karena syarat dari orang tuaku agar aku menikah setelah
wisuda pun terlaksana. Tinggal satu syarat lagi dari orang tua ikhwan tersebut
yang menginginkan agar kakaknya menikah terlebih dahulu. Ah....bukan bermaksud
berputus asa, tetapi menyerahkan semuanya pada Allah akan lebih menentramkan
hati.
Waktu terus berjalan, sampai tiba di
hari raya Idul Fitri. Keluargaku berinisiatif untuk bergantian silaturahim ke
keluarga ikhwan tersebut. Sesampainya di rumah ikhwan tersebut, sambutan hangat
dari keluarganya sangatlah terasa, langsung akrab. Hingga tibalah pada
pembicaraan serius terkait rencanaku untuk akad terlebih dahulu sedangkan
resepsinya menyusul. Keluarga ikhwan setuju dan tanpa disangka diiringi
pernyataan bahwa tidak apa-apa jika ikhwan tersebut menikah terlebih dahulu
mendahului kakaknya.
Seakan-akan ada kelegaan dalam hati.
Alhamdulillah....terima kasih ya Rabb...
pembicaraan pun berlanjut sampai pada penentuan hari-H akad dan resepsi.
Walaupun begitu, aku tetap tidak pernah berhenti berdoa, berdoa untuk meminta
yang terbaik untuk akhirnya nanti. Karena apapun bisa terjadi menjelang hari-H.
Aku pun juga berusaha menjaga hati agar tidak muncul pengharapan berlebihan
kepada ikhwan tersebut walaupun statusku sudah dikhitbah olehnya.
Hari demi hari berlalu, terkadang
terasa lama, terkadang terasa cepat. Terasa lama karena tidak sabar untuk
menyambut hari bahagia itu, terasa cepat karena itu tandanya sebentar lagi aku
akan meninggalkan keluargaku untuk membersamai suami. Hingga akhirnya hari
bahagia itu pun tiba...
Terima
kasih ya Rabb...rasa syukurku tiada terkira...
Engkau
anugerahkan kepadaku seorang lelaki terbaik pilihan-Mu untuk menjadi imamku....
Semoga pernikahan yang
berlandaskan mengharap ridho-Mu ini membawa kebahagiaan baik di dunia maupun di
akhirat, aamiin....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar