Rabu, 29 Juli 2015

Ramadhan Perjuangan



Presented by Kareen el-Qalamy




          Lama sekali rasanya jari jemari ini tidak menari di atas key board. Minimal sekadar untuk meluapkan seluruh isi hati atau ide yang ada di kepala. Mungkin dikarenakan kesibukan lain yang cukup menyita perhatian, pikiran waktu dan tenagaku, namun aku tidak mau mengkambinghitamkan apapun itu. Aku ingin menggiatkan kembali aktivitas menulisku yang beberapa bulan vakum sejenak. Semoga tetap istiqomah menjadi pejuang pena.
            Vakum menulis membuat beberapa ide yang memenuhi pikiranku lewat begitu saja. Tidak sempat tertuang menjadi sebuah tulisan yang harapannya bisa menginspirasi setiap orang yang membacanya. Walaupun begitu, aku akan tetap mencoba merangkai ide-ide itu kembali.
            Dimulai dari datangnya bulan mulia, bulan penuh barakah, rahmat dan ampunan yaitu bulan Ramadhan. Sungguh diri ini sangat bersyukur kepada Allah karena telah mempertemukanku dengan bulan yang sangat kunanti-nanti kehadirannya. Bulan Ramadhan yang baru beberapa minggu meninggalkan kita merupakan Ramadhan penuh kesan yang sangat mendalam bagiku. Karena di bulan Ramadhanlah Engkau mengajarkan aku akan arti perjuangan, mengajarkan aku akan arti keikhlasan, mengajarkan aku akan arti berserah diri, mengajarkan aku akan arti berbagi.
Aku sangat merasakan perjuangan yang sangat luar biasa selama Ramadhan. Tidak salah jika Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan perjuangan buatku. Mengapa? Di saat orang lain mencurahkan seluruh jasad, hati dan pikiran untuk bisa khusyuk beribadah kepada Allah, aku tidak semudah itu. Selain aku harus fokus beribadah, aku juga dituntut harus fokus dalam penyelesaian studi Magisterku. Sungguh perjuangan yang sangat berat yang kurasakan saat itu, ditunutu harus bisa tawazun keduanya, antara ibadah dan studi.
Penyelesaian studi tidak semata-mata hanya ingin memperoleh nilai bagus dan mendapat gelar M.Pd, bukan itu. Dibalik penyelesaian studi ada makna mendalam yang memang harus kuperjuangkan, sehingga aku rela tidak merasakan kebersamaan Ramadhan di rumah dengan adik, orang tua dan teman-teman di desa. Makna mendalam tersebut adalah adanya unsur birul walidain di sana. Aku rela mengorbankan segalanya waktu, tenaga, pikiran dan hati demi senyuman yang terlukis di wajah orang tuaku yang ingin melihat anaknya berhasil. Selain itu aku juga tidak ingin menyusahkan orang tuaku lagi. Cukup ini yang terakhir kalinya aku menyusahkan mereka, atas segala pengorbanan yang orangtua berikan untukku, demi kebahagiaan anak-anaknya. Sebagai seorang anak, aku ingin sekali membahagiakan mereka. Akan tetapi sampai sekarang aku merasa belum bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka bahagia, belum bisa membalas semua pengorbanan mereka, walaupun itu tidak mungkin. Karena bagaimanapun juga kasih orang tua sepanjang jalan, sedangkan kasih anak hanya sepanjang galah.
Walaupun begitu aku tetap ingin berusaha untuk membahagiakan orang tuaku. Minimal dengan menuruti dan mengabulkan permintaan mereka. Asalkan tidak menyalahi perintah dan larangan-Nya, hal itu akan selalu kuperjuangkan. Termasuk salah satu keinginan orang tuaku adalah mereka ingin aku bisa menyelesaikan studi di semester ini, tepat tiga semester saja. Ramadhan juga merupakan waktu mustajab terkabulnya doa dengan niat awal penyelesaian studi demi birul walidain-ku, demi baktiku, demi cinta dan sayangku kepada kedua orang tuaku. Lantunan doa memohon kelancaran dan kemudahan selalu kupanjatkan. Juga intensitas interaksiku dengan Al-Qur’an semakin kutingkatkan. Walaupun aku disibukkan dengan penyelesaian studi, lantas tidak mengurangi semangat ibadahku untuk mendapatkan malam Lailatul Qodr. Target khatam Qur’an sebanyak dua kali alhamdulillah masih bisa kuraih meskipun tidak lepas dari yang namanya perjuangan.
Ditambah berkah Ramadhan yang kurasakan, alhamdulillah setiap proses yang kulalui serasa semakin dimudahkan oleh Allah hingga akhirnya aku bisa melalui proses sidang tesis di minggu terakhir Ramadhan. Rasa haru, senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang dan haru karena akhirnya aku bisa menjalani sidang tesis dengan hasil yang sangat memuaskan. Sedih karena mau tidak mau aku harus melewatkan momen i’tikaf di masjid saat kebanyakan orang berbondong-bondong melakukannya.
Ramadhan perjuangan, kesan yang kurasakan. Walaupun Ramadhan telah pergi, aku tetap merindukannya untuk bisa berjumpa kembali. Mungkin dengan kondisi yang masih sama (single) atau dengan kondisi berbeda dimana Allah telah mengirimkanku seorang imam yang nantinya bisa membimbing dan menuntunku untuk bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah, untuk bisa lebih mencintai Allah. Wallahu’alam. Mudahkan dan lancarkan proses ini ya Rabb... Aku hanya ingin laki-laki terbaik menurut pilihan-Mu. Izinkan aku untuk memantaskan diri, mempersiapkan diri dan untuk memperbaiki diri agar diri ini pantas bersanding dengan hamba-Mu yang sholih. Karena aku yakin, skenario-Mu yang lebih indah atas setiap hamba-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar