Presented by Kareen el-Qalamy
Hampir memasuki satu bulan di tahun 2014. Euphoria tahun baru
sepertinya masih hangat terasa. Malam tahun baru yang biasanya dirayakan dengan
sangat meriah berujung kemubadziran. Anggaran yang tentunya tidak sedikit
jumlahnya rela digelontorkan oleh pemerintah demi terselenggaranya kemeriahan
malam tahun baru.
Ketika malam
tahun baru terlewati dengan pesta pora dan keesokan harinya memasuki hari
pertama tahun baru mulai terasa dampaknya. Sampah berceceran di mana-mana akibat
sisa perayaan tahun baru. Tidak hanya itu dampak yang ditimbulkan setelah
perayaan malam tahun baru. Pagi hari di hari pertama yang seharusnya diawali
dengan penuh semangat terasa malas akibat begadang semalam suntuk. Begadang
untuk menanti detik-detik perayaan tahun baru yang biasanya diisi dengan acara
hiburan yang sifatnya hedonis.
Akan lebih
bermanfaat jika acara malam tahun baru diisi dengan introspeksi diri, merenungi
apa yang telah diperbuat dan dihasilkan selama satu tahun kemarin. Sekaligus
membuat planning apa saja yang akan
dikerjakan dan diraih selama satu tahun mendatang.
Apalagi
beberapa hari ini dikejutkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di awal
tahun ini. Dibuka dengan peristiwa naiknya harga gas LPG yang membuat hampir
seluruh masyarakat yang menggunakan gas LPG menjerit. Selain itu kondisi cuaca
di awal tahun yang nampaknya belum bersahabat. Terbukti dengan terjadinya cuaca
ekstrem di beberapa negara belahan dunia tidak terkecuali di Indonesia.
Beberapa
diantaranya aktivitas Gunung Sinabung yang ada di Sumatra Utara sejak tahun
2013 sampai sekarang masih terus bergeliat, bahkan beberapa hari ini
mengeluarkan semburan api vulkanik yang meluluhlantahkan daerah-daerah
sekitarnya. Kemudian disusul banjir yang melanda ibukota. Dimana banjir
tersebut memang sudah menjadi rutinitas tahunan setiap musim penghujan.
Sampai-sampai pemerintah kota dibuat bingung karena banjir. Segala upaya
dilakukan untuk menanggulangi banjir, namun nampaknya belum membuahkan hasil.
Banjir Jakarta belum usai, tiba-tiba disusul bencana banjir bandang yang
melanda Manado, Sulawesi Utara. Banjir bandang yang melanda Manado hampir
menyapu sebagian besar kota Manado.
Entah apa
yang tersirat di balik semua bencana yang terjadi. Sebagai manusia bencana yang
terjadi hendaknya menjadi cambukan dari Allah untuk segera kembali
mengingat-Nya. Mungkin selama ini kita telah lalai dari mengingat-Nya, ditambah
lagi semakin sering bermaksiat dan semakin sedikit beribadah kepada-Nya. Jangan
dibilang kesenangan sesaat ketika perayaan tahun baru lantas berubah menjadi
kesedihan berkepanjangan karena datangnya bencana. Bersenang-senang dahulu
bersusah-susah kemudian. Bagi pemerintah, anggaran tahun baru yang seharusnya
bisa dialokasikan untuk korban bencana habis sia-sia. Marilah bersama-sama
mengambil ibroh di balik bencana yang terjadi, jangan malah sibuk mencari
kambing hitam. Bencana yang terjadi tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja,
tetapi juga tanggung jawab kita semua untuk selalu memperhatikan firman-Nya. Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar