Created by Kareen el-Qalamy
Perjalanan hidup seorang wanita, belum terasa lengkap
apabila belum ada pendamping hidup di sisinya. Walaupun semua nikmat hidup
telah diraih, pendidikan dan karier telah didapat. Namun, masih terasa hampa
dan sepi jika belum ada imam yang bisa membimbingnya.
Do’a
dan ikhtiar selalu dilakukannya. Akan tetapi sepertinya waktu perjumpaan dengan
sang belahan jiwa belum kunjung datang. Dalam kondisi yang demikian ini dia
terus bersabar menjemput takdir dengan indah. Walaupun godaan terus
menghampiri, setan terus membisiki untuk mengotori proses sakral itu dengan
bermain api.
Kalaupun
hanya sekadar keinginan menikah sudah dari dulu pernikahan itu terjadi. Karena sudah berapa pria yang
berusaha untuk meminangnya namun ia tolak. Wanita itu tidak hanya sekadar menolak
tanpa adanya suatu kejelasan atau bahkan tanpa adanya suatu alasan. Wanita
tersebut menolak dengan alasan birul walidain. Toh menikah kan tidak hanya
sekadar bersatunya dua insan tetapi bersatunya dua keluarga. Kalau dari pihak
keluarga memberi restu insyaAllah sang wanita pun tidak masalah.
Saat
ini wanita itu berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan
kondisinya 2 tahun yang lalu. Jika mengingat kembali masa lalu 2 tahun silam,
wanita itu pernah menaruh harapan kepada seorang pria. Pria sholeh taat
beribadah, paham agama dan sangat menjaga adab pergaulan. 2 tahun silam wanita
tersebut tidak pernah lupa untuk memanjatkan permintaannya agar Allah
menjodohkan sang wanita dengan pria sholih itu.
Alhamdulillah Allah secara perlahan
membuka hatinya bahwa cara wanita tersebut meminta itu kurang benar. Kalau
minta dijodohkan itu sama saja memaksa Allah. Padahal kita hanya sekadar
manusia, makhluk penuh dosa, apa hak manusia memaksa Allah sang pemilik
manusia?
Untuk
sekarang sang wanita itu sadar, dia lantas sedikit demi sedikit berusaha
menghilangkan pengharapannya kepada pria sholih itu. Dia lantas berusaha untuk
bersikap ikhlas menerima siapapun yang nantinya Allah takdirkan untuknya.
Walaupun terkadang memori sang wanita terhadap pria sholih itu terkadang
muncul. Ketika memori terhadap pria itu muncul, sang wanita berusaha untuk
menepisnya kuat-kuat, dengan alasan jangan sampai pengharapan itu muncul
kembali. Namun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam sebenarnya sang wanita
masih mendambakan pria sholih itu.
Wanita
itu haanya bisa mencurahkan isi hatinya kepada sang pemilik hati, Allahlah yang
paling memahami segala isi hati. Satu pertanyaan yang masih bergelayut di dalam
pikirannya, apakah pria sholih tersebut memiliki perasaan yang sama seperti
halnya yang dirasakan oleh sang wanita? Tidak ada yang tahu kecuali pria sholih
itu dan Allah. Maka sang wanita itu membenahi cara berdo’a tidak dengan nada
pemaksaan kepada Allah, tetapi,”Jika Aku Boleh Bertanya”, apakah benar pria
sholih itu nanti yang akan menjadi jodohku (baca: sang wanita)? Kalaupun benar
ya Allah, maka dekatkanlah, tetapi jika tidak maka jauhkanlah, jangan sampai
hati dan pikiran sang wanita terkotori hanya karena teringat akan seseorang
yang belum pasti kelak menjadi miliknya ataukah tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar