Presented by Kareen el-Qalamy
Allah masih menyayangiku, selalu
terbersit dalam benakku jika mengingat sekelumit kisah. Kisahku dalam pencarian
cinta sejati. Cinta sejati seorang hamba kepada makhluk-Nya. Dengan harapan
cinta kepada makhluk-Nya bisa mengantarkan cintanya kepada cinta sang maha
cinta.
Semoga
bisa menjadi pelajaran kepada semua muslimah, khususnya bagi mereka yang masih
mengembara dalam penantian. Penantian yang tidak tahu kapan akan berakhir. Oleh
sebab itu bersabarlah dalam penantian karena yakinlah bahwa Allah akan memberikan
saat yang paling tepat. Saat yang tepat untuk mempertemukan dengan sang belahan
jiwa.
Namun
di tengah-tengah penantian tersebut akan banyak godaan datang silih berganti.
Diibaratkan seperti orang yang sedang berpuasa, tidak sabar untuk menanti saat
berbuka. Padahal di tengah-tengah penantian waktu berbuka, banyak sekali
godaan. Entah itu godaan dari internal pribadi maupun dari luar.
Seperti
apa yang tengah dialami olehku. Seorang siswi di salah satu SMA Negeri favorit
di kotaku. Saat itu aku sudah memiliki komitmen untuk tidak berpacaran. Karena alhamdulillah Allah memberiku hidayah
sehingga menjadikanku sebagai seorang muslimah yang kaffah.
Sudah
menjadi hal yang lumrah ketika ingin memegang teguh prinsip yang dimiliki,
pasti ada saja godaan yang menerpa. Begitu pula denganku. Dan anehnya godaan
itu juga sangat berhubungan erat dengan prinsip yang kumiliki. Godaan berupa
laki-laki yang ingin mendekatiku. Sekuat tenaga aku berusaha untuk tidak mudah
luluh dalam rayuan gombalnya.
Beribu-ribu sms berupa puisi indah sampai
berisikan tausiyah yang masuk ke Hpku selalu tidak kuhiraukan. Karena aku tahu
itu salah satu trik dari kaum Adam untuk menundukkan perempuan yang mereka
sukai. Sok memberikan perhatian dengan mengirimkan pesan singkat.
Kondisi seperti
itu berlanjut sampai aku menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Walaupun
tidak separah saat SMA, alhamdulillah
Allah masih menguatkanku akan prinsip yang selama ini kupegang. Sms puisi cinta
atau tausiyah dari laki-laki semakin berkurang. Setidaknya kondisi itu lebih
baik, meskipun belum menjamin seratus persen terbebas darinya. Minimal
frekuensi dan intensitasnya berkurang, itu saja sudah senang rasanya.
Manusia
terkadang mengalami fluktuasi iman. Dan setan tidak akan menyia-nyiakan
kesempatan ketika seorang hamba berada dalam kondisi keimanannya sedang turun.
Dan kondisi seperti itulah yang sempat kualami. Sungguh suatu hikmah yang
sangat berharga. Sekuat apapun diri ini menahan untuk tidak menjalin sedikitpun
hubungan dengan lawan jenis, suatu ketika keinginan itu pun muncul juga.
Ditambah
dorongan dari orang tua yang menginginkan anaknya untuk segera menjalin
hubungan dengan seorang laki-laki. Akhirnya prinsip yang selama ini kokoh
kupegang, agak mengalami sedikit goncangan. Walaupun diri ini mengingkari bahwa
aku tidak melakukan pacaran, tetapi menjalin komunikasi bahkan membahas hal-hal
yang bersifat pribadi dengan seorang laki-laki sebelum ada ikatan sama saja
dinamakan pacaran juga.
Tanpa sadar
diri ini semakin lama semakin menikmati saja. Menikmati dosa-dosa tanpa
kusadari. Semakin tenggelam dalam kenikmatan dosa. Dosa itu dinamakan cinta
semu, cinta buta. Walaupun diri ini tidak bisa mengidentifikasi apakah seperti
inilah yang dinamakan cinta. Namun sayang diri ini tetap enjoy melakukannya seperti
tanpa ada rasa berdosa.
Di saat hati
ini hampir menjatuhkan pilihan kepada seorang laki-laki dan menaruh harapan
bahwa dialah kelak yang akan menjadi jodohku. Karena hubungan yang selama ini
kujalin dengannya walaupun hanya sebatas lewat sms saja. Seakan-akan membuatku
buta segalanya. Seolah-olah dia menjadi sesosok laki-laki ideal yang muncul di
kehidupanku. Walaupun dia pernah mengecewakanku, tetapi hatiku selalu saja
dapat dibuatnya luluh oleh permohonan maaf darinya.
Seperti halnya
manusia yang masih memiliki hati nurani, ada rasa kegelisahan menyelimuti di
tengah-tengah diri ini asyik melakukan dosa itu. Di saat itu pula Allah
membukakan pintu hatiku. Menyadarkanku bahwa apa yang selama ini kulakukan
adalah sebuah kesalahan dan dosa. Dosa yang semakin lama semakin menumpuk saja.
Allah masih
menyayangiku. Pernah suatu ketika laki-laki tersebut mengirimkan sebuah pesan
yang isinya dia suka kepada teman kuliahnya. Seketika itu juga hatiku merasa
pedih dibuatnya. Seakan-akan harapan indah tentang masa depan yang ingin
kubangun bersamanya hancur berkeping-keping. Ternyata perkiraan akan
perasaannya terhadapku salah. Kukira dia juga menyukaiku karena dia dahulu
pernah mengutarakannya. Hanya saja aku yang tidak pernah merespon apa yang dia
sampaikan. Juga belum pernah keluar sedikitpun kata-kata,”aku mencintaimu”dari
bibirku kepadanya karena aku masih menginginkan kata-kata itu pertama kali aku
utarakan hanya untuk suamiku kelak. Walaupun hati ini tidak bisa mengingkari
perasaan aneh yang tiba-tiba muncul.
Apakah seperti
ini yang dinamakan dengan broken heart
? Aku juga tidak tahu. Tanpa sadar air mataku meleleh seusai sembah sujud
kutunaikan. Dalam balutan do’a dan penebusan dosa yang selama ini kulakukan,
aku menangis. Menangisi betapa malangnya aku.
Malang karena
diri ini mudah termakan oleh bujuk rayunya. Menjadikanku seperti seorang wanita
yang rendah derajatnya. Merasa tidak pantas mendambakan seorang laki-laki
sholeh dimana dia juga bisa menjaga kehormatannya. Rasa kekecewaan lantas
menyelimuti diriku. Kecewa terhadap dirinya maupun kecewa terhadap diriku
sendiri. Namun aku tidak mau berlarut-larut dalam kekecewaan.
Dan ternyata
kasih sayang Allah tidak berhenti hanya sampai di situ saja. Seiring usahaku
untuk bangkit di tengah-tengah keterpurukan, selalu saja mendapatkan info
tentang laki-laki yang dulu pernah mengecewakanku dan sekarang aku berusaha
untuk melupakannya. Ternyata apa yang selama ini dia tampilkan di hadapanku
semuanya hanyalah kedustaan. Akhlak baik yang dia perlihatkan hanyalah kebohongan
belaka.
Dan kenyataannya sangatlah berbanding
terbalik. Aku tidak menyangka bahwa dia dengan mudahnya melakukan perbuatan
rendahan seperti itu dengan wanita lain. Padahal dulu seolah-seolah dia adalah
seorang laki-laki yang bisa menjaga adab pergaulan antar lawan jenis dan paham
akan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Ah...ya Allah, ada apa
dengannya sekarang? Kenapa dia menjadi seperti itu? Aku berusaha untuk tidak
memikirkannya lagi.
Sekarang yang
harus aku lakukan adalah banyak-banyak bersyukur karena Allah masih
menyayangiku. Karena Allahlah yang telah membeberkan semua perilaku buruknya
terhadapku. Aku yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik buatku. Allah
masih menyayangiku karena telah memalingkan hatiku dari seseorang yang menurut-Nya
tidak pantas buatku.
Bermula dari
kisah ini pula diri ini semakin termotivasi untuk memperbaiki diri,
mensholehahkan diri dan memperbanyak bekal dunia maupun bekal akhirat. Dengan
begitu muncullah rasa ridho dari dalam hati untuk bisa menerima siapapun
jodohku yang telah Allah pilihkan buatku.
Ini yg menjadi problema setiap insan yang yg kadar keimanannya ckup tinggi. Ibarat pohon semakin tinggi semakin kencang anginnya. Maka beruntunglah bagi siapa saja yang senantiasa mendapat terpaan angin karena angin tersebut merupakan bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Karena tiada hamba yang merasa sudah beriman sebelum menerima ujuan dari Allah. Dan akan lebih beruntung bagi siapa saja yang bisa melewati ujian itu. Tetap istiqomah ukhtii...
BalasHapus