Minggu, 08 Juli 2012

Allah Masih Menyayangiku


 Presented by Kareen el-Qalamy

Allah masih menyayangiku, selalu terbersit dalam benakku jika mengingat sekelumit kisah. Kisahku dalam pencarian cinta sejati. Cinta sejati seorang hamba kepada makhluk-Nya. Dengan harapan cinta kepada makhluk-Nya bisa mengantarkan cintanya kepada cinta sang maha cinta.
            Semoga bisa menjadi pelajaran kepada semua muslimah, khususnya bagi mereka yang masih mengembara dalam penantian. Penantian yang tidak tahu kapan akan berakhir. Oleh sebab itu bersabarlah dalam penantian karena yakinlah bahwa Allah akan memberikan saat yang paling tepat. Saat yang tepat untuk mempertemukan dengan sang belahan jiwa.
            Namun di tengah-tengah penantian tersebut akan banyak godaan datang silih berganti. Diibaratkan seperti orang yang sedang berpuasa, tidak sabar untuk menanti saat berbuka. Padahal di tengah-tengah penantian waktu berbuka, banyak sekali godaan. Entah itu godaan dari internal pribadi maupun dari luar.
            Seperti apa yang tengah dialami olehku. Seorang siswi di salah satu SMA Negeri favorit di kotaku. Saat itu aku sudah memiliki komitmen untuk tidak berpacaran. Karena alhamdulillah Allah memberiku hidayah sehingga menjadikanku sebagai seorang muslimah yang kaffah.
            Sudah menjadi hal yang lumrah ketika ingin memegang teguh prinsip yang dimiliki, pasti ada saja godaan yang menerpa. Begitu pula denganku. Dan anehnya godaan itu juga sangat berhubungan erat dengan prinsip yang kumiliki. Godaan berupa laki-laki yang ingin mendekatiku. Sekuat tenaga aku berusaha untuk tidak mudah luluh dalam rayuan gombalnya.
 Beribu-ribu sms berupa puisi indah sampai berisikan tausiyah yang masuk ke Hpku selalu tidak kuhiraukan. Karena aku tahu itu salah satu trik dari kaum Adam untuk menundukkan perempuan yang mereka sukai. Sok memberikan perhatian dengan mengirimkan pesan singkat.
Kondisi seperti itu berlanjut sampai aku menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Walaupun tidak separah saat SMA, alhamdulillah Allah masih menguatkanku akan prinsip yang selama ini kupegang. Sms puisi cinta atau tausiyah dari laki-laki semakin berkurang. Setidaknya kondisi itu lebih baik, meskipun belum menjamin seratus persen terbebas darinya. Minimal frekuensi dan intensitasnya berkurang, itu saja sudah senang rasanya.
Manusia terkadang mengalami fluktuasi iman. Dan setan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ketika seorang hamba berada dalam kondisi keimanannya sedang turun. Dan kondisi seperti itulah yang sempat kualami. Sungguh suatu hikmah yang sangat berharga. Sekuat apapun diri ini menahan untuk tidak menjalin sedikitpun hubungan dengan lawan jenis, suatu ketika keinginan itu pun muncul juga.
Ditambah dorongan dari orang tua yang menginginkan anaknya untuk segera menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Akhirnya prinsip yang selama ini kokoh kupegang, agak mengalami sedikit goncangan. Walaupun diri ini mengingkari bahwa aku tidak melakukan pacaran, tetapi menjalin komunikasi bahkan membahas hal-hal yang bersifat pribadi dengan seorang laki-laki sebelum ada ikatan sama saja dinamakan pacaran juga.
Tanpa sadar diri ini semakin lama semakin menikmati saja. Menikmati dosa-dosa tanpa kusadari. Semakin tenggelam dalam kenikmatan dosa. Dosa itu dinamakan cinta semu, cinta buta. Walaupun diri ini tidak bisa mengidentifikasi apakah seperti inilah yang dinamakan cinta. Namun sayang diri ini tetap enjoy melakukannya seperti tanpa ada rasa berdosa.
Di saat hati ini hampir menjatuhkan pilihan kepada seorang laki-laki dan menaruh harapan bahwa dialah kelak yang akan menjadi jodohku. Karena hubungan yang selama ini kujalin dengannya walaupun hanya sebatas lewat sms saja. Seakan-akan membuatku buta segalanya. Seolah-olah dia menjadi sesosok laki-laki ideal yang muncul di kehidupanku. Walaupun dia pernah mengecewakanku, tetapi hatiku selalu saja dapat dibuatnya luluh oleh permohonan maaf darinya.
Seperti halnya manusia yang masih memiliki hati nurani, ada rasa kegelisahan menyelimuti di tengah-tengah diri ini asyik melakukan dosa itu. Di saat itu pula Allah membukakan pintu hatiku. Menyadarkanku bahwa apa yang selama ini kulakukan adalah sebuah kesalahan dan dosa. Dosa yang semakin lama semakin menumpuk saja.
Allah masih menyayangiku. Pernah suatu ketika laki-laki tersebut mengirimkan sebuah pesan yang isinya dia suka kepada teman kuliahnya. Seketika itu juga hatiku merasa pedih dibuatnya. Seakan-akan harapan indah tentang masa depan yang ingin kubangun bersamanya hancur berkeping-keping. Ternyata perkiraan akan perasaannya terhadapku salah. Kukira dia juga menyukaiku karena dia dahulu pernah mengutarakannya. Hanya saja aku yang tidak pernah merespon apa yang dia sampaikan. Juga belum pernah keluar sedikitpun kata-kata,”aku mencintaimu”dari bibirku kepadanya karena aku masih menginginkan kata-kata itu pertama kali aku utarakan hanya untuk suamiku kelak. Walaupun hati ini tidak bisa mengingkari perasaan aneh yang tiba-tiba muncul.
Apakah seperti ini yang dinamakan dengan broken heart ? Aku juga tidak tahu. Tanpa sadar air mataku meleleh seusai sembah sujud kutunaikan. Dalam balutan do’a dan penebusan dosa yang selama ini kulakukan, aku menangis. Menangisi betapa malangnya aku.
Malang karena diri ini mudah termakan oleh bujuk rayunya. Menjadikanku seperti seorang wanita yang rendah derajatnya. Merasa tidak pantas mendambakan seorang laki-laki sholeh dimana dia juga bisa menjaga kehormatannya. Rasa kekecewaan lantas menyelimuti diriku. Kecewa terhadap dirinya maupun kecewa terhadap diriku sendiri. Namun aku tidak mau berlarut-larut dalam kekecewaan.
Dan ternyata kasih sayang Allah tidak berhenti hanya sampai di situ saja. Seiring usahaku untuk bangkit di tengah-tengah keterpurukan, selalu saja mendapatkan info tentang laki-laki yang dulu pernah mengecewakanku dan sekarang aku berusaha untuk melupakannya. Ternyata apa yang selama ini dia tampilkan di hadapanku semuanya hanyalah kedustaan. Akhlak baik yang dia perlihatkan hanyalah kebohongan belaka.
 Dan kenyataannya sangatlah berbanding terbalik. Aku tidak menyangka bahwa dia dengan mudahnya melakukan perbuatan rendahan seperti itu dengan wanita lain. Padahal dulu seolah-seolah dia adalah seorang laki-laki yang bisa menjaga adab pergaulan antar lawan jenis dan paham akan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Ah...ya Allah, ada apa dengannya sekarang? Kenapa dia menjadi seperti itu? Aku berusaha untuk tidak memikirkannya lagi.
Sekarang yang harus aku lakukan adalah banyak-banyak bersyukur karena Allah masih menyayangiku. Karena Allahlah yang telah membeberkan semua perilaku buruknya terhadapku. Aku yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik buatku. Allah masih menyayangiku karena telah memalingkan hatiku dari seseorang yang menurut-Nya tidak pantas  buatku.
Bermula dari kisah ini pula diri ini semakin termotivasi untuk memperbaiki diri, mensholehahkan diri dan memperbanyak bekal dunia maupun bekal akhirat. Dengan begitu muncullah rasa ridho dari dalam hati untuk bisa menerima siapapun jodohku yang telah Allah pilihkan buatku.

1 komentar:

  1. Ini yg menjadi problema setiap insan yang yg kadar keimanannya ckup tinggi. Ibarat pohon semakin tinggi semakin kencang anginnya. Maka beruntunglah bagi siapa saja yang senantiasa mendapat terpaan angin karena angin tersebut merupakan bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Karena tiada hamba yang merasa sudah beriman sebelum menerima ujuan dari Allah. Dan akan lebih beruntung bagi siapa saja yang bisa melewati ujian itu. Tetap istiqomah ukhtii...

    BalasHapus