Created by Kareen el-Qalamy
Yogya, dikenal dengan istilah sebagai kota pelajar. Karena hampir di setiap sudut dapat dijumpai instansi pendidikan. Dari yang berbentuk Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas bertebaran di setiap titik kota. Tak aneh jika Yogya dipenuhi para pendatang yang notabene mereka berstatus sebagai mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN Sunan Kalijaga) adalah salah satunya. Universitas yang berlabel Islam ini dari tahun ke tahun peminatnya semakin bertambah. Ini bisa dilihat dari jumlah pendaftar sebagai calon mahasiswa baru, dimana perbandingannya dengan jumlah mahasiswa yang diterima semakin besar nilainya.
Sepertinya cara pandang masyarakat khususnya calon mahasiswa baru sudah mulai bergeser. Dulu kebanyakan orang memandang sinis UIN Sunan Kalijaga, karena takut anak-anaknya terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran keagamaan yang tentu sangat banyak dan variatif. Tidak sedikit dari banyaknya pemikiran yang muncul bersifat menyesatkan dan menjerumuskan kepada perbuatan dosa.
Tetapi sekarang kondisinya sangat berbeda. Mungkin salah satunya karena meningkatnya populasi manusia sehingga menyebabkan kebutuhan akan pendidikan khususnya di perguruan tinggi juga semakin meningkat pula. Apalagi UIN Sunan Kalijaga sekarang tidak hanya memiliki program studi yang bernafaskan agama saja, tetapi juga berusaha untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa UIN juga memiliki program studi yang berlandaskan sains.
Namun, jangan salah. Jangan dikiranya program studi yang berbau sains tersebut lantas sama dengan program studi sains yang dimiliki oleh universitas negeri yang lain pada umumnya. Tentu terdapat ciri khas tersendiri yang membedakan antara program studi yang berbau sainsnya UIN dibandingkan dengan program studi berbau sains yang dimiliki universitas lain. Ciri khas ini bisa dilihat dari tujuan didirikannya fakultas yang diberi nama Fakultas Sains dan Teknologi. Tujuannya selain mencetak lulusan yang ahli di ilmu sains juga paham dengan ilmu agama. Mereka dituntut selain menjadi seorang saintis juga sekaligus menjadi da’i atau da’iyah dimana paham akan ilmu agama.
Itu merupakan poin pertama daya tarik UIN Sunan Kalijaga yang sekarang memiliki banyak peminat. Di poin yang lain adalah sangat terjangkaunya biaya perkuliahan. Karena UIN disebut-sebut sebagai universitas negeri yang paling murah biayanya dibandingkan dengan universitas negeri lain yang ada di Yogya. Sehingga, sah-sah saja jika masyarakat lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
Walaupun biaya kuliah di UIN termasuk dalam kategori murah meriah, tetapi ada aspek lain juga yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu mengenai mutu atau kualitas yang ditawarkan. Jangan sampai UIN disebut-sebut sebagai kampus murahan karena saking murahnya biaya perkuliahan sehingga tidak memperhatikan kualitas yang ada. Lebih baik biaya agak mahal tetapi sebanding dengan kualitas yang bisa dinikmati. Akan tetapi akan lebih baik lagi jika kualitas tidak harus ditentukan dengan tingginya biaya yang dikenakan. Kalau kualitas bagus bisa diraih walaupun dengan biaya yang murah, bisa diraih, mengapa tidak???
Karena akhir-akhir ini banyak dijumpai fasilitas-fasilitas yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur kualitas yang ada, nampaknya belum sesuai dengan standar kepuasan civitas kampus khususnya mahasiswa. Sebagai contoh fasilitas yang ada di ruang perkuliahan misalnya, AC, LCD ternyata banyak yang rusak alias tidak bisa dipakai. Anehnya fenomena tersebut tidak langsung mendapatkan penanganan, tetapi malah hanya dibiarkan begitu saja sehingga mengganggu kenyamanan kegiatan perkuliahan.
Harapannya dengan munculnya fenomena-fenomena tersebut jangan sampai mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat akan kapabilitas UIN Sunan Kalijaga. Semoga pemerintahan kampus memahami keresahan mahasiswa dan memberikan solusi terbaik dengan segera menangani persoalan-persoalan yang ada, sehingga nama baik UIN tidak dipertaruhkan begitu saja.
Kenapa selalu sepeti ini...
BalasHapus