Minggu, 18 Januari 2015

Ummahat Tangguh





Presented by Kareen el-Qalamy




             Sekian lama keinginan untuk menuliskan rasa yang selama ini menyelimuti. Semenjak pasca kampus dan kembali ke masyarakat, banyak sekali perbedaan dan perubahan yang saya rasakan. Dalam hal ini yang saya maksud adalah komunitas pergaulan. Ketika di kampus maklum dunia pergaulannya dengan mereka yang masih muda, single, penuh dengan idealis dan semangat yang berkobar-kobar. Sedangkan sekarang, kebanyakan komunitas yang saya gabung di dalamnya adalah komunitas ummahat dengan segudang aktivitas.
            Awal mula berinteraksi dengan para ummahat ini timbul rasa canggung. Lebih banyak menjadi pendengar setia karena merasa kalah pengalaman. Apalagi tema obrolan yang disuguhkan berkaitan dengan dunia rumah tangga, semakin tidak nyambung. Seolah-olah mendapatkan ilmu baru berkenaan dengan dunia rumah tangga. Selain itu bisa sekaligus menjadi bekal ketika berumah tangga nantinya.
            Memang sudah menjadi salah satu kewajiban dan fitrah seorang perempuan untuk mengurusi keluarga, entah itu mengurusi anak, suami dan mengurusi rumah. Sebatas itu saja sudah repotnya minta ampun. Apalagi ditambah dengan amanah lain di luar rumah. Sungguh pantas menyandang’Ummahat Tangguh’,karena disamping sebagai ibu rumah tangga, sekaligus wanita karir dan kader dakwah. Rasa salut dengan semua yang para ummahat lakukan. Ujian akan manajemen waktu dan skala prioritas selalu mereka alami.
            Bangun sebelum fajar, menyiapkan keperluan anak dan suami sebelum berangkat ke sekolah untuk mengajar. Selepas mengajar, masih ada amanah berdakwah ke masyarakat, sampai-sampai sang anak turut serta diajak setelah dijemput dari sekolah. Sampai rumah sudah larur sore, belum beres-beres rumah dan menyiapkan hidangan makan malam.
            Sungguh kebanggaan tersendiri bagi suami yang didampingi oleh istri yang menyandang‘Ummahat Tangguh’. Tidak hanya bangga, tetapi juga harus penuh perhatian dan penuh pengertian akan kesibukan sang istri yang sangat padat. Tidak hanya sekadar menuntut hak suami, tetapi juga harus bisa memahami hak istri yang ingin selalu dimengerti. Tidak adanya rasa saling pengertian, tentu akan menimbulkan banyak percekcokan antara suami dan istri karena kesibukan masing-masing. Selamat bagi muslimah yang sudah menyandang sebagai ummahat. Akan lebih bermanfaat tidak hanya bagi keluarga tetapi juga bisa bermanfaat bagi masyarakat dengan menjadi’Ummahat Tangguh’, dengan catatan itu semua dilakukan atas dasar ridho dari suami. Bagi istri, ridho Allah adalah ridho dari suami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar