Presented by Kareen el-Qalamy
Sekian lama
keinginan untuk menuliskan rasa yang selama ini menyelimuti. Semenjak pasca
kampus dan kembali ke masyarakat, banyak sekali perbedaan dan perubahan yang
saya rasakan. Dalam hal ini yang saya maksud adalah komunitas pergaulan. Ketika
di kampus maklum dunia pergaulannya dengan mereka yang masih muda, single,
penuh dengan idealis dan semangat yang berkobar-kobar. Sedangkan sekarang,
kebanyakan komunitas yang saya gabung di dalamnya adalah komunitas ummahat
dengan segudang aktivitas.
Awal mula berinteraksi dengan para
ummahat ini timbul rasa canggung. Lebih banyak menjadi pendengar setia karena
merasa kalah pengalaman. Apalagi tema obrolan yang disuguhkan berkaitan dengan
dunia rumah tangga, semakin tidak nyambung. Seolah-olah mendapatkan ilmu baru
berkenaan dengan dunia rumah tangga. Selain itu bisa sekaligus menjadi bekal
ketika berumah tangga nantinya.
Memang sudah menjadi salah satu
kewajiban dan fitrah seorang perempuan untuk mengurusi keluarga, entah itu
mengurusi anak, suami dan mengurusi rumah. Sebatas itu saja sudah repotnya
minta ampun. Apalagi ditambah dengan amanah lain di luar rumah. Sungguh pantas
menyandang’Ummahat Tangguh’,karena disamping sebagai ibu rumah tangga,
sekaligus wanita karir dan kader dakwah. Rasa salut dengan semua yang para
ummahat lakukan. Ujian akan manajemen waktu dan skala prioritas selalu mereka
alami.
Bangun sebelum fajar, menyiapkan
keperluan anak dan suami sebelum berangkat ke sekolah untuk mengajar. Selepas mengajar,
masih ada amanah berdakwah ke masyarakat, sampai-sampai sang anak turut serta
diajak setelah dijemput dari sekolah. Sampai rumah sudah larur sore, belum
beres-beres rumah dan menyiapkan hidangan makan malam.
Sungguh kebanggaan tersendiri bagi
suami yang didampingi oleh istri yang menyandang‘Ummahat Tangguh’. Tidak hanya
bangga, tetapi juga harus penuh perhatian dan penuh pengertian akan kesibukan
sang istri yang sangat padat. Tidak hanya sekadar menuntut hak suami, tetapi
juga harus bisa memahami hak istri yang ingin selalu dimengerti. Tidak adanya
rasa saling pengertian, tentu akan menimbulkan banyak percekcokan antara suami
dan istri karena kesibukan masing-masing. Selamat bagi muslimah yang sudah
menyandang sebagai ummahat. Akan lebih bermanfaat tidak hanya bagi keluarga
tetapi juga bisa bermanfaat bagi masyarakat dengan menjadi’Ummahat Tangguh’,
dengan catatan itu semua dilakukan atas dasar ridho dari suami. Bagi istri,
ridho Allah adalah ridho dari suami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar