Presented by Kareen el-Qalamy dkk
A.
Pengertian
Penilaian
Penilaian adalah
upaya sistematik dan sistemik untuk mengumpulkan dan mengolah data atau
informasi yang sahih (valid) dan reliabel dalam rangka melakukan pertimbangan
untuk pengambilan kebijakan suatu program pendidikan (Sani, 2014).Sedangkan
menurut Suwandi (2011) penilaian merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui
apakah proses dan hasil suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau
kriteria yang telah ditetapkan
Penilaian yang
dilakukan oleh guru di kelas terkait dengan kegiatan belajar mengajar merupakan
sebuah proses menghimpun fakta-fakta dan dokumen belajar peserta didik untuk
melakukan perbaikan program pembelajaran. Penilaian dapat dimanfaatkan oleh
guru untuk membuat atau memperbaiki perencanaan pembelajaran. Oleh sebab itu
kegiatan penilaian proses dan hasil belajar membutuhkan informasi yang
bervariasi dari setiap peserta didik atau kelompok peserta didik. Penilaian
yang tepat tidak hanya menunjukkan perilaku belajar peserta didik secara
lengkap, tetapi juga perilaku peserta didik dalam kehidupan nyata.
B.
Authentic Assessment (Penilaian Autentik)
1. Pengertian
Penilaian Autentik
Menurut Callison
(1998) “Authentic assessment is an
evaluation process that involves multiple forms of performance measurement
reflecting the student’s learning, achievement, motivation, and attitudes on
instructionally-relevant activities “penilaian autentik adalah proses
evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran kinerja mencerminkan
belajar peserta didik, prestasi, motivasi, dan sikap pada kegiatan
instruksional yang relevan.Menurut Wiggins (1990) “authentic assessment present the student with the full array of tasks
that mirror the priorities and challanges found in the best instructional
activities, conducting research, writing, revisin, and discussing papers,
providing an engaging oral analysis of a recent political event, collaborating
with others on debate,etc”. Secara garis besar dapat diartikan bahwa
penilaian autentik adalah upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas
pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisa lisan terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama
melalui debat, dan sebagainya.
Sedangkan menurut
Mueller (2006) penilaian autentik adalah “a
form of assessment in which students are asked to perform realworld tasks that
demonstrate meaningful application of essential knowledge and skills”
penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para peserta didiknya
diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang merupakan
penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna. Oleh
karena itu penilaian autentik lebih sering dinyatakan sebagai penilaian
berbasis kinerja (performance based
assessment) atau penilaian kinerja (performance
assessment).Hal yang serupa dikemukakan oleh
Hiebertet al (1994) yang menyatakan
bahwa penilaian autentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang
menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan
di sekolah. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan
dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata dimana
keterampilan-keterampilan tersebut digunakan
Menurut Stiggins
1987 cit Mueller (2006) penilaian autentik
adalah “Performance assessments call upon
the examine to demonstrate specific skills and competencies, that is, to apply
the skills and knowledge they have mastered” penilaian autentik merupakan
penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan
keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang
dikuasainya.Menurut pendapat Leach 2001 cit
Oladele (2011) mengatakan bahwa “Authentic
assessments are often based on performance, requiring students to utilize their
knowledge in a meaningful context” atau bisa dikatakan bahwa penilaian autentikseringkali
didasarkan pada kinerja, membutuhkan peserta didik untuk memanfaatkan pengetahuan
mereka dalam konteks yang bermakna.
Karakteristik
dari penilaian autentik menurut O’Malley dan Pierce (1996) antara lain:
a. Respon
yang dibangun: peserta didik membangun respon, mengembangkan respon, meminta
bentuk performansi/tampilan atau menciptakan produk.
b. Pemikiran
tingkat tinggi: peserta didik menggunakan pikiran tingkat tinggi untuk
membangun respon ketika membuka dan mengakhiri pertanyaan.
c. Keautentikan:
Tugas yang bermakna, menantang, dan menarik yang relevan dengan konteks dunia
nyata.
d. Terpadu:
tugas merupakan penyatuan dari kemampuan berbahasa.
e. Proses
dan produk: prosedur dan strategi untuk memperoleh respon yang benar atau untuk
mencari solusi atas tugas yang kompleks.
f. Kedalaman
vs keluasan: penilaian perfomansi menyediakan informasi yang mendalam mengenai
kemampuan peserta didik yang merupakan kebalikan dari tes pilihan ganda yang
cakupannya luas tetapi tidak mendalam.
O’Malley danPierce(1996)
menjelaskan tujuan daripenilaian autentik secara umum sebagai berikut:
a. Menekankanapa
yang peserta didikketahui, daripadaapa
yang merekatidak tahu
b. Menuntut
peserta didikuntuk mengembangkantanggapanbukannyamemilih merekadaripilihanyang
telah ditentukan
c. Langsungmengevaluasiproyekholistik
d. Menggunakansampelpekerjaan
daripeserta didik yang kemudian
dikumpulkan dalam jangkawaktu tertentu
dikumpulkan dalam jangkawaktu tertentu
e. Berasal
darikriteria yang jelasdibuatdan diketahuioleh
peserta didikserta orang tua
f. Memunculkanpemikiran
tingkat tinggi
g. Memberikan
kemungkinanuntuk penilaiansecara
bersama
h. Berkaitan
lebih dekat ke kelas belajar
i.
Mengajarkan peserta
didik untuk mengevaluasi pekerjaan mereka sendiri
j.
Mempertimbangkan
perbedaan dalam gaya belajar, keahlian bahasa, latar belakang budaya dan pendidikan,
dan tingkatkelas
2. Jenis-Jenis
Penilaian Autentik
a. Wawancara
Lisan
O’Malley dan Pierce
(1996) menjelaskan bahwa dalam aktivitas ini peserta didik dapat merespon
secara lisan pertanyaan tentang berbagai topik yang mencakup pengetahuan
sebelumnya, aktivitas, dan kepentingan atau preferensi. Dalam aktivitas ini
kemampuan peserta didik untuk mengumpulkan informasi substantif dan
kemampuan peserta didik dalam menanggapi pertanyaan dinilai oleh guru. Selain
itu, guru dapat meminta pertanyaan penyelidikan untuk menentukan pemahaman
peserta didik atau pertnyaan berupa perintah atas aspek-aspek bahasa.
b. Menceritakan
kembali teks atau cerita
Penilaian jenis ini
menyediakan peserta didik untuk membaca atau menyimak teks kemudian
menceritakan kembali ide utama atau ide yang dipilih secara detail. Keautentikan
penilaian ini karena adanya kemiripan dengan kegiatan kelas yang sebenarnya.
Hal-hal yang dinilai melalui teknik ini antara lain cara peserta didik
menanggapi secara lisan cerita atau teks, mendeskripsikan kejadian/peristiwa
dalam stuktur cerita, dan atau kecakapan bahasa peserta didik
c. Menulis
bebas
Pemberian tugas menulis bebas ini dimaksudkan untuk meminta peserta
didik memproduksi berbagai jenis karangan. Dalam istilah O’Malley dan Pierce
(1996) peserta didik diminta untuk menghasilkan sampel tulisan. Peserta didik
sering diminta menghasilkan sampel tulisan untuk memenuhi sejumlah tujuan
berbeda dari pembelajaran. Hal ini mungkin mencakup menulis ekspresif atau
naratif (pengalaman pribadi, cerita, atau puisi), menulis informatif atau
ekspositori (menulis untuk menjelaskan atau mengklarifikasi konsep atau proses,
sering dalam area isi), laporan persuasif (untuk meyakinkan orang lain pada
posisi tertentu), atau beberapa kombinasi dengan tujuan berbeda. Peserta didik
dapat juga diminta untuk menulis genre tulisan berbeda, seperti surat, jurnal,
esai, laporan surat kabar, atau laporan penelitian (laporan yang membutuhkan
penggunaan bahan referensi, penilaian/pertimbangan kritis, dan kutipan). Gambaran
lain mengenai penilaian jenis ini yaitu peserta didik menghasilkan tulisan
dalam periode waktu tertentu atau diberikan waktu untuk menghasilkan tulisan
setelah menyelesaikan beberapa bacaan, mendiskusikan bacaan dengan peserta
didik lain dan mengedit serta merevisi draf tulisan. Namun guru kadang memiliki
kriteria sendiri untuk menilai tulisan peserta didik dan nilai penugasan
sehingga nilai akan cenderung bervariasi di antara sesama guru. Oleh karena
itu, perlu kriteria penilaian kinerja spesifik.
d. Proyek
dan Pameran
Peserta didik dapat
menyelesaikan proyek dengan topik tertentu dan atau memamerkan karyanya. Sebuah
pameran dapat mencakup penampilan atau model bangunan atau benda yang sesuai
pada seting instruksional, bermain peran, simulasi, kreasi artistik, merekam
segmen, grafik, diagram, tabel dll. Sebuah proyek mungkin dilakukan secara
individu atau dalam kelompok kecil dan sering disajikan melalui laporan lisan
atau tertulis. Proyek dan pameran yang disajikan secara lisan dapat ditinjau
dengan penilaian oleh dewan penilai pada konten yang disajikan, organisasi, dan
atau penggunaan bahasa. Guru sering meminta peserta didik untuk mengembangkan
presentasi pada waktu tertentu dan menghasilkan gambaran serta produk tulisan
yang sesuai pada waktunya.
e. Percobaan
dan Demonstrasi
Penugasan ini dilakukan
dengan meminta peserta didik melakukan sebuah percobaan dalam sains menggunakan
bahan aktual, atau menjelaskan cara kerja suatu alat (seperti mikroskop).
Percobaan atau demonstrasi disajikan melalui laporan lisan dan tertulis.
Laporan percobaan mendeskripsikan langkah dan kebutuhan bahan untuk
mereproduksi percobaan dan beberapa hipotesis yang diuji, metode atau observasi
yang digunakan, atau kesimpulan yang ditarik. Dalam bidang pembelajaran bahasa,
penugasan bentuk percobaan jarang dilakukan. Pada umumnya lebih banyak pada
penugasan berupa demonstrasi yang memaparkan cara kerja suatu benda.
f. Pembangunan-
Tanggapan Soal (Pertanyaan Terbuka)
Jenis penilaian kinerja
ini meminta peserta didik membaca atau memeriksa bahan tekstual dan kemudian
menanggapi serangkaian pertanyaan terbuka yang memunculkan pemahaman dan
pemikiran tingkat tinggi. Penilaian ini kerap kali memfokuskan pada cara peserta
didik menerapkan informasi yang didapat tidak hanya pada berapa banyak peserta
didik yang mengingat apa yang telah diajarkan. Peserta didik mungkin
memproduksi gambaran grafis dari substansi dan organisasi bacaan (seperti: peta
semantik), komentar singkat pada satu atau dua poin yang dibuat dalam pembacaan,
atau mendiskusikan esai panjang atau mengevaluasi bahan teks. Pertanyaan
terbuka dapat digunakan dalam semua area isi. Keautentikan penilaian mengacu
pada jenis keterampilan dan penalaran peserta didik yang digunakan dalam ruang
kelas, menyajikan masalah, atau pertanyaan yang khas dari instruksi kelas dan
mendorong peserta didik untuk menerapkan pembelajaran kelas dalam seting
kehidupan nyata.
g. Observasi
Guru
Guru sering kali
mengamati perhatian peserta didik terhadap tugas, tanggapan pada jenis tugas berbeda,
atau interaksi dengan peserta didik lain. Kejadian spontan dan aktivitas kelas
yang direncanakan dapat menjadi subjek pengamatan. Terutama pada aktivitas
kelas yang direncanakan, guru dapat mengamati penggunaan bahasa akademik peserta
didik dan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam tugas yang berorientasi
diskusi dengan peserta didik lain. Kemungkinan besar Anda telah mengamati
interaksi peserta didik sehari-hari untuk memastikan bahwa peserta didik
mengerjakan tugas dan bekerja secara produktif. Untuk mengubah pengamatan ke
dalam penilaian, perlu untuk merekam pengamatan secara sistematis dari waktu ke
waktu untuk mencatat perubahan dalam kinerja peserta didik. Perubahan itu harus
dirangkum dalam catatan pribadi untuk mengomunikasikan dengan peserta didik,
orang tua atau guru lain.
h. Portofolio
O’Malley dan Pierce
(1996) menjelaskan portofolio adalah koleksi karya peserta didik yang
dimaksudkan untuk menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu. Portofolio mencakup
sampel karya peserta didik, biasanya diseleksi oleh peserta didik atau peserta
didik dan guru untuk mewakili pembelajaran berdasar pada tujuan instruksional.
Meskipun portofolio telah menjadi populer selama dekade terakhir, kita tahu
bahwa pada umumnya guru tidak menggunakannya demi keuntungan terbaiknya:
mengumpulkan informasi dengan maksud tertentu dan sistematis dari waktu ke
waktu untuk merefleksi pembelajaran yang memperhatikan pada tujuan
instruksional. Tiap portofolio dapat diskor menggunakan rubrik penskoran atau
checklist. Portofolio menyediakan perspektif multidimensional pada
pertumbuhan peserta didik dari waktu ke waktu (O’Mallley dan Pierce, 1996).
Selanjutnya, O’Malley dan Pierce (1996) menjelaskan isi portofolio seharusnya
mewakili apa yang peserta didik kerjakan di kelas. Selain itu, isi portofolio
mencerminkan aktivitas autentikpeserta didik belajar di kelas.
C.
Penilaian
Autentik Pada Kurikulum 2013
Model penilaian pada kurikulum 2013 yang harus digunakan di
sekolah telah ditetapkan dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan yang salah satu model penilaian yang digunakan adalah
penilaian autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan
secarakomprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dankeluaran
(output) pembelajaran.Sedangkan berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun 2014
pasal 1 ayat (2) penilaian autentik adalah
bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan
tugas pada situasi yang sesungguhnya.
Masih berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun 2014 pasal 2
yang berbunyi bentuk penilaian autentik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio,
projek, produk, jurnal, kerja laboratorium, dan unjuk kerja, serta penilaian
diri. Penilaian Diri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan teknik
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh
peserta didik secara reflektif. Teknik
dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan menurut peraturan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Penilaian Kompetensi Sikap
Kompetensi sikap yang dinilai berdasarkan muatan KI-1 (sikap
spiritual) antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum
dan sesudah melakukan kegiatan, toleransi dalam beribadah. Contoh muatan KI-2
(sikap sosial) antara lain: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
percaya diri, bisa ditambahkan lagi sikap-sikap yang lain sesuai kompetensi
dalam pembelajaran, misal : kerja sama, ketelitian, ketekunan, dll. Pendidik
melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat” (peer
evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek
atau skala penilaian (rating scale)
yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
a. Observasi
merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang
diamati.
b. Penilaian
diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri
c. Penilaian
antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik
d. Jurnal
merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi
hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan
dengan sikap dan perilaku
2.
Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik
menilai kompetensi pengetahuan melalu tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
a. Instrumen
tes tulis berupa soal pilihan ganda, lisan, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi dengan pedoman penskoran
b. Instrumen
tes lisan berupa daftar pertanyaan
c. Instrumen
penugasan berupa pekerjaan rumah dan /atau projek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas
3.
Penilaian Kompetensi Ketrampilan
Pendidik
menilai kompetensi ketrampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan penilaian kinerja, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang
digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
a. Penilaian
Kinerja/ Tes Praktik
Penilaian
kinerja (unjuk kerja) merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan
untuk menilai ketercapaian komptensi yang menuntut peserta didik melakukan
tugas tertentu. Menurut Suwandi (2011) penilaian unjuk kerja perlu
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1)
Langkah-langkah kinerja yang diharapkan
dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi
2)
Kelengkapan dan ketepatan aspek yang
akan dinilai dalam kinerja tersebut
3)
Kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas
4)
Upayakan kemampuan yang akan dinilai
tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati
5)
Kemampuan yang akan dinilai diurutkan
berdasarkan urutan yang akan diamati.
Ada beberapa
cara berbeda yang dapat digunakan untuk merekam hasil penilaian berbasis
kinerja, antara lain:
1)
Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak
baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik akan mendapat nilai
bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.
Kelemahan cara ini adalah penilaiannya mempunya dua pilihan mutlak, misalnya:
benar-salah, baik-tidak baik. Dengan demikian, tidak terdapat nilai tengah,
namun daftar cek lebih praktis digunakan untuk mengamati subjek dalam jumlah
besar.
2)
Skala Penilaian
Penilaian unjuk kerja yang
menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan
kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna
sampai sangat sempurna.
b. Penilaian
Proyek
Penilaian proyek
adalah tugas-tugas belajar (learning tasks)
yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan baik secara
tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Menurut Suwandi (2011) penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu. Dalam
penilaian proyek ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai
berikut:
1)
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam
memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data dan
penulisan laporan
2)
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran,
dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan dalam
pembelajaran
3)
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik
harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
c. Penilaian
Portofolio
Penilaian
portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik
dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.
Penilaian portofolio menurut Suwandi (2011)
pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu
periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik
melalu karyanya. Hal-hal penting dalam portofolio antara lain:
1) Karya
peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
2) Saling
percaya antara guru dan peserta didik
3) Kerahasiaan
bersama antara guru dan peserta didik
4) Milik
bersama antara peserta didik dan guru
5) Kepuasan
6) Kesesuaian
7) Penilaian
proses dan hasil
8) Penilaian
dan pembelajaran
Menurut Suwandi
(2011) keuntungan penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran antara lain
dengan memberikan:
1) Suatu
catatan kumulatif dan berkesinambungan
2) Pandangan
menyeluruh tentang belajar peserta didik
3) Pengetahuan
tentang kemajuan peserta didik secara perseorangan
4) Kesempatan
kolaborasi dengan peserta didik dalam pengukuran dan penetapan tujuan
5) Bukti
nyata belajar peserta didik
D. Persamaan
dan Perbedaan
No
|
Literatur
Asing
|
Kurikulum 2013
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
1.
|
Callison (1998) : penilaian autentik adalah
proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran kinerja
mencerminkan belajar peserta didik, prestasi, motivasi, dan sikap pada
kegiatan instruksional yang relevan
|
Permendikbud
No. 66 Tahun 2013: Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan
secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan
keluaran (output) pembelajaran
|
· Berdasarkan pengertian dari
literatur asing maupun pada kurikulum 2013 penilaianautentikmenekankanpadakemampuanpesertadidikuntukmenunjukkanpengetahuan
yang dimilikisecaranyatadanbermakna.
· Baik beberapa literatur asing
(Wiggins, Mueller, Stiggins, Hiebert) maupun kurikulum 2013 untuk outputnya
sama-sama menekankan penilaian pada aspek ketrampilan
|
·
Beberapa pendapat dari literatur asing tidak menekankan ranah penilaian
pada 3 kompetensi seperti pada kurikulum 2013 yang menekankan pada kompetensi
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
·
Callison belum menyebutkan secara jelas aspek ketrampilan
·
Wiggins cenderung menekankan penilaian autentik pada aspek ketrampilan
·
Mueller dan Stiggins belum secara
tegas menyebutkan aspek penilaian pada kompetensi sikap.
·
Hiebert et al hanya menyebutkan
aspek ketrampilan
·
Leach tidak menyebutkan aspek sikap dan ketrampilan.
|
2.
|
Wiggins (1990):
penilaian autentik adalah upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas-aktifitas
pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisa lisan terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama
melalui debat,
|
Permendikbud
No. 104 Tahun 2014: penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang
menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada
situasi yang sesungguhnya
|
||
3.
|
Mueller (2006):
penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para peserta
didiknya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
merupakan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna
|
|
||
4.
|
Hiebert et al(2014):penilaian autentik merupakan penilaian
terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana
halnya di dunia nyata dan di sekolah
|
|
||
5.
|
Stiggins(1987):
penilaian autentik merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta
pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang
merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya
|
|
||
6.
|
Leach(2001):
penilaian autentik seringkali didasarkan pada kinerja, membutuhkan peserta
didik untuk memanfaatkan pengetahuan mereka dalam konteks yang bermakna
|
|
DAFTAR PUSTAKA
.
Callison, D. 1998.
Authentic Assessment. School Library Media Activities Monthly 1ert, EH, Valencia SW, dan Afflerbach, PP. 2014.
Authentic Reading Assessment Practices and Possibilities. California. National
Reading Research Center Reading Essentials Reprint Series. Diunduh dari http://textproject.org/assets/library/resources/Valencia-Hiebert-Afflerbach-2014-Authentic-Reading-Assessment.pdf
Mueller, J. 2006. What Is Authentic Assessment? http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisit.htm
11.41 jon muller 2006 Diakses pada
tanggal 07 Desember 2014
Oladele, I.O. 2011. Knowledge and Utilization of
Authentic Assessment Techniques by Lecturers in Botswana College of Agriculture. NACTA Journal. Diunduh dari http://e-resources.pnri.go.id:2061
O'Malley, J. Michael, and
Lorraine Valdez Pierce. 1996. Authentic Assessment for English Language
Learning: Practical Approaches for Teachers. New York: Addison-Wesley
Publishing,
Kemendikbud.
2013. Permendikbud No 66 Tahun 2013
Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta
Kemnedikbud.
2014. Permendikbud No 104 Tahun 2014
Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Jakarta
Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara
Suwandi, S. 2011.
Model Asesmen dalam Pembelajaran.
Surakarta: Yuma Pustaka
Wiggins, G. 1990.
The case for Authentic Assessment.
Washington DC: ERIC Clearinghouse on Test Measurement and Evaluation. Diunduh
dari http://assessment.uconn.edu/docs/resources/ARTICLES_and_REPORTS/Grant_Wig
ins_Case_for_Authentic_Assessment.pdf