Presented by Kareen el-Qalamy
Pagi-pagi disunnahkan untuk makan
sahur. Malam hari dihiasi dengan ibadah sholat tarawih setelah seharian menahan
lapar, dahaga serta hawa nafsu. Sepanjang waktu digunakan untuk melantunkan
ayat-ayat suci dari-Nya. Ibadah sunnah terasa wajib harus ditunaikan. Banyak
targetan amalan yang siap untuk dilaksanakan. Begitulah nuansa Ramadhan.
Seperti
sudah menjadi kebiasaan ketika Ramadhan tiba. Segala kegiatan harian langsung
menyesuaikan dengan momen Ramadhan. Entah itu jenis kegiatan dan waktu
pelaksanaannya. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu ibadah di bulan
Ramadhan. Sehingga, tetap bisa menjalankan ibadah secara khusyuk.
Berbicara
mengenai target Ramadhaan yang dibuat, dimaksudkan untuk memudahkan atau sebagai
sarana pendekatan diri kepada sang Pencipta. Membuat rancangan ibadah yang
direncanakan, lalu segera dipraktikan saat Ramadhan tiba. Dengan begitu kita
bisa mengetahui apa saja yang ingin diraih saat Ramadhan.tentu disertai harapan
bahwa Ramadhan tahun ini ada peningkatan lebih baik dibandingkan dengan
Ramadhan tahun sebelumnya.
Memang
menjalankan segala ibadah di bulan Ramadhan sangatlah ringan. Nuansa yang
sangat mendukung dan banyak teman sehingga, semakin menambah semangat saja. Masjid
– masjid yang biasanya di luar Ramadhan sepi, sedikit jamaah yang datangt,
tetapi selama Ramadhan masjid-masjid selalu penuh sesak. Tidak hanya kegiatan
sholat lima waktu saja, kegiatan-kegiatan keagamaan seperti TPA,
pengajian-pengajian marak dilaksanakan.
Waktu
terus berjalan. Satu bulan tidak terasa segera berlalu. Begitu pula Ramadhan
akan berakhir. Berakhirnya Ramadhan sebagai tanda datangnya hari kemenangan.
Hari raya Idul Fitri, saat-saat di mana setelah satu bulan menahan lapar,
dahaga dan hawa nafsu, kembali fitrah layaknya kertas putih tanpa noda. Saling
bermaafan dan mengikhlaskan semua kesalahan dan dosa.
Dengan
berakhirnya Ramadhan dan merayakan hari raya Idul Fitri, nuansa menjadi berubah
menjadi ajang silaturahim ke sanak saudara. Tradisi mudik seakan-akan tidak
pernah ketinggalan untuk selalu memeriahkan libur hari raya. Setelah itu tidak
lama lagi, hari-hari efektif kerja dimulai karena libur hari raya juga telah
usai. Semua aktivitas kembali seperti semula. Namun, apakah semua amalan yang
telah dilaksanakan selama bulan Ramadhan turut usai begitu saja?
Kalaupun
seperti itu bisa dibilang tidak ada peningkatan sebelum Ramadhan dibandingkan
dengan pasca Ramadhan. Kedatangan Ramadhan diharapkan untuk meningkatkan dari
segi ruhani untuk lebih bersemangat dalam beribadah. Dan setelah Ramadhan
berakhir, adanya peningkatan untuk tetap melaksanakan amalan-amalan ibadah saat
Ramadhan di bulan-bulan berikutnya.
Jadi,
kedatangan Ramadhan tidak menjadi sia-sia. Sia-sia karena tidak membawa
perubahan kepribadian sebagai umat Islam untuk semakin istiqomah menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehingga, gelar takwa pantas diraih
oleh mereka yang senantiasa mempertahankan semangat ibadah walaupun Ramadhan
telah berlalu. Apakah Ramadhan hanya sekadar seremonial belaka? Hanya diri
pribadi saja yang bisa menjawab. Karena salah satu ciri orang yang mendapat
anugerah malam lailatul qodar adalah mereka yang semakin bertambah ketakwaannya
pasca Ramadhan.
Wes umum mbak..hehe....tapi itu patut jadi renungan karena sejauh yang aku lihat Ramadhan memang seperti itu yg terjadi di masayarakat kita, dan nuansanya akan kembali seperti sebelum Ramadhan ketika sudah berakhir. Kesannya jadi seperti orang mandi. Seharian beraktivitas kemudian sore mandi, hari berikutnya beraktifitas dan sorenya mandi lagi. Ya seperti itu. Ramadhan hanya dijadikan sebagai sarana pembersih kotoran-kotoran dalam jiwa kitakemudian setelah selesai kita jadi kotor lagi...
BalasHapusIy je...makany it...
BalasHapus