Akhir-akhir ini tersiar kabar mengenai akan direnovasinya gedung MPR/DPR RI di Jakarta. Gedung tersebut apabila dilihat dari luar masih nampak begitu mewah dan megah. Lantas apanya yang akan direnovasi?
Berarti segala fasilitas yang ada dan selama ini mereka rasakan masih kurang. Ini bisa menjadi salah satu indikasi dari kerakusan dan ketamakan mereka. Alih-alih menjadikan alasan dengan adanya pembangunan gedung MPR/DPR baru dapat meningkatkan kualitas kinerja mereka. Alasan yang sudah basi. Jarang-jarang kan orang yang bisa duduk di kursi pemerintahan MPR/DPR RI
Toh mereka selama menjabat tidak memikirkan bagaimana caranya mensejahterakan rakyat. Malah memikirkan bagaimana caranya mengembalikan uang mereka yang telah habis terpakai saat bursa pencalonannya dulu. Tidak heran istilah “si perut buncit, berjas dan berdasi banyak bermunculan di sekitar gedung.
Pantas saja jika rasa ketidakpuasan tersebut lantas mendorong munculnya keinginan dari anggota dewan untuk mengadakan praktik korupsi. Seribu satu upaya telah pemerintah lakukan untuk mengurangi tindakan yang amat sangat keji tersebut. Salah satu caranya ialah dengan merenovasi gedung MPR/DPR RI. Bahasa umumnya meningkatkan kesejahteraan anggota dewan (lho…bukannya terbalik???? Seharusnya anggota dewanlah yang mensejahterakan, bukannya malah semakin disejahterakan) Tetapi apa kenyataannya???
Begitulah kondisi anggota dewan MPR/DPR RI kita. Walaupun tidak semuanya seperti itu. Hal tersebut sudah menunjukkan betapa bobroknya moral pemimpin kita. Krisis berkepanjangan dan melanda berbagai sektor kehidupan masih sempat-sempatnya memikirkan kebutuhannya sendiri.
Alangkah lebih bersahajanya jika anggaran yang pada awalnya akan digunakan untuk merenovasi gedung dialihkan untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan . Sarana dan prasarana pendidikan masih sangat kurang, Khususnya gedung sekolah. Di beberapa daerah terpencil ditemukan banyaknya gedung-gedung sekolah yang rusak parah bahkan roboh sehingga tidak bisa dipakai untuk menimba ilmu. Dengan terpaksa kegiatan pembelajaran yang seharusnya berada di dalam ruangan agar dibuat senyaman mungkin dialihkan ke tempat lain atau bahkan ada yang beratapkan langit.
Hal yang biasanya luput dari pandangan adalah bagaimana kondisi tempat tinggal sebagian besar warga negara RI. Terlebih mereka-mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Fenomena-fenomena semacam ini dengan mudahnya bisa dilihat di perkampungan kumuh bantaran sungai, rumah-rumah di bawah jembatan dll. Bahkan ada yang diantara mereka tidak mempunyai tempat tinggal.
Sungguh sangat ironis sekali. Pemandangan semacam itu seharusnya dapat membuka mata hati para anggota dewan yang terhormat untuk lebih mengutamakan perut warganya daripada perut pribadi yang nampaknya semakin membuncit saja. Layaknya sebuah balon, yang apabila ditusuk jarum pasti akan meletus.
Cha-My
10 April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar