Presented by Kareen el-Qalamy
Ini kisahku. Kisah
tentang perjuanganku dalam proses penyelesaian skripsi yang ternyata memang
menyita sebagian besar konsentrasi dan perhatianku. Perjuangan ketika harus
melalui tahapan seminar proposal skripsi. Saat itu aku bareng dengan seorang
teman laki-laki satu kelas. Pertimbangan seminar bareng dengan dia karena dosen
pembimbing I-nya sama, selain itu judul skripsi juga hampir sama yaitu
berkaitan dengan pengembangan modul matematika dengan materi program linear. Hanya
saja yang membedakan adalah ciri khas modul yang kita kembangkan. Aku mengambil
pengembangan modul matematika berbasis kearifan lokal yaitu kerajinan keramik,
sedangkan dia berbasis enterpreneurship.
Menjelang hari terakhir pendaftaran
seminar proposal, aku masih sibuk mengurus syarat-syarat pendaftaran. Sejak pagi
sudah standby di kampus dengan
harapan proses pendaftaran segera selesai. Namun, manusia hanya bisa
merencanakan dan Allahlah yang menentukan. Padahal sudah dari pagi di kampus
karena masih belum mendapatkan tanda tangan dari dosen pembimbing II-ku dan
tanda tangan kaprodi. Tetapi ternyata setelah aku menunggu di ruang dosen
sampai pukul 14.00 tanda tangan beliau pun belum kudapatkan juga. Masih ada waktu
sekitar 2 jam lagi sebelum TU tutup.
Beberapa
saat kemudian aku bertemu dengan salah seorang kakak angkatan. Seperti sudah
menjadi kebiasaan ketika bertemu entah itu dengan teman seangkatan,addik
angkatan atau kakak angkatan pasti pertanyaan yang terlontar adalah,”Pengen
ketemu siapa?” Secara spontan aku pun menjawab ingin ketemu dengan dosen
pembimbing II. Pernyataan mengejutkan terlontar dari kakak angkatan bahwasannya
dosen pembimbing II sedang nguji munaqosyah
(ujian pendadaran skripsi). Padahal durasi
waktu nguji munaqosyah itu sekitar 2
jam.
Padahal
saat ini waktu menunjukkan pukul 14.00, 2 jam lagi aku baru bisa mendapatkan
tanda tangan beliau. Belum lagi ditambah info bahwa kaprodiku juga masih
mengajar sampai sore. Rasa pesimis langsung menyergapku. Masih bisakah aku
mendaftar seminar di awal bulan? Kontan saja aku langsung SMS temanku
mengabarkan bahwasannya jam 16.00 aku baru mendapatkan tanda tangan beliau dan
mempersilakan temanku itu untuk mendaftar duluan kalau seandainya aku tidak
bisa mengejar. Namun, teman barenganku seminar terus menerus memotivasiku untuk
bersabar dan yakin pasti bisa, selain itu dia memberitahukan jadwal seminar
kita di hari Kamis jam 13.00.. Dia juga menyarankan untuk menunggui dosenku di
depan ruang munaqosyah.
Langsung
saja aku menaiki tangga ke lantai tiga. Hari semakin senja ditambah lagi hujan
mulai turun. Teringat bahwasannya salah satu waktu-waktu mustajab untuk berdo’a
yaitu di saat hujan turun. Ya Allah, hujan
ini menjadi saksi, sekiranya hari ini adalah hari yang pas dan saat terbaik
bagiku untuk mendaftar seminar maka mudahkanlah, tetapi jika sebaliknya maka
izinkan diri ini untuk bersabar dan mempersiapkannya
lebih baik lagi....
Tidak
terasa waktu menunjukkan pukul 16.00, ruang munaqosyah
pun terbuka lebar dengan keluarnya orang-orang yang ada di dalam salah
satunya dosenku. Langsung saja aku menyusul beliau untuk minta tanda tangan. Akhirnya,
alhamdulillah berhasil kudapatkan. Tinggal
satu tanda tangan lagi yang belum kuperoleh yaitu tanda tangan dari kaprodi. Dengan
setengah berlari aku kembali menaiki tangga ke lantai empat setelah turun dari
lantai tiga ke lantai dua. Di depan ruang kelas aku memberanikan diri untuk SMS
kaprodi untuk keluar ruangan sekadar tanda tangn karena aku tidak mau
mengganggu proses mengajar beliau.
Alhamdulillah...dengan segera aku
kembali turun ke lantai dua menuju ruang TU. Di sana sudah menunggu temanku
dari tadi. Lantas kita bersama-sama menuju loket prodi pendidikan matematika
dan ternyata petugas TU Pend.Matematika sudah pulang. Namun, seperti tidak
mengenal kata menyerah kita tetap nekat mendaaftar seminar walupun di loket
prodi lain. Salah satu petugas TU yang ramah langsung saja mempersilakan kita
untuk masuk saja ke ruang TU. Lantas aku menyerahkan berkas-berkas persyaratan
untuk diperiksa. Sampai-sampai ada salah satu ibu-ibu petugas TU yang mungkin
heran melihat tingkah kita sambil berkomentas,”Kalian tuh gak sabaran mau
segera munaqosyah ta? Jam segini kok baru daftar seminar.”
Dalam
hati beribu-ribu ucapan syukur kupanjatkan kehadirat Allah atas segala
pertolongan yang telah diberikannya. Lantas aku semakin meyakini, tidak ada
yang mustahil di hadapan Allah, walaupun dalam batasan akal atau prasangka
manusia nampaknya sangat sulit atau bahkan sudah mentok tidak bisa dilakukan. Oleh
sebab itu prasangka positif dan optimis selalu ditumbuhkan walaupun itu di
menit-menit terakhir ikhtiar kita.